Chapter (23) // BENCI

717 55 3
                                    

"Manusia itu udah punya takdir dengan siklus senang dan sedih dalam kehidupan masing-masing. Namun, Tuhan berbaik hati dengan menciptakan peluang lain untuk sedikit keluar dari siklus sedihnya. Peluang itu hanya bisa digapai ketika kita mau berjuang."

(Aileen Nathania)

J A N  G A N   L U P A   V O T E, 
K O M E N   D A N   S H A R E👍

Happy reading 🌻

Selama hampir satu bulan Azka tidak pernah bertemu atau saling berkabar dengan Aileen. Walaupun mereka sekelas, tetapi Azka maupun Thalita sangat menjaga jarak dengannya. Aileen sangat merindukan sahabatnya itu, tetapi ia bisa apa? Bahkan lelaki itu sendiri yang memintanya untuk menjauh.

Aileen duduk seraya memainkan ponselnya, ia sedang asyik menjelajahi media sosial. Satu notifikasi di ponselnya, mampu membuat ia kehilangan separuh persediaan oksigennya. Dengan tangan bergetar hebat, Aileen menggeser tombol hijau.

"Len," lirih seorang laki-laki di seberang telepon.

Aileen menangis tanpa suara dengan tangan yang menutup mulut. Ia tidak menyangka hari-hari di bulan belakangan tidak mendengar suara ini. Ada rasa senang dan haru sekaligus yang hinggap di hatinya. Jika boleh mengekspresikan perasaannya, ia pasti akan meloncat-loncat riang. Namun, entah kenapa ia malah diam sambil menatap ponsel yang menampilakan nama Azka yang tengah menelepon.

"Len!" Suara laki-laki itu semakin keras karena Aileen tidak menjawab panggilannya.

Aileen menghapus air mata, mengembuskan napas pelan. "Ya?" ucapnya pelan.

"Alien!" teriak Azka.

Aileen tersenyum, tetapi air matanya kembali mengalir. Ia sangat rindu suara laki-laki ini, apalagi ketika Azka kesal dan berteriak seperti ini.

"Ada apa, Ka?" tanya Aileen serak.

"Lo udah tidur, ya? Ya udah gue matiin telponnya. Maaf udah ganggu lo tidur," ucap Azka.

"Azka, jangan ditutup!" teriak Aileen, bahkan membuat Azka menjauhkan ponselnya.

Azka tertawa sebentar, kemudian berkata, "Gue kangen sama lo."

Aileen menahan napas, ada suatu rasa membuncah dalam hati karena mendengar apa yang diucapkan Azka. Bagaimana bisa perjuangan melupakan Azka harus hancur berantakan hanya karena ini.

"Len, lo masih di sana, kan?" Azka kembali berkata.

"Hm."

"Gue minta maaf sama lo, Len."

"Buat apa?"

"Gue udah salah sama lo karena bersikap cuek selama sebulan belakangan."

Aileen mendengar Azka mengembuskan napas. Dalam hati ia ingin marah atau setidaknya berteriak kesal pada Azka. Kenapa Azka terus bersikap seperti itu, jika menyadari hal tersebut salah.

"Len? Lo enggak mau maafin gue?"

"Ka, gue enggak nyalahin sikap cuek lo. Gue ngerti kalau lo pasti punya alasan di baliknya. Lo nelpon gue karena lo ada masalah sama Thalita, ya?"

Aileen menutup mata, memukul bibirnya pelan, dan merutuk dalam hati kenapa ia malah membicarakan Thalita. Ia harusnya memanfaatkan ini agar lebih dekat lagi dengan Azka.

"Itu ... gue ...."

"Masalah apa?"

"Len, gue ... diputusin sama Thalita."

Stuck Friendzone (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang