21. Pisah (?)

577 36 1
                                    

Happy Reading



Rani POV

"Aku melepasmu Maharani Putri Nugraheni,"

"Aku..........,"

Teganya suamiku berkata seperti itu. Jadi ia meminta berbicara dengan ku untuk memberitahu tentang hal ini?

Benar-benar tak ku sangka sama sekali kejadiannya akan seperti ini.

Belum sempat ia melanjutkan kalimatnya, sudah aku serang dengan ciuman yang terkesan kasar dan tepat di bibirnya. Karena terlalu kaget dengan tindakan agresif ku, Mas Alfian sampai terhuyung ke belakang hingga kepalanya terpentok pintu kamarku.

Karena sama sekali selama menjadi istrinya, aku tak pernah se-agresif itu. "Maaf Mas, aku terpaksa melakukan ini," ucapku dalam hati.

Ia tidak membalas ciuman ku karena Mas Alfian tahu itu bukan ciuman tanda sayang, melainkan untuk menghentikan kalimatnya.

"Kamu jahat Mas, kamu jahat," ujar ku sambil memukul pelan dadanya.

Kami pun sama-sama menangis. Entah ia menangis tentang apa. Selama ada permasalahan ini, suamiku itu sering menangis, entah menyesali perbuatannya atau apa aku tak tahu.

"Kamu tega bilang kayak gitu sama aku?" tanyaku.

"Ini adalah keputusan yang paling baik untuk kita berdua Ran," jawabnya dengan suara parau.

Paling baik dari Hongkong?

Ingin sekali aku tenggelamkan suamiku tercinta itu di rawa-rawa. Kalau ngomong kok seenaknya sendiri. Dikira pernikahan itu hanya main-main saja.

"Jangan sekalipun kamu ucapkan kalimat laknat itu," ujarku yang tak mau menatap wajahnya.

"Aku tahu kamu sama Aji sama-sama saling menyukai dulu, aku hanya ingin menyatukan kembali kalian," ujarnya.

"Kamu nggak tahu apa yang aku rasakan sebenarnya!!" bentakku.

Ia hanya diam saja tak merespon. Sepertinya ini tak akan selesai malam ini, karena kami sama-sama sedang emosi.

"Kamu yakin mau melepaskan aku?" tanyaku memastikan.

Aku ingin Mas Alfian mengatakan tidak. Kalau sampai iya, aku sudah tak mempunyai alasan lagi untuk mempertahankan rumah tangga ku. Entah akan sekacau apa kehidupanku nanti.

Hening, Mas Alfian tidak menjawab apapun. Aku tahu Mas Alfian sekarang sedang diliputi amarah dan merasa kalau aku juga mempunyai perasaan kepada Mas Aji.

"Kenapa diam Mas?" tanyaku lagi.

Kulihat ia hanya menunduk dan menangis

Aku tak tahu tangisan itu artinya apa?

Belum sempat menjawab, tiba-tiba ada seseorang yang menarik keluar Mas Alfian dengan kasar.

"Mas Ari!!" teriakku.

Ya, seseorang yang menarik Mas Alfian adalah Mas Ari, kakak kandungnya sendiri.

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

Bugh

Mas Ari langsung menyerang Mas Alfian tanpa ampun. Dan bodohnya, suamiku tidak membalas sedikitpun atau sekadar menangkis pukulan gila dari kakaknya. Ia hanya pasrah dipukuli seperti itu, malah aku yang histeris sendiri.

"Brengsek,"

"Laki-laki brengsek,"

"Pengecut,"

Cintaku Seorang Akuntan 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang