Chapter (8) // NYAMAN

917 77 15
                                    

"Terkadang akan lebih baik tidak melibatkan diri pada hal-hal yang akan kamu tinggalkan, tetapi akan jauh lebih baik ketika kamu menjalani semuanya sebelum pergi. Kamu bisa melanjutkan cerita meski saling berjauhan. Cerita dengan banyak tokoh akan lebih menyenangkan daripada sendirian."

(Azka Aldric Mahendra)

J A N G A N L U P A V O T E,
K O M E N D A N S H A R E👍

Happy reading 🌻

Hari ini adalah hari pertama Azka berangkat sekolah tanpa Aileen. Ia merasa bersalah karena skors yang didapatkan Aileen. Tidak ada yang marah memang, tetapi tetap saja ia kesal. Bu Ira, ibunya Aileen, bahkan tidak memarahi anaknya karena ia yakin pasti ada alasan dibalik semua itu. Meski ia tidak membenarkan apa yang dilakukan Aileen yang mengedepankan kekuatan fisik.

Azka merasa sendiri di sekolah, bukan karena ia tidak memiliki teman, tapi karena ia mematok Aileen sebagai pelengkapnya. Ia tidak apa-apa kalau harus membersihkan toilet tiap pagi. Namun, bagaimana dengan Aileen yang tidak sekolah? Azka menghela napas gusar. Ia tidak mungkin protes pada guru karena Aileen diskors, ia yakin jika ia protes, hukumannya akan ditambah.

"Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Silahkan kamu perkenalkan diri!" ucap Bu Dina pada gadis di sampingnya.

Azka menatap ke depan untuk melihat anak baru yang akan menjadi teman kelasnya. Matanya tidak berkedip ketika melihat wajah gadis yang begitu cantik di depannya. Ia merasa tersihir ketika menatap manik mata yang berwarna hitam pekat milik gadis itu. Azka hanya diam, tapi matanya terus saja mengikuti gerak gadis itu.

"Perkenalkan namaku Thalita Aqilla Zahran. Aku pindahan dari Bandung karena ayahku pindah tugas ke sini. Aku harap bisa berteman dengan kalian semua. Terima kasih."

Ucapan lembut Thalita membuat Azka menahan napasnya sejenak. Laki-laki itu tersenyum karena ini kali pertamanya menyukai gadis feminim seperti Thalita. Mereka bahkan belum saling mengenal, hanya dirinya yang mengenal Thalita, tetapi rasanya ia merasa sudah dekat dengan gadis itu. Ada perasaan aneh saat ia menatap gadis itu.

"Karena bangku kelas semuanya sudah terisi, kamu duduk di sebelah Azka. Mungkin besok bangkunya akan datang. Silahkan duduk. Untuk yang lain jangan lupa ajak Thalita bersosialisasi," ucap Bu Dina.

Anak-anak menjawab dengan kompak. Mereka pun senang mendapat teman baru yang cantik dan lemah lembut seperti Thalita. Mereka bahkan tersenyum dan beberapa laki-laki malah bersiul ingin berkenalan dengan gadis itu.

"Hai, aku izin duduk di sini."

Azka terdian memandang Thalita yang begitu dekat dengannya. Hatinya berdebar keras, bahkan ia bisa mendengar sendiri debaran jantungnya. Thalita mengibas-ngibaskan tangannya di hadapan Azka yang sama sekali belum mengizinkannya duduk. Laki-laki itu mengerjapkan matanya memandang ke arah papan tulis.

Azka berdeham dan kemudian berucap, "Boleh."

"Terima kasih. Salam kenal, semoga kita menjadi teman."

Azka menoleh menatap Thalita yang tesenyum manis padanya. Entah kenapa ia tidak suka gadis itu tersenyum lama. Terlebih jika senyum itu akan dilihat orang lain. Ia menggelangkan kepalanya mengusir semua pikiran itu. Ia mengalihkan pandangannya ke papan tulis, tidak menanggapi perkataan Thalita tadi.

*****

"Enggak apa-apa, aku bawa banyak, kok. Aku sangat suka memasak dan jajanan di luar itu belum tentu sehat. Jadi, kita makan berdua aja," ucap Thalita.

Stuck Friendzone (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang