Chapter (3) // AWAL PERTEMUAN

1.5K 157 60
                                    

"Ada banyak hal di dunia yang tidak dapat diubah, yang pertama masa lalu dan yang kedua adalah kenyataan."

(Aileen Nathania)

J A N G A N  L U P A  V O T E,
K O M E N  D A N  S H A R E👍

Happy reading 🌻

Seorang gadis kecil tengah duduk sendiri di bangku taman, bola basket kesayangannya masih setia di tangannya. Sudah seminggu ia pindah dari rumah papanya, tapi memori perlakuan kasar lelaki itu masih terus terngiang di otaknya.

"Aku pengen kita kayak dulu lagi. Aku enggak mau pisah kayak gini, aku pengen kayak temen-temen yang punya keluarga lengkap," gumam gadis itu lirih, air matanya sudah luruh sejak tadi. Entah mengapa, walaupun ia sangat membenci papanya tetap saja ia ingin keluarganya seperti dahulu. Apakah itu salah?

"Hei, kamu kenapa?" Suara itu mampu membuat Aileen terkejut setengah mati, ia hampir saja melempar bola basketnya ke wajah anak itu.

"Jangan dilempar, dong!" ujar anak itu, tangannya sudah siap di depan muka. Berjaga-jaga apabila gadis itu akan melemparkan bolanya.

"Kamu siapa, sih? Kok tiba-tiba ada di sini? Kamu setan, yah?"

"Kalau nanya satu-satu, dong! Aku pusing tau!" balas anak itu.

"Kamu ngeselin!" cetus Aileen. Ia hendak pergi dari taman itu, tetapi langkahnya terhenti ketika tangannya ditarik agar tetap duduk di tempat semula.

"Aku mau pulang!"

"Kamu jangan marah-marah, dong! Cantik-cantik kok galak banget," ucap anak itu asal.

"Kamu jahat! Kamu sama kayak Papa!" Ketika Aileen menyebut nama 'Papa' pasti ia akan langsung teringat dengan perlakuan lelaki itu dan otomatis ia akan menangis lagi.

"Jangan nangis! Aku beliin es krim, yah?" Tanpa menunggu balasan, ia langsung berlari menuju ke kedai es krim dan meninggalkan gadis yang sedang menangis itu.

Tak menunggu lama, akhirnya es krim pesanannya telah siap. Ia juga mampir untuk membeli tissu. "Nih, kamu jangan sedih lagi. Entar cantiknya hilang, loh!" tuturnya seraya memberikan es krim vanila ke Aileen.

"Makasih, yah," balas Aileen, ia tidak menyangka masih ada orang yang peduli dengannya di dunia ini.

"Sama-sama."

"Ohh iyah, kenalin nama aku Azka," ucap anak itu sambil mengulurkan tangannya.

"Aileen," ujar Aileen, membalas uluran tangan Azka.

Mereka berdua makan dalam diam. Sesekali Azka mengelap sudut bibir Aileen yang belepotan. Gadis itu hanya diam mendapatkan perlakuan dari Azka. Tidak seperti biasanya, ia akan menurut dengan seseorang yang baru dikenalnya.

Azka mendongak ketika setetes air mengenai wajahnya. Ia kaget ketika melihat awan yang semula biru, kini telah berubah menjadi hitam. Dirinya harus segera berlindung, kalau tidak pasti elerginya akan kambuh lagi.

"Ayok ikut aku!" ucapnya seraya menarik tangan Aileen. Mereka berdua berlari menghindari air hujan, sesekali keduanya tertawa bersama. Sebenarnya Azka menyukai hujan, tetapi jika terlalu lama, maka kulitnya akan timbul ruam-ruam merah yang sangat sakit.

"Azka! Kita mau ke mana?"

"Ke rumahku! Ayok, jangan banyak bertanya! Lari saja yang kencang!" sahut Azka. Mereka berdua masih berlari, Aileen hanya mengikuti Azka karena jujur ia belum terlalu paham jalanan kota ini.

"Assalamualaikum! Ayah, Azka pulang!" pekiknya ketika masuk ke dalam rumah.

Aileen masih belum membuka suara, ia sebenarnya masih trauma dengan lelaki dewasa. Apalagi, Azka tadi memanggilnya dengan sebutan 'Ayah'.

"Walaikumsalam. Kamu dari mana saja, Nak?" balas lelaki paruh baya dari arah tangga. Seketika Aileen menegang, ia sangat ketakutan. Otaknya seperti sudah memprogramnya untuk menganggap semua lelaki itu jahat dan kejam. Azka yang merasakan perubahan Aileen pun menoleh.

"Enggak usah takut. Ayahku baik, kok," ujarnya, seakan tahu pikiran Aileen. Gadis itu hanya mengangguk, Azka tersenyum tipis melihat Aileen yang terus saja menggenggam tangannya.

"Dia siapa, Ka?" tanya Mahendra, setelah melihat anaknya datang bersama seorang gadis.

"Dia temenku, Yah. Namanya Aileen," jelas Azka, sedangkan gadis yang diperkenalkannya malah semakin bersembunyi di balik punggungnya.

"Haloo, cantik! Kenalin nama Om, Mahendra." ujarnya sambil mengulurkan tangannya. Bukannya membalas uluran tangannya, gadis kecil itu malah semakin ketakutan.

"Enggak usah takut, Om enggak jahat."

"Ayok, Len! Ayahku bukan orang jahat, kok." Azka mencoba membujuk Aileen agar mau memperkenalkan dirinya. Tapi tetap saja, gadis itu hanya diam ketakutan. Malah sekarang, ia semakin mencengkram baju Azka.

Mahendra bingung dengan tingkah gadis kecil itu, sepertinya gadis kecil ini mempunyai trauma tersendiri. Sangat terlihat dari cara ia memandang dan ketakutan saat bertemu dengan orang baru. Mahendra adalah seorang psikiater, jadi ia sangat tahu gadis ini mengalami gangguan mental. Mungkin ia pernah trauma, sehingga membuatnya seperti ini.

"Azka, kamu ajak dia ganti baju. Ayah mau ke rumah sakit dulu," tutur Mahendra.

"Iyah, Yah." Mahendra tersenyum menatap anak dan gadis kecil itu. Mereka berdua tampak sangat akrab, padahal ia dan Azka baru saja pindah sekitar seminggu yang lalu. Tetapi kedekatan mereka berdua seperti sudah terjalin sangat lama.

***

"Azka, aku mau pulang. Aku takut nanti mama nyariin aku," ucap Aileen ketika mereka menghabiskan makan malamnya.

"Nanti Om anterin kamu, jadi enggak usah takut. Kalau mama kamu marah, biar Om yang jelasin," jelas Mahendra. Aileen tersenyum, ternyata ayah Azka tidak seperti papanya yang kejam. Ayah Azka sangat baik, ia merasa bersalah karena tadi tidak mau berkenalan dengannya.

"Makasih yah, Om. Ternyata Om baik, enggak kayak papa aku." Penyataan itu sontak membuat Mahendra terkejut. Tenyata ini yang membuat gadis itu ketakutan padanya.

"Iyah, cantik. Sekarang jangan manggil Om lagi, tapi manggilnya ayah aja. Biar sama kayak Azka." Aileen mengangguk kegirangan, ia merasa punya ayah baru. Sikap baik dan ramah Mahendra membuatnya nyaman.

Sejak saat itu, hubungan Azka dan Aileen semakin dekat. Azka sering berkunjung di rumah Aileen. Ira tidak keberatan, ia malah senang anaknya sudah mempunyai teman baru. Ia berharap, anaknya akan cepat sembuh dari trauma yang dilakukan papanya.

To be continued ....

Salam manis dari author💕
Dwi_nrmlsary28 and tapak_Kata

Stuck Friendzone (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang