Chapter (14) // PACARAN?

764 59 3
                                    

"Jika tau begini rasa sakitnya mencintaimu, gue enggak akan pernah mau melakukan hal itu."

(Aileen Nathania)

J A N G A N L U P A V O T E,
K O M E N D A N S H A R E👍

Happy reading🌻

Azka dan Aileen kini berada di rumah pohon, keduanya menikmati sunset bersama. Setelah pulang mengantar Thalita, Azka mengajak Aileen ke rumah pohon.

"Len ... gue mau ngomong," ucap Azka.

"Ngomong apa, Ka?"

"Apa aja yang disukai cewek? Gue mau ngasih hadiah, tapi masih bingung mau ngasih apa." Aileen mengernyit, kemudian ia tersenyum kecut.

"Untuk Thalita?" Dengan cepat Azka mengangguk, melihat respon Azka lagi-lagi membuat hati Aileen sakit. Namun, gadis itu mengabaikan rasa sakit itu. Ini semua adalah pilihannya sendiri. Jadi, mau tidak mau ia harus merasakan dengan lapang dada.

"Enggak semua cewek suka sama hal yang harganya mahal, Ka. Ada juga yang lebih suka sama hal yang bahkan tidak perlu ditukar dengan harga, seperti perlakuan manis kepada cewek itu contohnya. Gue yakin Thalita tipe cewek yang suka diberi perhatiaan sama lo, tinggal lo pepet dimulai dari sekarang. Gue yakin enggak ada satu pun cewek yang bakal nolak lo kalau lo nembak," tutur Aileen, "termasuk gue." Aileen melanjutkan dalam hati.

"Gitu, ya?"

"Iya."

Azka tersenyum manis, ia memeluk Aileen. Lelaki itu bahagia punya sahabat seperti Aileen, gadis itu selalu bisa mendapatkan jalan keluar dalam setiap masalah yang dihadapinya.

"Makasih, Len. Lo itu sahabat terbaik gue," ujar Azka, lelaki itu masih tetap memeluk Aileen.

"Sama-sama, Ka. Kalau lo bahagia, gue juga bahagia." balas Aileen sambil memeluk Azka.

"Iya, gue tau lo pasti bilang gitu."

"Lo bisa nebak semua itu, tetapi enggak bisa nebak isi hati gue? Gue akan berusaha bahagia sendiri, walau gue harus merelakan lo pergi dan bahagia dengan yang lain," batin Aileen.

****

"Assalamualaikum, Om." Pintu terbuka dan menampakkan seorang lelaki paruh baya. Lelaki itu tampak tersenyum, kemudian membalas salam Azka.

"Masuk, Nak," ucap lelaki itu, kemudian Azka dipersilahkan duduk. Perbincangan mereka terhenti ketika mendengar nada-nada piano mengalun, semakin ke sini nada yang tercipta semakin indah.

Bulan terdampar di pelataran

Hati yang temaram ....

Matamu juga mata-mataku

Ada hasrat yang mungkin terlarang ....

Thalita mulai bernyanyi dengan menutup mata, itu adalah kebiasaannya agar bisa lebih menikmati setiap bait dalam lagu tersebut.

Satu kata yang sulit terucap

Hingga batinku tersiksa .....

Tuhan tolong aku jelaskanlah

Perasaanku berubah jadi cinta ....

Tiba-tiba seseorang melanjutkan lirik yang dinyanyikan Thalita. Gadis itu menghentikan permainan pianonya. Ia membuka mata dan menoleh ke samping dan mendapatkan Azka tengah tersenyum manis.

Stuck Friendzone (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang