"Jaga apa yang lo cinta sepenuh hati, meskipun lo harus terluka karenanya."
(Aldo Cakra Mahesa)
J A N G A N L U P A V O T E,
K O M E N D A N S H A R E👍Happy reading 🌻
Aileen menatap Thalita dengan pandangan kaget. Gadis tomboi itu membulatkan mata dan berlari ke arah Azka yang terduduk di lantai. Aileen sama sekali tidak menyangka perlakuan perempuan yang sangat dipuja sahabatnya bisa sejahat itu.Saran yang ia berikan kemarin ke Azka ternyata tidak semulus yang dibayangkan. Ternyata gadis yang katanya feminim dan anggun itu memiliki sifat sekasar binatang.
"Lo apa-apan, sih? Lo ngapain dorong Azka kayak gitu?" tanya Aileen, mengutarakan emosi marahnya.
"Len, udah jangan bentak Thalita!" ucap Azka, membentak Aileen.
Aileen menatap Azka dengan tajam. "Lo diam! Gue lagi nanya sama mantan lo yang sombong dan kasar ini!"
"Harusnya lo bilang gitu ke sahabat lo itu. Kenapa dia tetep nganggep gue pacarnya, padahal gue udah bilang putus. Kalau jadi cowok, punya harga diri, dong! Jangan ngemis-ngemis cinta kayak gini. Gue jijik sama lo, Ka." Thalita berucap sambil melipat tangannya di depan dada.
Aileen mengatur napasnya yang tidak teratur karena marah. Hatinya memanas karena mendengar kata-kata Thalita yang begitu sarkastis dan ada perubahan panggilan yang tadinya 'aku-kamu' menjadi 'gue-lo'.
"Jangan bicara seperti itu!" bentak Aileen.
"Bicara seperti apa? Bicara kalau dia adalah cowok lemah? Bicara kalau dia mengemis cinta ke gue? Atau, bicara kalau ...."
"Stop! Gue enggak suka lo ngomong gitu! Lo enggak berhak," sela Aileen, "kita harus pergi dari sini, Ka." Aileen menarik tangan Azka yang diam saja di sebelahnya.
"Gue masih berharap lo kembali sama gue, Tha." Azka berucap, kemudian berjalan ke arah mobil karena ditarik Aileen.
Di sepanjang perjalanan, Aileen dan Azka sama-sama terdiam, tidak ada yang berbicara sama sekali. Keduanya larut dalam pikirannya masing-masing, Aileen dengan rasa bersalah, kaget, dan sakit hati akan perbuatan Thalita, sedangkan Azka tidak menyangka Thalita akan menolaknya seperti itu.
"Azka stop!" perintah Aileen yang membuat Azka menekan pedal rem secara mendadak.
Keduanya terdorong ke depan, Aileen terbentur ke loker mobil, Azka terbentur setir mobil. Beruntung benturan itu tidak cukup keras karena mereka memakai sabuk pengaman. Keduanya mencoba mengatur napasnya melihat jalanan di depannya, kemudian melirik lampu lalu lintas yang menampilkan warna merah.
"Kalau di jalan, kalian harus fokus. Taati aturan!" bentak seseorang di dalam mobil yang melintas di depan mobil Azka.
Aileen melirik Azka yang hanya diam sambil memegang setirnya erat. Laki-laki itu tampak menahan amarahnya, terlihat dari matanya yang menampilkan sorot dingin dan rahang yang mengetat. Aileen mengembuskan napas gusar.
"Ka ..."
"Gue minta maaf," sela Azka cepat, memotong perkataan Aileen.
Aileen menatap Azka lama, bahkan sampai laki-laki itu melajukan mobilnya lagi. "Gue gak maksud nyalahin lo. Gue cuma minta maaf sama lo. Kalau bukan karena gue, lo enggak akan dapet hinaan Thalita."
"Gue yang makasih sama lo, Len. Sekarang gue tahu kalau gue benar-benar kecil di mata Thalita."
"Lo jangan dengerin ...."
Azka kembali menyela, "Len, gue enggak bisa anter lo pulang."
Aileen menelan ludahnya kasar, ia tahu Azka pasti ingin sendiri. Laki-laki itu pasti merasakan sakit hati karena ia juga merasakannya. Aileen tidak menyangka Azka akan mengalami fase sakit hati karena orang yang dicintai sepenuh hati akan berbuat seperti itu.
"Ya udah, gue turun di sini aja. Lo hati-hati nyetirnya. Kalau ada apa-apa, telepon gue! Gue ada di sisi lo, Ka. Kapan pun lo butuh gue," ucap Aileen tulus.
Azka hanya mengangguk untuk menanggapi ucapan Aileen. Laki-laki itu memberhentikan mobilnya, membuat Aileen mau tidak mau harus turun dari mobil. Setelah perempuan itu turun, Azka kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.
"Semoga lo baik-baik aja, Ka."
Aileen berjalan pelan di atas trotoar dengan rasa menyesal karena meminta untuk diturunkan di sini. Ia jadi harus berjalan karena ia sama sekali tidak membawa uang untuk naik kendaraan. Ingin menelepon ibunya pun percuma karena tidak di rumah. Ia tidak tahu kalau hasilnya akan seperti ini, ditambah lagi ia tidak menyangka respon Thalita akan seperti itu.
Aileen mengelus dada pelan ketika suara klakson motor begitu keras masuk ke telinganya. Ia berbalik badan dan menemukan Aldo yang tengah duduk di atas motor sambil tersenyum. Mungkin jika perempuan lain yang melihat, sudah dipastikan akan bilang kalau Aldo keren. Namun, di mata Aileen laki-laki itu sama sekali tidak punya kesopanan.
Aldo menyerahkan satu helm ke arah Aileen. "Ayo, gue anter pulang!"
"Enggak usah, gue bisa jalan sendiri," ucap Aileen ketus sambil melipat tangan di depan dada.
"Thalita berulah kayak dulu lagi, ya? Gue juga kayak Azka dulu, enggak mau diputusin. Sayang banget Azka itu bego, enggak bisa liat yang tulus dan yang licik. Padahal gue udah bilang kalau Thalita itu punya sifat buruk dan gue punya rencana buat hapus sifat buruk itu. Namun, gue enggak punya rekan. Ya udah, gue duluan kalau lo enggak mau dianter pulang." Aldo memakai helmnya dan tersenyum miring ketika Aileen tampak berpikir dan mengulurkan tangannya.
"Sini helmnya!"
Aldo memberikan helm kepada Aileen. Gadis itu segera memakainya dan naik ke motor Aldo dengan cepat. Sepanjang perjalanan, Aldo berteriak menceritakan semua keburukan Thalita untuk memengaruhi Aileen agar mau bekerja sama untuk balas dendam. Ia tidak rela gadis yang ia anggap masih menjadi pacarnya itu bahagia dengan orang lain. Ia tidak suka sama sekali penyebab senyuman Thalita adalah orang lain.
Aileen hanya mendengarkan semua kata-kata Aldo yang terasa benar setelah melihat kejadian tadi. Ia merasa marah pada Thalita dan merasa perempuan itu hanya akan membuat Azka menderita. Ia tidak akan rela melihat laki-laki pujaannya patah hati hanya karena perempuan seperti Thalita.
Aldo membuka helmnya. "Udah nyampe. Enggak mau turun?" tanya Aldo, menyadarkan Aileen yang tadi asyik melamun untuk segera turun dari motor.
Aileen menatap heran ke arah rumahnya, kemudian menatap Aldo tajam. "Lo tau rumah gue dari mana?"
"Gue udah bilang, gue selalu ngikutin kalian pergi termasuk ke rumah ini," balas Aldo santai.
"Dasar penguntit!"
"Terserah lo mau bilang apa. Gue harap lo pertimbangkan lagi untuk kerja sama kita. Gue masih nunggu jawaban lo. Gue cuma enggak pengen ada korban Thalita selanjutnya dan gue tahu lo cinta sama Azka. Jaga apa yang lo cinta sepenuh hati, meskipun lo harus terluka karenanya. Gue pulang. Sampai jumpa besok di sekolah," ucap Aldo, memakai helmnya lagi dan melajukan motonya.
Aileen merasa bimbang dengan ajakan Aldo. Di satu sisi ia mencintai Azka dan ingin melihat laki-laki itu dengan orang yang dia cinta, tapi di sisi lain ia membenci Thalita dan ingin membuat perempuan itu jauh-jauh dari hidup Azka.
To be continued ....
Hayoo siapa nih yang cita-citanya punya banyak uang tapi modal rebahan? Nah aku kasi solusi, kalian cukup download aplikasi aja terus daftar pake akun geogle dan pake kode undangan dari aku (8904482) biar langsung dapat 20.000 koin🤩 Aplikasinya namanya cashzine, kuy dicoba🤩
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck Friendzone (Tamat)
Teen Fiction[PART LENGKAP!!] Akibat perceraian kedua orang tuanya, membuat Aileen Nathania menjadi seorang gadis yang tak percaya adanya cinta. Penghianat yang dilakukan papanya kepada keluarganya membuat gadis itu menganggap bahwasanya semua lelaki itu sama. P...