38. Dua Garis Merah (Lagi?)

648 31 0
                                    

Happy Reading





Rano POV

Sebenarnya badanku agak kurang sehat. Tetapi demi membongkar kelicikan Sari dan Sasa, aku memaksakan diri berakting sebaik mungkin. Aku tak mau mengecewakan suamiku dan tim yang lain.

Tak sulit bagiku akting menjadi kekasih Mas Aji karena memang kami sudah dekat sebelumnya.

Selama kami akting, aku dan Mas Aji malah bercerita flashback tentang kuliah kami dulu. Semoga Sari dan Sasa percaya dengan akting kami semua.

"Ran, aku di chat Mas Ari suruh bawa kamu pulang dulu. Katanya habis ini mau eksekusi," ucap Mas Aji.

Eksekusi yang dimaksud adalah membongkar semua kelicikan dua nenek sihir itu.

"Padahal aku mau lihat gimana ekspresi sari lho," balasku.

"Demi kebaikan kamu, takutnya Sari bertindak macam-macam sama kamu. Tenang, Mas Ari udah pasang kamera tersembunyi kok, entar kita bisa lihat siaran ulangnya," ujar Mas Aji.

"Kamu kira kayak acara tv pakai siaran ulang segala," kekehku.

"Bisa aja kamu, yaudah yuk pergi sekarang," ajak Mas Aji.

Mau nggak mau aku menurutinya. Aku juga nggak mau egois. Karena sekarang ada satu nyawa lagi yang harus aku jaga. Ya, beberapa hari lalu aku dinyatakan positif hamil setelah beberapa kali mengecek dengan testpack. Alhamdulillah, hikmah dari segala cobaan ini ya dengan hadirnya adiknya Rendra.

"Mas, kita langsung pulang?" tanyaku.

"Lebih baik begitu, emang mau kemana lagi?" tanya balik Mas Aji.

"Mas, kok aku pengen mangga muda ya, cari dulu yuk sebelum pulang," jawabku.

"Kamu hamil?" tebak Mas Aji.

Aku hanya menyengir tak berdosa.

"Tapi jangan bilang sama Mas Al dulu," kataku. Aku tahu mereka berdua sering menyimpan rahasia masing-masing.

Mas Aji mengernyitkan dahi bingung, "Kenapa?"

"Aku mau semua masalah ini selesai dulu, baru deh aku kasih tahu dia," balasku.

"Ada-ada aja sih kamu Ran," kekeh Mas Aji.

Namun belum jauh aku melangkah, tiba-tiba badanku terasa sangat enteng. Kepalaku pening banget dan pandanganku sedikit kabur. Berusaha menahan badanku, tetapi rasanya sudah tidak kuat lagi.

"Mas," panggilku kepada Mas Aji yang sudah berjalan lebih dulu.

Beruntung ada kursi taman, langsung saja aku mendudukkan diri di kursi tersebut.

"Ran kamu kenapa?" tanyanya khawatir.

"Pusing banget Mas," jawabku sambil menahan pening yang luar biasa.

Belum sempat Mas Aji menjawab, aku sudah dulu pingsan di pangkuan Mas Aji.

Tak tahu berapa lama aku pingsan, tiba-tiba sudah berada di rumah sakit. Mas Aji pasti yang bawa aku kemari.

"Udah sadar Ran?" tanya Mas Aji. Terlihat jelas kalau dia khawatir.

Aku mengangguk samar. Karena tubuhku yang masih lemas, ditambah aku belum makan dari siang tadi.

"Aku di rumah sakit Mas?" tanyaku

"Iya, sebentar lagi Alfian datang," jawabnya

Padahal aku berencana untuk membuat kejutan saat mengatakan kalau aku hamil adiknya Rendra.

"Mas Aji," panggilku karena Mas Aji masih sibuk dengan handphonenya.

"Ya?"

"Ambilin minum," pintaku.

Cintaku Seorang Akuntan 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang