"Apa gue bisa ngelupain lo, Ka? Sedangkan lo sendiri yang bikin gue berharap dengan semua sikap manis lo."(Aileen Nathania)
J A N G A N L U P A V O T E,
K O M E N D A N S H A R E👍Happy reading🌻
Bel pulang berbunyi, banyak siswa-siswi yang berhamburan keluar. Tidak terkecuali Aileen, kini ia sedang menunggu bus di halte. Ini adalah kali pertamanya pulang menaiki bus, biasanya ia akan diantar pulang Azka, tapi itu tidak akan pernah terjadi lagi. Hampir sepuluh menit gadis itu menunggu, namun tidak ada tanda-tanda bus akan datang. Aileen menghela napas panjang, ia sangat benci jika disuruh menunggu seperti ini.
Tin ... tin ....
Aileen menoleh ketika mendengar klakson mobil, ia sudah tidak asing lagi dengan pemilik mobil itu. Siapa lagi kalau bukan Azka. Gadis itu tersenyum manis, pasti lelaki itu akan mengantarkannya pulang.
"Gue duluan, Len. Sorry enggak bisa antar lo pulang, gue mau temenin Thalita ke toko buku," ucap Azka, mendengar itu membuat senyum Aileen memudar. Ia seperti tertampar oleh kenyataan pahit. Gadis itu melupakan satu fakta, jika Azka kini telah memiliki prioritas utama baru.
"Iya, santai aja. Gue bisa pulang naik bus, kok."
"Kalau kamu mau, kita bisa ke toko buku bareng. Dari pada kamu sendirian nunggu bus di sini," ajak Thalita lembut. Gadis itu tidak tega melihat Aileen menunggu sendirian di sana.
"Makasih, tapi gue di sini aja," tolak Aileen, ia tidak mau menanggung sakit hati lagi karena melihat sahabatnya bermesraan dengan gadis lain.
"Beneran?"
"Iya."
"Ya udah, gue pergi dulu. Kalau busnya lama, lo pesan taksi online aja." Aileen mengangguk seraya tersenyum tipis. Azka membalas senyum itu, kemudian berlalu meninggalkannya terduduk sendiri di halte.
"Gue tau lo suka sama Azka, cara lo mandang dia itu beda dan gue tebak lo pasti cemburu lihat kemesraan mereka. Tenang aja, penderitaan ini nggak bakalan lama, karena gue akan bantu lo dapetin impian yang lo harapin," batin lelaki itu seraya memasang helmnya, ia menyeringai kemudian melajukan motornya meninggalkan area sekolah.
***
"Ka, ambilin buku yang di atas sana," ucap Thalita, tangannya mencoba meraih buku bersampul merah itu. Namun, tinggi badannya tidak sepadan dengan tinggi rak buku.
"Nih, bukunya." Azka menyerahkan buku yang diminta gadisnya itu. Thalita tersenyum manis seraya mengucapkan terima kasih.
"Kamu di sini dulu, ya! Aku mau ke toilet bentar."
"Oke," balas Thalita.
"Tunggu bentar, Yang," ucap Azka, lelaki itu mengacak rambut Thalita pelan. Perlakuan manis itu sontak membuat pipi Thalita merona, gadis itu tampak salah tingkah ketika Azka memanggilnya 'Yang', padahal ini bukan pertama kalinya lelaki itu memanggilnya demikian.
"Iya, Ka."
"Ka doang? Sayangnya mana?" goda lelaki itu dan lagi-lagi mampu membuat gadis di depannya ini salah tingkah.
"Azka!" Thalita mencubit lengan Azka, lelaki itu mengaduh meminta ampun.
"Iya-iya. Ampun, Tha. Ya udah aku pergi dulu," pamit Azka, meninggalkan Thalita sendiri di sana.
Dua puluh menit berlalu, Azka belum menampilkan batang hidungnya. Sebenernya apa yang dilakukan lelaki itu di toilet. "Azka mana, sih?" gumam Thalita lirih, ia menoleh ke kanan-kiri, tetapi tetap saja tidak ada tanda-tanda lelaki itu ada di sini.
"Apa Azka ninggalin aku? Ah, enggak mungkin, tapi ... dia ke mana? Atau, aku susulin aja, ya?" batin Thalita. Belum sempat kakinya melangkah, tiba-tiba tubuhnya terasa limbung. Gadis itu langsung menutup matanya, menunggu rasa sakit yang akan ia dapatkan akibat terbentur lantai.
"Maaf gue enggak sengaja." Mendengar suara itu membuat Thalita membuka matanya. Ia bersyukur orang itu ternyata telah menolongnya.
"Iya enggak apa-apa, kok," ucap Thalita, ia memutar tubuh agar dapat melihat orang yang telah menolongnya. Tubuhnya membeku ketika tahu siapa orang itu.
"Kamu ...." Lelaki itu menyeringai melihat ekspresi Thalita.
"Ternyata takdir mempertemukan kita lagi," jawab lelaki itu. Thalita segera melepas tangan lelaki itu dari tubuhnya, ia sangat muak melihat wajah orang itu. Tanpa berucap sepatah kata pun, ia meninggalkan tempat itu.
"Permainan kita dimulai ...."
****
Aileen menatap sendu fotonya dengan Azka. Ketika melihat foto itu, kenangan mereka seolah terputar bak kaset rusak. Air matanya mengalir tanpa aba-aba, ia mengusap cairan bening itu dengan kasar. "Gue enggak boleh lemah kayak gini! Ini semua udah takdir, gue harus tetap ngelanjutin hidup. Tanpa Azka," ucapnya menguatkan diri.
Gadis itu kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur. Hari ini ia sangat lelah, semua kejadian itu membuat otaknya buntu. Ia harus melupakan sikap manis Azka dan berhenti berharap dengan lelaki itu.
"Apa gue bisa ngelupain lo, Ka? Sedangkan lo sendiri yang bikin gue berharap dengan semua sikap manis lo," gumamnya lirih, tangannya meremas kasurnya. Menyalurkan rasa sakit di hatinya, ketika ia memikirkan Azka, rasa sakit itu semakin menjadi. Sakit sekali.
"Arghh!!" Aileen memecahkan vas bunga di samping tempat tidurnya. Vas itu hancur, sama seperti hatinya saat ini.
Mendengar keributan di kamar anaknya, membuat Ira khawatir. Ia tak pernah melihat anaknya bertindak seperti ini. "Len, buka pintunya," ucapnya seraya mengetuk-ngetuk pintu kamar anaknya.
"Aileen! Kamu kenapa, Nak? Buka pintunya, kita selesain masalahnya dengan baik-baik. Kamu bisa cerita ke Mama." Namun tak ada sahutan dari dalam, tiba-tiba kamar itu senyap, seolah tidak ada orang di dalam. Ira segera mencari kunci cadangan, dan membuka kamar anaknya.
"Aileen," panggil Ira lembut, ia tahu anaknya sedang ada masalah, jadi ia harus menyikapinya dengan lembut tanpa amarah.
"Aileen! Kamu di mana, Nak?" Lagi-lagi Ira tidak mendapatkan balasan, kamar anaknya itu tampak seperti kapal pecah.
"Aileen!!"
****
"Gue muak sama semua ini! Kenapa Tuhan takdirin hidup gue kayak gini! Gue udah enggak punya siapa-siapa lagi, semua udah hancur!" jeritnya. Setelah memecahkan vas di kamarnya, Aileen kabur dari rumah, ia ingin mencari ketenangan. Bukannya ia tidak percaya dengan mamanya, tapi Aileen ingin menyelesaikan masalahnya sendiri. Tanpa melibatkan banyak orang, ia tidak mau terus-terusan merepotkan mereka lagi.
"Tuhan, kenapa semua ini terjadi sama gue! Kenapa kebahagiaan enggak pernah berpihak di hidup gue! Gue capek, gue muak dengan ini semua!" Aileen mencoba mengeluarkan semua beban di hatinya, gadis itu menangis meraung-raung. Untung saja rumah pohonnya jauh dari pemukiman, jadi ia tidak perlu khawatir ada orang yang mendengarnya.
To be continued ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck Friendzone (Tamat)
Teen Fiction[PART LENGKAP!!] Akibat perceraian kedua orang tuanya, membuat Aileen Nathania menjadi seorang gadis yang tak percaya adanya cinta. Penghianat yang dilakukan papanya kepada keluarganya membuat gadis itu menganggap bahwasanya semua lelaki itu sama. P...