Warning, ada beberapa kalimat kasar!!!
Happy Reading
Rani POV
"Dasar pengecut, selalu lari dari masalah,"
Sebenarnya aku tak mau mengucapkan kalimat tersebut. Bagaimana juga aku harus tetap menghormati Mas Alfian sebagai suamiku.
"Aku nggak mau berdebat di kantor," jawabnya yang sama sekali tak menoleh ke arahku.
Tanpa memperdulikan perkataannya, aku terus mengoceh, "Kamu nggak mikir gimana kalau anak kamu nyariin kamu?"
Sebenarnya bukan hanya Rendra, tetapi juga diriku yang khawatir dengan suamiku itu. Tetapi untuk mengungkapkan kalimat itu rasanya diriku masih terlalu gengsi. Karena terakhir bertemu, suasana kami sangat buruk.
"......."
"Dua malam nggak pulang kemana?" tanyaku lagi yang tak mendapat responnya.
"....."
"Aku ini kamu anggap apa sih Mas? Setelah semua yang kamu lakukan malam itu, kamu tinggalkan aku begitu saja. Apa kamu pikir aku ini benar-benar wanita murahan?!" sentakku karena tak bisa lagi menahan emosi.
"Aku udah bilang, aku nggak mau debat dengan kamu disini, aku banyak kerjaan," katanya yang sangat terlihat kalau Mas Alfian sedang menghindariku.
"Berarti benar, dimata kamu aku hanya wanita murahan yang seenaknya aja kamu perlakukan," putusku yang tak kuat menahan air mata.
"Kamu ngomong apa sih?" tanyanya sambil mencekal tanganku.
Sebenarnya aku pun tak mau mengucapkan kalimat itu, Mas.
"Kenapa? Aku salah? Kamu yang buat aku seperti itu," balasku menantang kearah wajahnya.
Sejujurnya ini bukan diriku yang berbicara keras dan kasar apalagi dengan suami yang sangat aku cintai. Karena aku akan berbicara lembut kepada siapapun, tetapi kalau diriku sudah dibuat kecewa ya seperti itulah diriku. Apalagi yang membuat kecewa adalah suamiku sendiri. Sakitttt Mas
"Aku ingin kita bicara dalam keadaan kepala dingin, aku perlu waktu untuk sendiri, jaga Rendra buat aku," pintanya dengan tetap menggenggam tanganku erat.
Egois kamu Mas, batinku.
"Dengan meninggalkan rumah kamu sendiri?" tanyaku.
"......"
"Aku beri kamu waktu satu minggu, kalau dalam waktu itu kamu nggak pulang, aku harap kamu nggak menyesal nantinya," ancamku sambil melanjutkan langkah keluar ruangan.
Kalau aku terus bertahan di ruangan ini, bisa-bisa emosiku nggak akan bisa terkontrol.
*****
Aku tak tahu apa yang harus kulakukan setelah ini. Suamiku pergi dari rumah dengan membawa masalah yang seharusnya diselesaikan secara bersama, berdua dengan diriku.
Aku ingin menyerah pada keadaan, namun ada satu orang yang selalu membuatku semangat. Siapa lagi kalau bukan Rendra, jagoan kecil yang aku cintai melebihi apapun. Dia lah penguat dalam hidupku.
Setelah perdebatan tadi, aku masuk ruanganku untuk melanjutkan membuat laporan audit yang telah dibahas tadi. Aku berusaha bersikap profesional dengan tidak mencampur adukkan pekerjaan dengan masalah pribadi.
"Kalian bertengkar?" tanya Mas Arga yang tiba-tiba muncul dihadapanku.
Karena terlalu fokus, aku sampai terkejut bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku Seorang Akuntan 2 ✔
ChickLit"Auditing dan Akuntansi itu selalu berkaitan dan nggak akan bisa dipisahkan," "Seperti kita," "Maksudnya?" "Kita itu akan selalu berkaitan dan nggak akan bisa terpisahkan. Yang bisa memisahkan kita hanya takdir Allah," Setiap rumah tangga pasti me...