Chapter (27) // BALAS DENDAM

686 50 5
                                    

"Jangan salahkan rasa cintanya, karena cinta itu udah hakikat setiap manusia. Dia datang tiba-tiba dan pergi tanpa pamit. Mungkin cara lo yang salah dalam mencintai, makanya lo bisa berpikiran kayak gitu."

(Aldo Cakra Mahesa)

J A N G A N L U P A V O T E,
K O M E N D A N S H A R E👍

Happy reading 🌻

Aldo sangat kesal dengan sikap Azka, lelaki itu lebih mementingkan pacarnya dibandingkan sahabatnya. "Lo emang bangs*t, Ka!" umpatnya tanpa sadar.

"Al ...." Aldo terhenyak mendengar suara lemah itu, ia tidak sadar kalau dirinya masih ada di dalam ruang perawatan Aileen.

"Iya, Len?" jawabnya kikuk.

"Bantu gue, Al." Aldo mendekat ketika mendengar suara isakan yang keluar dari bibir gadis itu.

"Bantu apa?"

"Bantu gue ... balas dendam," ucap Aileen. Aldo sempat terkejut dengan pernyataan Aileen itu, karena ia tau dari awal gadis itu tidak mau mencelakai Talitha. Terbukti ketika Aldo mengungkapkan niat awalnya, tetapi dengan mentah-mentah Aileen menolaknya.

"Lo beneran?" Aileen mengangguk mantap.

"Gue enggak mau kayak gini terus, Al. Hidup gue seakan cuman jadi persinggahan saat tokoh utama pergi, gue capek jadi figuran terus, Al! Gue juga mau jadi tokoh utama! Gue juga butuh kebahagiaan." Aileen terisak, ia sudah tidak mampu menahan air matanya. Cukup! Ia telah membuka topeng kepalsuannya. Ia menyerah, ia kalah dengan semua ini.

Entah mendapat keberanian dari mana, Aldo memeluk tubuh ringkih Aileen. Sebenarnya tadi ia sudah tidak mau lagi melibatkan gadis itu dalam rencana balas dendamnya. Aldo juga kasihan melihat Aileen yang selalu disia-siakan oleh Azka. Mengingat nama itu membuat emosi Aldo membara.

Tangan Aldo mengusap pelan punggung Aileen, mencoba menenangkan gadis itu. Namun usahanya itu terkesan sia-sia, karena tangis gadis itu malah semakin menjadi. "Tunggu hadiah lo, Ka! Gue jamin lo bakalan suka."

****

"Lo beneran udah enggak apa-apa?"

"Iya, Al. Gue enggak selemah yang lo pikir, ya!" balasnya sengit. Aldo hanya menghela napasnya, sepertinya percuma saja ia berdebat dengan gadis keras kepala seperti Aileen.

"Oke."

Aileen bersorak dalam hati, akhirnya ia bisa keluar dari ruangan putih berbau obat ini. Jujur, ia sangat muak dengan semua bau ruangan ini.

"Ayok!" ajak Aldo seraya menyodorkan tangannya. Aileen mengernyit tidak paham dengan apa yang dipikirkan lelaki ini.

"Ayok, Len!" ucapnya lagi, ketika melihat tidak ada pergerakan yang dilakukan gadis di depannya ini.

"Gue enggak pa ...."

"Lama!" sela Aldo, langsung mengendong Aileen ala bridal style. Aileen sangat terkejut dengan apa yang dilakukan Aldo. Perlakuan lelaki ini selalu tiba-tiba, membuat Aileen tidak siap.

"Turunin gue, Al!" Membuat pergerakan Aldo terhenti.

"Beneran?"

"Iya, Al!" Aldo mengangkat alisnya sebelah, kemudian mulai melemaskan tangannya. Melihat itu sontak membuat Aileen memeluk leher Aldo.

"Katanya minta turun? Kok malah meluk gue?" ucapnya menggoda.

"Enggak di sini juga kali!"

"Lo minta turun, kan?" Aileen menggeleng, padahal jelas-jelas gadis itu tadi meminta turun. Dasar.

"Ayok."

"Ke mana?" tanya Aldo.

"Pulang, Al!" balas Aileen geram, pasalnya sejak tadi Aldo hanya diam tidak bergerak, bahkan kini tangan Aldo sudah tidak menopang badannya, membuatnya mau tidak mau terus memeluk leher lelaki itu agar tidak jatuh. Karena jujur, saat ini kepala Aileen masih sangat pusing.

"Ya udah, ayok!" Kemudian keduanya kembali berjalan dan tangan Aldo kembali memeluk tubuh Aileen.

"Thalita pasti nyesel banget saat dia milih pergi ninggalin lo, Al," batin Aileen. Gadis itu terus memperhatikan wajah tampan Aldo, ia masih tidak menyangka lelaki ini masih mau membantunya walaupun ia sering membentak Aldo.

"Makasih, Al. Lo ternyata orang baik," ucapnya lirih bahkan terkesan berbisik.

"Hah? Lo ngomong apa?" Aileen mengeleng cepat, ia tidak mau lelaki ini besar kepala karena ketahuan memujinya.

Selama perjalanan dari rumah sakit sampai rumah Aileen, tidak ada percakapan di antara mereka. Hening, padahal gadis ini tidak suka keheningan.

"Len ...." Saat hendak memulai obrolan, ucapan Aldo mendahuluinya.

"Iya, Al?"

"Lo beneran mau balas dendam sama Thalita?" Aileen diam, kenapa Aldo lagi-lagi menanyakan hal itu? Apa ucapannya tampak seperti lelucon?

"Lo masih sayang sama Thalita? Sampai lo enggak tega untuk nyelakain dia?" balasnya sinis.

"Bukan gitu, Len! Lo sendiri yang bilang sama gue, kalau lo enggak mau nyelakain Thalita."

"Itu dulu, Al. Sekarang semua udah beda," jawab Aileen lirih, gadis itu mulai meneteskan air matanya lagi. Aldo yang melihat itu pun merasa bersalah, ia segera menepikan mobilnya.

"Len ...."

"Gue kira bakalan bisa tahan sama sikap Thalita, ternyata semua itu enggak semudah yang gue pikir. Gue dulu udah rela Azka sama Thalita, karena gue yakin kalau Thalita itu orang baik. Tenyata dugaan gue selama ini salah, Al ...," tutur gadis itu, nada yang ia gunakan sangat menyakitkan. Tersirat luka dan kesakitan dalam setiap kata-katanya.

"Gue bakalan bantu lo, Len. Lo tenang aja, saat semua orang pergi ninggalin lo sendiri, gue bakalan ada di sini untuk selalu temenin lo," ujar Aldo, lelaki itu tersenyum sangat manis. Sebenarnya ia juga sama tersiksanya dengan Aileen, tetapi ia tidak mau menunjukkannya.

"Makasih, Al." Aileen memeluk tubuh Aldo, lagi-lagi ia menumpahkan segala rasa sakitnya di dada lelaki itu. Ia tidak peduli baju Aldo yang basah karena air matanya, bahkan Aldo tidak mempermasalahkan itu.

"Gue tau lo kuat, Len. Lo enggak boleh lemah kayak gini, mana Aileen yang dulu? Yang kuat? Yang enggak bakalan nyerah? Dan selalu optimis?"

Mendengar itu membuat Aileen mengusap air matanya kasar, ia tertohok dengan ucapan Aldo. Benar kata Aldo, di mana Aileen yang dulu? Kenapa sekarang gadis itu terlihat sangat cengeng? Bahkan Aileen yang dulu tidak pernah menangis karena hal sepele seperti ini.

"Gue ada di sini, Al. Sekarang gue sadar, gue udah banyak berubah karena mencintai Azka. Gue terlalu lemah setelah mengenal cinta, gue kira cinta bakalan buat orang akan kuat, ternyata itu semua bulshit!"

"Jangan salahkan rasa cintanya, karena cinta itu udah hakikat setiap manusia. Dia datang tiba-tiba dan pergi tanpa pamit. Mungkin cara lo yang salah dalam mencintai, makanya lo bisa berpikiran kayak gitu." Aileen menunduk dalam, semua yang dikatakan Aldo ada benarnya. Ini semua salahnya, Azka tidak pernah memintanya untuk mencintai lelaki itu.

"Lo bener, Al. Gue yang salah," ujar Aileen.

Mobil terhenti di depan pekarangan rumah Aileen, Aldo segera menghapus jejak air mata gadis itu. Ia benci melihat tangisan seorang gadis, apa lagi ia menangis gara-gara lelaki.

"Udah! Cukup sampai di sini lo nyalahin diri lo, karena besok gue udah enggak mau denger kisah sedih dari mulut lo," tegas Aldo. Aileen mengangguk, ia juga sudah muak terus-terusan menangis sejak tadi.

"Gue pulang dulu, besok kita bahas rencana kita," pamit Aldo, senyum lelaki itu selalu tercetak jelas di wajahnya.

"Iya, Al."

To be continued ....

Stuck Friendzone (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang