Chapter (7) // MURID BARU

902 80 17
                                    

"Lo adalah malaikat yang dikirim Tuhan, setelah ia memberi segala penderitaan di hidup gue."

(Aileen Nathania)

J A N G A N L U P A V O T E,
K O M E N D A N S H A R E👍

Happy reading 🌻

Lelaki itu mengusap puncak kepala sahabatnya yang sejak tadi masih terisak di pelukannya. "Udah, Len. Jangan nangis terus," ucapnya, mencoba menenangkan.

"Gue enggak mau lo terluka, Ka. Gue sayang sama lo," balas Aileen, Azka tercengang mendengar pengakuan sahabatnya itu. Ia sempat berpikir macam-macam, tapi dengan segera ia mengenyahkannya.

"Iya-iya. Yaudah, ayok kita pulang!" Saat hendak melangkah, tiba-tiba suara dari arah belakang kembali menghentikan niat mereka untuk pulang.

"AILEEN NATHANIA DAN AZKA ALDRIC MAHENDRA. BERHENTI KALIAN!" pekik orang itu, mereka berdua sangat hapal dengan suara itu. Siapa lagi kalau bukan Bu Diah. Sontak keduanya membalikkan badan.

"KALIAN BERDUA IKUT KE RUANGAN SAYA!" Aileen yang awalnya menangis, kini air matanya seolah surut dalam waktu sekejap.

"Tapi saya mau pu--"

"TIDAK ADA BANTAHAN!" bentak Bu Diah, memotong ucapan Azka yang hendak protes.

Dan di sinilah mereka berdua. Di ruangan dengan aura seram. Apalagi pemiliknya seorang wanita yang terkenal galak dan kejam, ia tidak tanggung-tanggung memberi hukuman ke murid yang berani melanggar peraturan yang ada di sekolah. Tidak lama pintu kembali terbuka, menampilkan sosok Dhani dengan hidung yang masih mengeluarkan darah.

"KALIAN TAU APA YANG TELAH KALIAN PERBUAT, SEHINGGA KALIAN SAYA PANGGIL DI SINI!" bentak Bu Diah.

"Jalan? Nafas? Belajar? Apasih saya enggak tau, Bu? Perasaan saya dari tadi enggak bikin masalah, deh," balas Aileen santai, Azka yang mendengar balasan sahabatnya sontak menoleh ke arah gadis itu. Kemudian ia melirik guru di depannya, yang tampak menahan amarahnya.

"LIHAT DHANI! APA KAMU NGGAK MERASA BERSALAH?!" Aileen menatap ke arah Dhani malas.

"SAYA TIDAK BISA MEMBERI KALIAN BERDUA TOLERANSI. KALIAN MEMBUAT KEGADUHAN YANG BISA SAJA MERUSAK NAMA BAIK SEKOLAH. KALIAN BERDUA MAU JADI JAGOAN? DENGAN MEMUKUL ANAK SEKOLAH LAIN?" Sontak keduanya menggeleng. Guru itu terlihat menarik napasnya dalam, kemudian mengembuskannya pelan.

"SAYA AKAN SKORS KALIAN BERDUA SELAMA SEMINGGU DARI SEKOLAH INI!" Ucapan Bu Diah rasanya seperti hantaman bagi Aileen. Ia merasa bersalah, padahal ini semua salahnya bukan salah Azka.

"Azka tidak bersalah, Bu. Ini semua murni kesalahan saya, bukan salah Azka. Saya yang memukul Dhani, jadi Azka tidak ada sangkut pautnya dengan masalah ini." Azka membulatkan matanya, ia tak menyangka jika Aileen akan berkata seperti itu.

"Apakah yang dikatakan Aileen benar, Dhani?" tanya Bu Diah.

"Benar, Bu. Dia yang memukul saya sampai seperti ini. Mungkin dia dendam sama saya, karena saya menegurnya untuk tidak berbuat curang dalam pertandingan tadi, Bu." Azka mengepalkan tangannya, ia sudah tersulut emosi sejak tadi. Bisa-bisanya lelaki itu memfitnah sahabatnya.

"Tapi itu tidak benar. Dia yang memukul saya duluan, Bu," protes Azka, ia mencoba meluruskan masalah ini.

"Tapi lo--"

"SUDAH-SUDAH!" seru Bu Diah.

"SAYA SUDAH MENGAMBIL KEPUTUSAN. AILEEN AKAN TETAP DISKORS SELAMA SEMINGGU. DAN UNTUK KAMU AZKA, IBU AKAN MENGHUKUMMU MEMBERSIHKAN TOILET SELAMA SEMINGGU JUGA!" tegas guru itu.

"Tapi itu tidak adil, Bu. Dhani yang memulainya, kenapa malah Aileen yang kena getahnya." Lagi-lagi Azka tak setuju dengan keputusan guru itu.

"KEPUTUSAN SAYA TIDAK DAPAT DIGANGGU GUGAT! SEKARANG KALIAN BOLEH KELUAR, KARENA SAYA SUDAH PUSING MENDENGAR OMONGAN KALIAN!" Azka menghembuskan napasnya lelah, jika sudah begini ia tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Akhirnya ia memilih keluar dari ruangan itu, dengan tangan Aileen yang masih setia ia genggam.

"Gue enggak terima lo diginiin, Len. Gue rasa guru itu enggak berpihak sama sekali ke kita, dia malah ngebela anak sekolah lain," ucap Azka ketika mereka ada di koridor. Lelaki itu masih terus mengomel sejak tadi, dengan keputusan Bu Diah.

"Udah, Ka. Enggak usah dipermasalahin, gue capek mau cepet pulang." Mau tak mau, Azka menuruti keinginan Aileen.

Saat mereka sampai di parkiran, keduanya kembali bertemu dengan Dhani dan teman-temannya. "Gimana enak diskors?" ucap salah satu teman Dhani, kemudian disusul tawa dari yang lain.

Azka mengepalkan tangannya, saat hendak maju Aileen kembali menahan lengan lelaki itu. Gadis itu menggeleng, yang artinya ia tidak boleh membalas perlakuan Dhani dan teman-temannya.

"Kenapa enggak jadi maju? Takut? Atau enggak boleh sama cewek lo? Dasar banci!" ujar Dhani, sengaja membuat Azka emosi.

"Maksud lo apa bangs*t!" Azka maju dan menarik kerah baju Dhani.

"AZKA UDAH!" pekik Aileen, dengan sekuat tenaga ia menarik sahabatnya itu menjauh dari parkiran.

"Lepas, Len!" Sepanjang perjalanan Azka terus meronta-ronta, tapi Aileen tetap tidak melepaskannya. Setelah dirasa cukup jauh dari parkiran, Aileen baru melepaskan tangan Azka.

"Udah yah, Ka. Jangan bikin masalah lagi, gue enggak mau lihat lo terluka," ucap Aileen, tangannya mengusap sudut bibir Azka yang berdarah akibat pukulan Dhani tadi.

"Gue enggak suka lihat mereka hina lo! Gue ngerasa enggak berguna jadi sahabat lo, Len." Azka meraih tangan Aileen di wajahnya, kemudian ia menggenggamnya kuat.

"Lo itu sahabat terbaik gue, Ka. Jangan pernah bilang lo enggak guna, karena bagi gue lo itu adalah malaikat yang dikirim Tuhan, setelah ia memberi segala penderitaan di hidup gue," tutur Aileen lembut, ia tidak mau Azka terus menyalahkan dirinya hanya gara-gara masalah ini.

To be continued ....

Salam manis dari author💕
Dwi_nrmlsary28 and tapak_Kata

Stuck Friendzone (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang