Chapter (15) // OBAT NYAMUK

723 56 8
                                    

"Ternyata gue enggak bisa bahagia hanya karena melihat lo bahagia sama orang lain, Ka. Gue merasa enggak rela lo dimiliki sama orang lain. Kenapa lo harus milih orang baru buat jatuhin hati lo? Kenapa enggak gue aja yang dari dulu selalu ada buat lo?"
(Aileen Nathania)

J A N G A N   L U P A   V O T E,
K O M E N   D A N   S H A R E👍

Happy reading🌻

Semesta seolah tahu kalau malam ini ada hati yang terluka. Ia menyuruh langit ikut mengeluarkan air mata agar air mata lain tersamarkan. Air mata langit selalu bisa menenangkan dengan dingin dan kerasnya ia menyentuh kulit. Mungkin inilah saat yang tepat untuk menangis tersedu dan teriak sepuas hati tanpa perlu didengar orang lain.

Sama seperti yang dilakukan Aileen saat ini, ia berdiri mendongak menatap langit sambil berteriak mengadukan seluruh isi hatinya yang sesak. Ia tengah berada di sebuah taman yang dulu menjadi tempat favoritnya dan Azka. Tempat ini masih di sini, tetapi kenapa rasanya begitu berbeda? Dulu ia selalu bersama Azka dan minimal duduk sebentar sambil melempar tawa di kursi taman ini, tetapi mungkinkah Azka akan seperti itu lagi setelah pacaran dengan Thalita? Aileen berpikir, jika pun Azka mau ke tempat ini bersama, rasanya pasti akan sangat berbeda dan ia bukan tipe orang yang suka menganggu hubungan orang. Ia juga berpikir, kalau orang akan berubah seiring berjalan waktu dan ketika seseorang datang di kehidupan orang itu. Mungkin inilah saat-saat Azka akan berubah.

Memikirkan Azka yang sudah pacaran dengan Talita membuat Aileen ingin menghabiskan semua air mata.  Ia tidak mau rapuh seperti ini, apalagi alasannya karena orang yang jelas-jelas bukan miliknya. Ia tidak marah kalau sekarang ia disebut orang gila karena ia tahu apa yang dilakukannya hanya berbuah sia-sia. Aileen bahkan tidak memedulikan tubuhnya menggigil dan basah kuyup karena yang ia pedulikan saat ini adalah rasa sesak di hatinya harus hilang.

Aileen tahu ini juga salahnya, ia sendiri yang memaksakan diri mengikuti Azka yang pergi ke rumah Thalita. Menghela napas gusar, Aileen mengusap kasar air matanya yang bercampur dengan hujan. Ia tidak boleh seperti ini karena ini sudah jadi keputusannya sendiri, membiarkan diri terluka karena ingin melihat Azka bahagia. Ia harus pulang karena malam sudah larut dan ia tidak mau ibunya tahu kalau ia keluar rumah. Ia memang tidak memberitahu ibunya karena ia keluar lewat jendela kamar dan bilang mau istirahat lebih awal saat makan malam tadi.

Di sisi lain, Azka tengah bertelepon ria dengan Thalita, padahal Azka baru saja sampai di rumahnya. Mereka layaknya remaja biasa yang tengah dilanda asmara dan seperti tidak bisa lepas satu sama lain. Azka mengakhiri telepon itu pukul satu pagi, meski isi percakapannya hanya sedikit, dan lama karena mereka ribut siapa yang duluan harus mematikan sambungan telepon.

Azka tertawa. "Lucu juga Thalita. Untung sekarang pacar gue. Eh, gue belom kasih tahu si Alien," ucapnya sambil mengotak-ngatik ponsel untuk menelepon Aileen.

Dua kali mencoba menelepon Aileen, tetapi tidak diangkat. Azka mencoba sekali lagi dan akhirnya diangkat juga. "Alien! Gue udah jadian sama Thalita. Besok gue traktir lo di kantin sekolah dan mulai sekarang mungkin enggak bisa bareng lo lagi ke sekolah. Arah rumah lo dan Thalita beda dan lo tau juga gue kalau berangkat selalu siang. Enggak apa-apa, kan?" Azka berbicara cepat.

"Iya," ucap Aileen serak.

"Suara lo kok kayak abis ...."

Sambungan telepon terputus sepihak membuat Azka heran, tetapi kemudian mengambil kesimpulan kalau Aileen mungkin sedang mengantuk atau malah sudah tidur. Ia menjadi merasa bersalah, sehingga ia mengetik pesan pada sahabatnya itu.

Azka🐵

Al
Alien
Gue minta maaf kalau ganggu tidur lo
Gue cuma lagi berbagi kebahagiaan gue sama lo
Sampai jumpa besok di sekolah.

Aileen kembali meneteskan air matanya setelah melihat pesan itu dan berkata, "Ternyata gue enggak bisa bahagia hanya karena melihat lo bahagia sama orang lain, Ka. Gue merasa enggak rela lo dimiliki sama orang lain. Kenapa lo harus milih orang baru buat jatuhin hati lo? Kenapa enggak gue aja yang dari dulu selalu ada buat lo?"

Memikirkan semua itu membuat Aileen terjaga semalaman. Entah kenapa beberapa hari belakangan ini ia merasa terus saja bersedih, bahkan untuk tidur pun merasa tidak nyaman. Aileen berpikir bahwa semua itu terjadi karena hatinya yang tengah dilanda kegelisahan dan jalan satu-satunya untuk tidur adalah menangis sampai puas.

***

"Lo boleh pesen apa aja di sini karena hari ini gue traktir!" seru Azka pada Aileen yang duduk di seberang meja.

"Emang lo punya duit?" tanya Aileen, melirik Azka yang tengah tersenyum.

"Ada, dong. Ayo, cepet pesen! Mumpung lagi baik, kapan lagi coba seorang Azka traktir lo," ucap Azka, "kamu mau makan apa, Yang?"

Aileen yang akan berbicara, akhirnya diam karena Thalita lebih dulu berkata, "Apa aja, deh. Asal jangan banyak kalorinya. Kamu kepagian jemputnya, sih. Jadi gak masak dulu."

"Biasanya lo berangkat siang,tapi kenapa Thalita bilang sebaliknya?" batin Aileen, memperhatikan Azka.

"Abisnya aku udah rindu sama kamu," balas Azka sambil menarik gemas hidung Thalita yang tengah cemberut.

Aileen memutar bola mata, mencoba mengalihkan perhatian agar tidak melihat kemesraan orang di depannya. Ia sudah menolak untuk ikut ke sini, tetapi dua manusia itu memaksa. Alhasil dia ada di sana sebagai penonton yang melihat kemesraan pasangan yang tengah dilanda asmara itu. Ia tidak tahu kalau Azka bisa selebay itu berlaku pada perempuan. Aileen jadi membayangkan masa lalunya bersama Azka.

"Alien!" Teriakan itu membuat Aileen tersadar dari lamunannya.

"Hmm, apa?" tanya Aileen.

"Hari ini gue enggak bisa latihan basket, gue mau temenin pacar gue beli buku, dan gue enggak bisa nganterin lo pulang. Enggak apa-apa, kan?" tanya Azka.

"Ka, mending kamu latihan basket aja. Aku tungguin, deh. Nanti kita pulang sama Aileen juga, aku mau tahu rumah Aillen di mana," timpal Thalita.

"Beneran?" tanya Azka.

"Iya."

"Ah, gak usah. Nanti kamu kesorean pulangnya."

"Tapi ...."

"Katanya novel itu terbatas, kalau kamu nungguin aku dulu takutnya kehabisan buku itu."

"Tapi ...."

Aileen menggebrak meja, membuat Azka dan Thalita menoleh kaget padanya. "Enggak usah! Gue mau pulang sendiri, lagi pula gue enggak bilang bakal latihan basket hari ini. Kalau kalian mau pacaran, jangan ajak gue!" ucapnya.

"Lo cemburu?" tanya Azka membuat Aileen dan Thalita menatap tajam ke arahnya.

"Nyantuy, dong! Mata kalian kayak mau lepas, tuh!" Azka berucap sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Lagian lo kenapa bilang gitu? Gue enggak pernah cemburu. Gue itu cuma kayak nyamuk tau, gue ada di sini, tapi sekalinya gue mau ngomong selalu langsung dibuat diem. Apa kalian enggak risih sama gue yang ngikutin kalian terus?"

"Enggak!" jawab Azka dan Thalita kompak dan kemudian tertawa bersama, sedangkan Aileen menatap mereka dengan pandangan kesal.

"Sepertinya gue punya pasangan untuk hancurin hubungan Azka dan Thalita," batin seseorang yang memperhatikan meja yang diduduki Aileen, Azka, dan Thalita.

  To be continued ....

Stuck Friendzone (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang