Chapter (18) // MENJAUH

766 62 5
                                    

"Sesungguhnya luka tercipta dari orang yang selama ini kita anggap istimewa."

(Stuck Friendzone)

J A N G A N L U P A V O T E,
K O M E N D A N S H A R E👍

Happy reading 🌻

Sejak kejadian kemarin, Aileen merasa Azka mulai mejauhinya. Tadi pagi saja, lelaki itu bersikap dingin kepadanya. Aileen sudah mengajak lelaki itu berbicara, tetapi Azka hanya menjawab singkat.

"Lo kenapa, Ka? Maafin gue soal kemarin," ucap Aileen. Gadis itu sudah tidak tahan dengan sikap dingin Azka kepadanya.

"Iya." Azka berdiri dari duduknya, lelaki itu melangkah meninggalkannya sendiri di taman.

"Apa ada yang salah sama ucapan gue kemarin?" batin Aileen. Akhirnya ia beranjak, mengikuti langkah Azka dari belakang.

Ketika keduanya berjalan di koridor, Azka melihat Thalita sedang duduk menyendiri. Gadis itu sedang menikmati makan siangnya. Aileen penasaran apa yang membuat Azka berhenti mendadak, ia tidak dapat melihat apa yang terjadi di depan. Tubuh Azka menutupi pandangannya, sehingga ia hanya bisa berhenti mengikuti gerakan lelaki itu.

Aileen menghela napasnya, tenyata itu yang membuat Azka diam membeku. Thalita lagi, entahlah ketika mendengar nama itu, Aileen muak sendiri.

"Tha, maafin aku, ya? Aku janji enggak bakalan ninggalin kamu lagi," ujar Azka mendekati gadis yang hanya diam tidak bersuara. Gadis itu melanjutkan kegiatan makannya, seakan-akan tidak mendengar apa-apa. Melihat itu, Aileen geram sendiri. Ia kira Thalita adalah gadis yang dewasa dan pengertian. Ternyata gadis itu masih bersifat layaknya anak-anak.

"Tha ...." Azka meraih tangan Thalita, lelaki itu kini tengah bersimpuh di hadapan Thalita.

"Apa, sih, Ka!" jawab Thalita, gadis itu mendorong tubuh Azka, sampai lelaki itu limbung ke belakang. Aileen yang tidak tahan, mencoba membantu Azka.

"Pelan-pelan, Ka," ujar Aileen, mencoba membantu Azka berdiri, tetapi bukannya ucapan terima kasih yang ia dapat, lelaki itu malah mendorong tubuh Aileen.

"Lo ngapain, sih, di sini! Gue enggak butuh bantuan lo!" ketus Azka. Kemudian lelaki itu meraih tangan Thalita dan kembali berlutut memohon maaf.

"Pergi!" pekik Thalita. Aileen lagi-lagi dibuat menganga dengan sikap Thalita yang berubah. Sebenarnya apa yang terjadi dengan gadis ini?

"Enggak, Tha!"

"Pergi, Ka!" Thalita kembali mendorong tubuh Azka, gadis itu berlari menjauh dari koridor itu. Azka segera bangkit dan mengejar gadisnya itu, meninggalkan Aileen sendiri di sana.

"Padahal lo udah sering bersikap kayak gini ke gue, tapi kenapa sakitnya masih sama. Sesak," ucap Aileen, ia mengusap air matanya kasar. Entah sejak kapan bulir bening itu telah membasahi pipinya.

****

Aileen memasukkan bukunya, bel pulang berbunyi sekitar lima menit yang lalu. Gadis itu melirik ke arah Azka, sepertinya lelaki itu sudah baikan dengan Thalita. Terlihat dari kemesraan yang mereka tunjukkan sudah membuktikan keduanya telah menyelesaikan masalahnya.

"Jangan jail, Ka. Mau aku cubit lagi!" ucap Thalita seraya berkacak pinggang di depan Azka.

"Kamu itu kalau marah, makin gemesin. Jadi aku bawaannya pengen jailin kamu." Azka kembali menganggu Thalita, gadis itu mencoba menghindar dengan melangkah meninggalkan bangku mereka. Tetapi ia malah menyenggol bahu Aileen.

"Aww ...." Gadis itu meringis merasakan sakit di bahunya, sedangkan pelaku yang menabraknya hanya memutar bola matanya malas. Kemudian berlalu meninggalkannya tanpa meminta maaf.

"Bukannya minta maaf, ini malah nyelonong aja," ucapnya dalam hati, Aileen masih tak menyangka Thalita berubah secepat ini.

"Ka, entar latihan basket, ya?" tanya Aileen, Thalita menatap tidak suka ke arahnya. Kemudian mencoba mengalihkan perhatian Azka.

"Ayo, Ka! Aku mau ke toko buku," rengeknya, tangannya bergelayut manja di lengan Azka.

"Iya, Sayang."

Pasangan kekasih itu meninggalkannya sendiri, ia seperti debu di sini. Sejak tadi Aileen bertanya, tetapi seolah orang-orang mengacuhkannya. Sebenarnya apa yang telah ia perbuat hingga semua orang bersikap demikian? Bukannya ia tadi sudah meminta maaf dengan Azka? Lalu, apalagi yang salah?

Brak!

Aileen mengebrak mejanya, untung saja teman-temannya sudah meninggalkan kelas. "Apa enggak ada stok kebahagiaan buat gue?" gumamnya lirih.

****

"Assalamualaikum. Azka! Azka!" ucapnya seraya mengetuk-ngetuk pintu. Tidak lama pintu terbuka menampilkan Mahendra dengan senyum yang mengembang.

"Walaikumsalam," balas lelaki itu, Aileen sontak menyodorkan tangannya untuk menyalimi lelaki itu.

"Masuk, Len." Aileen mengangguk, gadis itu mengikuti langkah Mahendra dari belakang.

"Ayah, Azka ada?"

"Ada kok, Len. Itu di kamar, mungkin lagi tidur," ucap Mahendra lembut.

"Lagi tidur?"

"Iya, emang kenapa? Kok tumben kamu yang datang ke sini, biasanya si Azka yang ke sana."

"Lagi pengen ke sini. Aileen kangen sama Ayah," jelas gadis itu, sebenarnya ia ke sana ingin meminta maaf pada Azka.

"Ayah juga kangen sama kamu. Kamu enggak pernah ke sini, sih." Aileen tersenyum kikuk mendengar ucapan Mahendra.

"Ya udah sana! Bangunin Azka. Anak itu kalau tidur kayak kebo." Gadis itu terkekeh, kemudian berjalan menaiki tangga untuk menuju kamar Azka.

Setelah sampai di depan pintu Azka, ia tampak ragu-ragu. Aileen masih mengingat bagaimana lelaki itu membentaknya dan sikap dingin yang sering Azka lakukan.

Tok ... tok ... tok ....

Tidak ada balasan dari dalam, kini Aileen membenarkan kata ayah Azka jika anaknya itu kalau tidur kayak kebo. Tidak mau menunggu lama, ia membuka kenop pintu kamar Azka. Pertama kali yang Aileen lihat yaitu Azka yang sedang tertidur pulas. Gadis itu mendekat, lelaki itu tampak damai dalam tidurnya.

"Kapan kita bisa kayak dulu, Ka. Gue kangen sama lo yang dulu," batin Aileen, ia mengusap lembut lengan Azka. Pergerakan Azka membuat Aileen tersentak, ia segera mengangkat tangan seperti maling yang tertangkap basah.

"Aku enggak bisa jauhin Aileen, Tha. Dia sahabat aku dari kecil, aku enggak tega lihat dia nangis. Dia itu ibarat permata yang harus aku jaga," ucap Azka, lelaki itu tengah mengigau. Aileen membeku ketika mendengar ucapan Azka.

"Aku sayang sama kamu, Tha. Namun, aku enggak bisa jauhin Aileen. Kamu tenang aja, Aileen itu udah kayak adik aku. Aku enggak mungkin suka sama dia, dan sebaliknya Aileen enggak mungkin suka aku." Aileen tertohok mendengar itu, kenapa rasanya sesakit ini?

"Gue sayang sama lo, Ka! Kenapa lo enggak nyadar, sih?" batin Aileen menjerit.

To be continued ....

Stuck Friendzone (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang