Chapter (4) // PERSAHABATAN

1.3K 124 48
                                    

"Mau sahabat sejati atau pun pasangan sejati, keduanya memiliki kata sejati, tidak ada bedanya sama sekali. Kata sejati mengikuti kata sebelumnya. Mau sahabat atau pasangan, keduanya sama-sama berarti dan akan selalu ada di hidup ini."

(Aileen Nathania)

J A N G A N L U P A V O T E,
K O M E N D A N S H A R E👍

Happy reading 🌻

"Woi, Azka! Lo ngapain senyum-senyum sendiri kayak orang gila?" tanya Aileen dengan nada tinggi pada Azka, laki-laki itu tersentak kaget.

"Lo ngagetin gue, Alien. Gue cuma lagi nginget masa lalu kita, pas pertama kali ketemu. Kita juga dulu ketemu di sini, kan? Makanya ini jadi taman favorit kita dan bangku taman yang kita duduki juga merupakan favorit kita di taman ini," papar Azka, menatap sepasang anak kecil itu dengan senyuman mengembang.

Azka tidak sadar bahwa Aileen yang berada di sampingnya tengah bersemu menatap laki-laki itu. Aileen selalu seperti itu, ketika pembahasan Azka adalah tentang 'kita'. Ada rasa senang yang menyusup dalam dadanya dan Aileen tersenyum dengan gemuruh hati bahagia. Ia mencoba menetralkannya dengan memandang ke arah lain dan tepatnya ke sepasang anak kecil yang tengah memakan es krim. Sepasang anak kecil itu, seperti pasangan kekasih yang romantis.

Aileen berpura-pura memasang wajah jijik dan berkomentar, "Itu anak kecil pada bucin banget, sih. Jijik gue liatnya, padahal masih pada bocil."

"Itu wajar, mereka masih kecil. Lagi pula, kita dulu kayak gitu juga. Ah! Gue tau!"

"Tau apa?" tanya Aileen cepat, menatap Azka yang berhenti berbicara terlalu lama.

"Lo ...." Azka menggantung perkataannya membuat Aileen menaikan kedua alisnya bingung. Azka melanjutkan perkataanya. "Lo pasti pengen kayak mereka, yah!" ucap Azka, kemudian tertawa.

Sebuah pukulan cukup keras mendarat di lengan Azka. Laki-laki itu mengelus lengannya dengan padangan yang dilayangkan pada gadis di sebelahnya yang menunjukan raut wajah kesal.

"Sok tau lo! Nih, minuman lo!" Aileen menyerahkan sebotol air mineral kepada Azka.

"Menurut lo, mereka akan kayak kita atau kayak orang lain?"

"Kayak kita?" Aileen bertanya dengan heran.

"Iya, kita kan sepasang sahabat sejati. Atau, mereka akan seperti orang lain yang akan menjadi pasangan sejati?"

Pertanyaan itu membuat Aileen terdiam, tenggorokannya terasa kering. Rasanya, pertanyaan itu bagai sebuah tamparan keras yang menyadarkan pikirannya. Ia menoleh ke arah Azka yang masih tersenyum melihat sepasang anak kecil itu, Aileen mencoba tersenyum.

"Takdir Tuhan tidak ada yang tahu, kan? Mau sahabat sejati atau pun pasangan sejati, keduanya memiliki kata sejati, tidak ada bedanya sama sekali," ucap Aileen membuat Azka menoleh.

"Tentu saja berbeda!" seru Azka cepat.

Aileen dan Azka saling menatap. "Tidak ada bedanya. Kata sejati mengikuti kata sebelumnya. Mau sahabat atau pasangan, keduanya sama-sama berarti dan akan selalu ada di hidup ini. Lagi pula kenapa kau bertanya seperti itu?" ujar Aileen, bangkit dari duduknya.

Azka hanya mengangkat bahunya acuh, lalu kembali meminum air mineralnya, dan setelah itu bangkit menyusul Aileen yang sudah berjalan di depannya. Azka tidak pernah sadar bahwa Aileen sebenarnya mencintainya dan gadis tomboy yang selalu bersamanya itu tidak pernah mengungkapkan apa pun, karena sedari kecil mereka berprinsip hanya akan menjadi sahabat. Ya! Sahabat sejati. Kebersamaan selama tujuh tahun itu hanya dianggap kebersamaan sepasang sahabat oleh Azka, sedangkan Aileen menganggap semua kebersamaan itu seperti sepasang laki-laki dan perempuan yang saling mencintai.

*****

"Alien! Itu paha ayam gue, jangan diambil! Kembaliin!" pekik Azka.

Aileen malah memasukkan paha ayam itu ke mulutnya dengan gerakan lambat sambil sesekali tertawa melihat wajah kesal Azka. "Suka-suka gue, dong! Ini rumah gue! Lagian lo kayak enggak punya rumah, makan di rumah gue mulu," ucap Aileen membuat Ira berdeham.

"Kamu enggak boleh gitu, Len. Lagian kamu ngapain ambil goreng ayam di piring Azka, di piring itu kan masih banyak." Ira berucap sambil menujuk piring di tengah meja makan.

"Bu, Aku ngerepotin, yah?" lirih Azka, menghentikan makannya.

Aileen yang tengah mengunyah, dengan kasar menelan makanannya, dan setelahnya melihat raut wajah Azka yang tampak sedih. Hatinya merasa bersalah, tetapi ia tidak bisa berkata apa pun. Ia tahu pasti kalau ibunya Azka sudah meninggal dan laki-laki itu hanya tinggal bersama ayahnya. Dulu, ia pernah makan di rumah Azka dan dengan lidahnya sendiri, ia merasakan makanan yang dibuat ayah Azka, rasa makanan itu jauh dari kata enak.

"Kenapa bilang gitu? Aileen cuma bercanda dan Ibu sama sekali enggak merasa repot. Ibu malah senang kamu makan di sini karena Ibu masak banyak. Jadi, jangan pernah bertanya seperti itu lagi! Lanjutkan makannya dan kalau lagi makan, jangan suka bicara," ujar Ira lembut membuat Azka tersenyum.

Mereka melanjutkan makanannya dalam diam. Setelah mereka makan, Azka dan Aileen yang mencuci piring. "Ka, gue minta maaf soal perkataan gue di meja makan tadi," ucap Aileen.

"Lo apa-apaan, sih? Dalam persahabatan itu enggak ada yang namanya maaf dan terima kasih. Udah biarin aja, gue tahu lo lagi bercanda."

"Iya tetep aja kalau gue salah, gue harus minta maaf."

"Yaudah, gue maafin lo." Azka mencuci tangannya dan mengusap puncak kepala Aileen.

Aileen memajukan bibirnya beberapa senti, membuat wajahnya terlihat imut, dan membuat Azka mencubit pipinya gemas. "Lo kadang-kadang kayak cewek, imut," celetuk Azka.

Aileen melepaskan tangan Azka dari pipinya, kemudian berkata, "Gue itu bukan kayak cewek,tapi emang cewek. Kalau gue imut, emangnya kenapa? Lo suka sama gue?"

"Gue? Suka sama lo? Iya." Azka pergi dari hadapan Aileen.

Aileen mematung mencoba mengulang kata-kata Azka yang berputar di pikirannya. Ia tidak salah dengar, bukan? Tadi Azka bilang kalau laki-laki itu suka dirinya. Laki-laki yang dicintainya bilang suka padanya. Itu sebuah hal yang membuat Aileen melayang.

Aileen menyusul Azka ke halaman belakang rumahnya. "Ka, tadi lo bilang suka sama gue?" Aileen bertanya.

"Iya, gue suka sama lo ... tapi boong." Azka tertawa setelahnya, kemudian melemparkan bola basket ke arah Aileen.

"Azka! Gila! Lo apa-apaan, sih? Kalau lempar bola basket yang bener, dong! Kalau kena muka gue, gimana?" Aileen melampiaskan rasa kesalnya dengan berteriak di depan laki-laki itu.

"Yailah, galak lo kambuh lagi. Lo kan jago basket, jadi engak mungkin enggak bisa nangkap bola," ujar Azka.

"Sejago-jagonya gue, bola basket tetap keras. Kalau mendarat di muka gue, muka gue bakal bonyok," ujar Aileen kesal.

"Hari ini lo bener-bener kayak cewek," celetuk Azka.

"Gue emang cewek, Azka!" teriak Aileen sambil melemparkan bola basket ke arah Azka.

To be continued ....

See you next part🤭
Salam dari
Dwi_nrmlsary28 dan tapak_Kata💕

Stuck Friendzone (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang