43. Auditor Kesayangan

435 32 0
                                    

Happy Reading





Alfian POV

5 tahun kemudian

"Ma...........seragamku dimana?" teriak putra sulungku.

Lima tahun sudah berlalu, kini anak-anak sudah menduduki dunia sekolah. Rendra si sulung sudah kelas tiga SD, sedangkan adiknya, Alma kelas TK Besar. Kehidupan kami selalu harmonis. Meskipun ada beberapa kali saling mendebat satu sama lain.

"Di lemari Mas Rendra," jawab Rani yang masih membantu Alma mandi.

Sekarang pun mereka sudah tidur sendiri di kamar yang berbeda denganku dan Rani. Ada satu kamar yang aku sulap untuk tidur kedua anakku.

Bukan karena putriku malas
mandi sendiri ya, biasanya dia selalu mandi sendiri. Ini kebetulan moodnya sedang jelek, karena keinginannya belum aku penuhi. Simpel sih, putriku ingin dibuatkan Bancakan (nasi putih dibuat tumpeng dengan lauk urapan) di ulang tahunnya besok.

Sebenarnya Alma cemburu dengan kakaknya yang ulang tahun dibuatkan Bancakan itu. Bukan apa-apa, karena Rendra sudah berusia delapan tahun atau sewindu, jadi dibuatkan Bancakan untuk dibagikan ke tentangga sekitar.

"Nggak ada Mama sayanggg," teriak Rendra lagi.

Aku yang masih menyapu halaman pun akhirnya turun tangan. Kasihan kalau istriku sendiri yang menghadapi kerempongan anak-anak kami.

"Ada apa sih Mas Ren?" tanyaku ketika Rendra sedang mengobrak-abrik isi lemari. Entah apa yang dicarinya.

Akhirnya Rendra mau dipanggil "Mas" oleh adiknya, jadi kita semua membiasakan panggilan itu. Juga panggilan "adek" kepada Alma.

"Seragam ku nggak ada Pa," jawab Rendra sambil terus memeriksa keberadaan seragamnya.

"Seragam Pramuka?" tanyaku.

Ya, hari ini Jumat jadinya Rendra memakai seragam Pramuka.

Rendra pun mengangguk.

Karena gemas, aku giring putraku itu ke gantungan baju dibalik pintu kamar.

"Ini seragam siapa Mas?" tanyaku.

Rendra hanya cengengesan saja. Padahal yang menaruh seragam itu ya putra sulungku sendiri.

Setelah semua siap, kami sama-sama mengantar anak-anak ke sekolah. Kebetulan hari ini Rani juga berangkat ke Bank, jadinya sekalian semua berangkat. Tetapi sebelum berangkat, kami menyempatkan sarapan bersama dulu, sambil bercerita sedikit.

Sekolah Rendra dan Alma memang berdekatan. Biasanya kalau Rani masuk kerja di Bank, mereka akan pulang dijemput Ibu ku, karena sekolah mereka juga dekat dengan rumah.

Bapak dan Ibu memilih pindah rumah di sekitar rumah kami. Katanya sih biar dekat dengan cucu-cucunya. Rendra, Alma, Rayhan, dan Raisya (anak kedua Mas Ari yang beda satu tahun dengan Alma).

"Mas Rendra nanti pulang dijemput Mama ya," ucap Rani.

"Mama kerja kan?" tanya Rendra.

"Mama pulang jam sebelas nanti, sekalian mau ketemu klien," jawab Rani.

"Bank atau RADCA Ma?" tanyaku.

"Bank Pa, dari Kantor Akuntan Publik, katanya mau kerjasama dengan Bank, Pak Fendy menyuruh aku menangani lebih dulu," jawab Rani.

"Terus Alma gimana Ma?" tanya Alma tiba-tiba.

"Alma dijemput eyang Nita ya, besok Mama yang jemput," jawab Rani.

"Alma kenapa? Masih murung aja sih cantik?" tanyaku.

Alma hanya menggeleng tak menyahut 

Informasi saja, Rani sudah kembali bekerja di Bank sebagai auditor independen. Beberapa bulan lalu, Pak Fendy memanggil kembali Rani. Tak pikir panjang, Rani setuju karena memang istriku itu sangat mencintai profesi tersebut.

Cintaku Seorang Akuntan 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang