10. Ancaman Tak Berefek

441 34 0
                                    

Happy Reading






Rani POV

Betapa senangnya aku hari ini. Bisa bekerja lagi di tempat yang mempertemukan diriku dan suamiku tercinta, Mas Alfian.

Memang bukan lagi sebagai sekretaris Mas Alfian melainkan sebagai auditor independen atau auditor yang berasal dari luar perusahaan.

Namun ada yang membuat aku sebal juga hari ini. Mas Aji yang kuketahui menjabat sebagai sekretaris Mas Alfian, memberikan kabar kalau nanti akan ada meeting dengan klien dari Malang. Dan itu artinya disana Mas Alfian akan bertemu dengan wanita ular yang bernama Sari.

"Sama Sari Mas?" tanyaku memastikan.

"Iya,"

"Aku percaya sama kamu Mas, yang penting jaga diri. Orang yang terobsesi bisa melakukan apa saja," nasihatku.

Memang benar kan, Sari itu hanya terobsesi dengan suamiku. Dan itu bukanlah cinta. Ketika kita mencintai seseorang, kita akan melakukan apa saja yang membuat orang yang kita cinta merasa bahagia meskipun bukan kita yang dapat membahagiakan mereka. Sedangkan obsesi adalah kita menghalalkan segala cara untuk dekat dan bersama dengan orang tersebut, tak peduli cara itu baik atau malah sebaliknya.

"Iya sayang, kamu tenang aja, aku akan jaga diri baik-baik," jawabnya menenangkan hatiku.

Memang dalam lubuk hatiku yang paling dalam, aku percaya kalau suamiku tidak akan berpaling dariku mengingat usahanya untuk mendapatkan diriku dan sampai sekarang terbilang cukup susah.

Kini aku sedang makan siang dengan suamiku. Disaat sedang menunggu pesanan datang, ada notifikasi muncul di handphone ku.

Sari:

Aku akan merebut suamimu

Perlahan namun pasti

Tunggu tanggal mainnya

"Dikira film apa, tunggu tanggal mainnya," oceh ku sambil meletakkan handphone dengan keras.

"Kenapa sih yank?" tanya Mas Alfian yang bingung.

"Baca aja sendiri chatnya," suruh ku. Ku serahkan handphone ku kepada Mas Alfian.

"Nggak perlu kamu ambil hati semua pernyataannya," jawab Mas Alfian dengan serius.

Suamiku ini memang pembawaannya supel dan terkesan slengean, tetapi kalau sudah menyangkut pekerjaan maupun urusan rumah tangga, ia bisa jadi orang yang benar-benar serius dan tak terbantahkan.

"Aku tuh nggak mau dikira sombong kalau sok dingin kayak di novel-novel romance," katanya ketika aku tanya kenapa ia ramah kepada semua karyawan yang bahkan jabatannya dibawah suamiku itu.

"Berulang kali lho Mas aku dapat chat kayak gitu," ucapku sebal.

"Kamu takut?" tanyanya.

"Bukan takut, cuma malas aja. Tiap hari di chat kayak gitu. Gemes sendiri tau nggak," balasku berapi-api.

Saat ingin membalas, pesanan kami datang, "Udah makan dulu, marah-marah itu juga perlu energi. Energi kamu kan udah habis buat mengaudit tadi," candanya.

Tuh kan, baru saja dipuji, eh jiwa jahilnya suamiku kambuh lagi. Dan anehnya diriku malah terus meladeni candaannya.

"Gitu ya?" tanyaku sok polos.

"Iyalah sayang, apalagi lupain mantan," balasnya.

"Mantan yang berpaling ke teman dekat?" tanyaku keceplosan.

Cintaku Seorang Akuntan 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang