Chapter (21) // MANTAN

713 56 4
                                    

"Dari awal bertemu seseorang adalah asing dan akhir setelah bertemu seseorang juga akan asing. Siklus semesta memang begitu. Terkadang lo harus terus berjalan tanpa adanya kenyataan yang tidak sesuai harapan."

(Aldo Cakra Mahesa)


J A N G A N L U P A V O T E,
K O M E N D A N S H A R E👍

Happy reading 🌻

Aileen mengembuskan napas lega ketika motor yang ia tumpangi berhasil sampai tepat beberapa detik sebelum pintu gerbang ditutup. Namun, setelah sampai di parkiran dan turun dari motor lelaki yang mengaku bernama Aldo, gadis itu memasang muka kecut. Ia masih berdiri di dekat motor lelaki itu untuk membicarakan sesuatu.

"Harusnya lo minta maaf karena maksa gue buat ikut sama lo." Aileen berucap sinis.

"Lo harusnya berterima kasih sama gue. Kalau tadi gue enggak maksa lo buat numpang di motor kesayangan gue, lo bakal telat," ucap Aldo, setelah membuka helmnya.

Aileen menatap Aldo sinis. "Tetep aja lo harusnya kalau ngajak cewek itu harus baik-baik, enggak boleh maksa gitu!"

"Ya udah. Gue sebagai cowok yang baik bakal ngalah sama cewek. Gue minta maaf sebesar-besarnya sama lo, tapi gue enggak nyesel tadi ngelakuin hal itu," ungkap Aldo dengan senyuman miringnya.

Aileen mengernyitkan dahi, memperhatikan wajah Aldo yang tampak tidak asing di matanya. Aileen berteriak sambil menujuk lelaki di sampingnya. "Lo anak IPA empat?"

"Lo kenal gue? Gue emang terkenal, sih." Aldo menyugar rambutnya ke belakang.

"Lo yang dorong Azka waktu lomba basket antar kelas, kan?" tanya Aileen dengan nada ketus.

"Eh, enggak! Itu ... bukan gue. Gue ... enggak pernah ngelakuin itu," balas Aldo dengan nada gugup dan tangan yang melambai-lambai di depan dada.

"Ngaku aja lo!"

"Enggak."

"Ngaku!"

"Oke-oke. Gue enggak sengaja waktu itu," tukas Aldo, "lo sampai tau hal yang berhubungan dengan Azka, padahal itu udah lama banget."

"Azka itu segal--"

Aileen menghentikan perkataanya, membuat Aldo mengangkat kedua alisnya, menunggu jawaban gadis itu. Merasa Aileen tidak akan melanjutkan kata-katanya, Aldo berkata, "Segalanya? Gue bisa liat lo cinta sama dia, kan?"

"Jangan sok tau!" gertak Aileen.

"Gue enggak sok tau. Gue selalu ngikutin ke mana pun kalian pergi," ucap Aldo.

"Kalian?"

"Iya. Lo, Thalita, sama Azka."

Aileen menatap Aldo tajam. "Ngapain lo ngikutin kita?"

"Gue akan jelasin semuanya waktu istirahat nanti di taman belakang. Terserah lo mau datang atau enggak, gue akan tetap di sana. Kayaknya kita ngobrol terlalu lama. Gue duluan," ucap Aldo, kemudian melihat jam di pergelangan tangannya dan turun dari motornya.

Aileen mengembuskan napas gusar dan berjalan lunglai menuju kelasnya. Ia merasa penasaran dengan sosok Aldo dan merasa harus menemui lelaki itu. Namun, di sisi lain ia tidak suka dengan lelaki itu dan tidak ingin berhubungan karena lelaki itu pernah jahat pada Azka.

*****

Bel istirahan berbunyi beberapa detik lalu, tetapi keadaan kelas sudah sangat sepi. Hanya tersisa tiga orang di kelas ini yaitu Aileen, Azka, dan Thalita. Aileen hanya bisa menatap sedih ke arah Azka yang tampak mesra dan senang bersama Thalita.

"Gue harus pergi dari sini agar hati gue enggak sakit kayak gini," gumam Aileen.

Aileen beranjak melewati bangku pasangan yang tengah bermesraan itu dengan langkah cepat, padahal jika ia melangkah pelan pun, Aileen yakin tidak akan pernah disapa lagi oleh Azka. Aileen berjalan tanpa arah, ia tidak tahu ke mana ia harus pergi. Jika pergi ke kantin, ia harus mengeluarkan uang yang sekarang harus benar-benar dihemat. Jika ke perpustakaan, ia harus membawa kartu atau minimal membaca buku di sana, ia sedang tidak ingin itu sekarang. Ia ingin menenangkan pikiran dan tempat yang cocok adalah taman belakang sekolah.

Aileen duduk di salah satu kursi panjang yang terbuat dari kayu. Ia menatap sekeliling dan tidak menemukan seseorang di sana, sehingga ia akhirnya mengeluarkan air matanya. Ia sangat sedih sekarang dan salah satu melampiaskan kesedihannya saat ini hanyalah menangis.

"Gue enggak nyangka kita bisa seasing ini, Ka."

"Dari awal bertemu seseorang adalah asing dan akhir setelah bertemu seseorang juga akan asing. Siklus semesta memang begitu. Terkadang lo harus terus berjalan tanpa adanya kenyataan yang tidak sesuai harapan." Seseorang yang berucap membuat Aileen menghapus air matanya kasar.

Aileen membalikan tubuhnya, menatap seseorang yang menganggu waktu sedihnya. "Lo ngapain di sini?"

"Kalau lo lupa, tadi gue ngajak lo ketemuan di sini," ucap Aldo sambil duduk di depan Aileen.

"Lo mau jelasin apa?" tanya Aileen setelah ingat kalau tadi Aldo mengajaknya bertemu untuk menjelaskan sesuatu.

"Gue pacarnya Thalita."

"Hah? Thalita mana?"

"Thalia Aqilla Zahran."

Aileen membulatkan matanya. "Jangan ngaco! Thalita itu pacarnya Azka."

"Itu sekarang. Gue belum putusin dia waktu gue pindah ke sini," ucap Aldo dengan tenang.

Aileen menatap tajam Aldo, mencoba mengintimidasi. Ia ingin tahu seberapa jujur lelaki di depannya itu. Namun, beberapa menit berlalu lelaki yang ditatapnya sama sekali tidak risih, bahkan terkesan santai, membuat Aileen yakin Aldo tidak berbohong.

"Kenapa lo bilang belum putus? Setau gue lo itu dari kelas sepuluh udah di sini, kan?"

"Gue pacaran sama Thalita waktu duduk di kelas sembilan. Gue harus pindah ke sini karena nenek gue sakit-sakitan dan butuh orang tua gue buat ngurus. Gue udah bilang enggak mau pindah, tapi mereka enggak percaya sama gue yang masih bau kencur harus hidup sendiri dan beda kota," ucap Aldo.

"Lalu?" tanya Aileen, mulai bersemangat mendengarkan.

Aldo tersenyum. "Gue ketemu sama Thalita waktu itu untuk bicarain masalah ini. Dia bilang dia enggak apa-apa harus berhubungan sama gue meski jarak jauh. Gue sama dia selalu komunikasi lewat media sosial. Namun, semuanya tidak berjalan lancar, dia berubah, dan tidak bisa dihubungi lagi enam bulan lalu. Waktu libur semester, gue nekat pergi ke Bandung cuma buat ketemu dia. Tapi ...."

"Tapi, apa?"

Aldo menatap Aileen lama dan berucap, "Dia udah pindah."

"Pindah? Tapi ... waktu itu Azka bilang bahwa Thalita dari Bandung."

"Iya," ucap Aldo dengan senyum kecut.

"Lalu kenapa lo bilang dia pindah?" tanya Aileen karena penasaran.

"Mungkin dia ngindarin gue. Waktu gue pulang dari Bandung, ada pesan dari dia. Katanya, dia mau putus."

Aileen menatap Aldo dengan pandangan tidak enaknya. Siapa sangka lelaki itu punya kisah cinta yang miris juga. Ternyata jika pun sudah memiliki hubungan dengan orang yang dicinta, tetap saja kisah miris itu ada. Ia jadi mengingat papanya yang juga memutuskan hubungan secara sepihak dan tiba-tiba.

"Lalu?"

"Gue bilang enggak mau putus sama dia, tapi dia tetep bilang kita udah putus. Gue baru tau dia pindah ke sini pas liat dia di lapangan basket dan gue ketemu langsung sama dia pas di toko buku."

"Toko buku?"

"Iya, waktu itu gue ngikutin dia sama si Azka. Gue nyamperin Thalita pas Azka izin ke toilet."

Aileen sekarang mengerti kenapa dulu Thalita cuek pada Azka, itu bukan kelamaan di toilet, tetapi karena Thalita bertemu dengan masa lalunya.

To be continued ....

Stuck Friendzone (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang