37. Pengungkapan

486 37 0
                                    

Happy Reading




Alfian POV

Gilaaaa kalau kejadiannya begini, lebih baik kami bekerja sama dari dulu. Tak perlu dengan melakukan bersandiwara mendiamkan istriku.

Ternyata Rani dan Aji juga curiga dengan Sari dan juga Sasa. Mereka juga berpikiran bahwa sari masih ada di balik pemfitnahan ini.

Hari ini kami berencana mempertemukan Sari dan Sasa denganku, Rani, Aji, dan Mas Cahyo. Mas Ari juga ikut sebagai penengah kalau saja nanti ada hal yang tidak diinginkan terjadi.

"Kita bagi aja, siapa yang menghubungi Sari dan Sasa," ujar Aji.

Ya, aku juga setuju, kita masih akan bersandiwara satu hari ini.

"Mas Al yang telepon Sari, Mas Cahyo yang telepon Sasa," timpal Rani.

"Lahh kok aku??" ujarku bersamaan dengan Mas Cahyo.

"Kompak banget sih kalian," kekeh Rani.

Karena tak sadar, kami pun tertawa bersama.

"Kalau misal yang hubungi aku, Mas Aji, atau Mas Ari, pasti mereka bakal curiga, kalau kalian kan pas. Kalian sama-sama idolanya mereka," jelas Rani masih dengan terkekeh.

"Iya juga sih Al. Oke kalau si Sari itu memang tengah "dekat" dengan Alfian. Lha terus aku? Aku dan Sasa udah lama banget nggak ketemu dan komunikasi," keluh Mas Cahyo.

Semua memikirkan masalah itu. Mencari alasan yang tepat agar tak menimbulkan kecurigaan.

"Kamu basa-basi aja dulu Mas, kayak Mas Cahyo yang dulu. Suka chat random," jawab Rani.

Ini istriku kenapa sih, dari tadi ketawa mulu. Padahal kemarin pas aku mengungkap alasan diamku ke dia, Rani malah menangis tersedu-sedu.

Entahlah, mungkin moodnya bagus karena akan membongkar kelicikan orang yang ia sebut "nenek sihir".

"Sini Mas, aku bantu. Biar Sasa percaya. Kita tentukan dulu dimana tempat ketemuannya. Jangan sampai sama, karena mereka bakal curiga," lanjut Rani.

Oke kali ini dia serius.

Istriku itu beberapa kali mengotak atik handphone Mas Cahyo. Beberapa kali pula ada notifikasi balasan dari Sasa. Entah apa yang dilakukannya itu.

"Mas Al gimana Sari?" tanya Rani.

"Belum lah, tempatnya aja belum ditentukan," kilahku.

"Ehmm ini aku ngajak ketemuan Sasa di cafe dekat taman Flamboyan. Dia udah setuju ketemuan jam lima sore," ujar Rani.

Gercep juga ya istriku.

"Ran kamu alasan gimana?" tanya Mas Cahyo yang terlihat kaget.

Bagaimana tidak, baru beberapa menit mengotak atik handphone, Rani sudah berhasil membuat kesepakatan dengan Sasa.

"Aku lihat story WhatsApp nya dulu, terus aku komen. Bilang ingin membahas reuni BEM, secara dia kan sekretaris Mas Cahyo dulu. Terus aku bilang aja kalau kangen pengen ketemuan," jelas Rani dengan enteng.

"Okee,,,,jadi itu nanti yang akan aku jadikan alasan," balas Mas Cahyo dengan pasrah.

"Kalau aku ngajak Sari ketemuan di taman gimana?" tanyaku.

"Boleh tuh, gini aja Al, nanti pas ketemuan itu kamu ajak dia jalan-jalan sebentar terus pura-pura haus atau lapar gitu dan ajak ke cafe. Kita eksekusi bersama," ujar Aji berapi-api.

Iyalah, Aji juga jadi korban fitnahnya nenek-nenek sihir itu. Wajar kalau dia juga ikut emosi.

"Oke. Tinggal kamu dan Rani, Ji. Kalau Mas Ari pantau dari jauh nggak apa-apa," balasku.

Cintaku Seorang Akuntan 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang