Chapter (17) // PELAMPIASAN

735 62 3
                                    

"Dan sekarang gue tahu, Ka. Pasangan sejati dan sahabat sejati itu sangat berbeda."

(Aileen Nathania)

J A N G A N L U P A V O T E,
K O M E N D A N S H A R E👍

Happy reading🌻

"Len! Aileen!" Azka kembali menggoyangkan bahu Aileen yang masih terlelap di mimpinya.

Melihat ada pergerakan kecil dari Aileen membuat Azka terdiam. Aileen terbangun, matanya mengerjap beberapa kali dan menyapu isi ruangan. Matanya langsung terkunci menatap Azka tanpa berkedip. "Mimpi gue indah," gumamnya.

Azka mengerutkan dahinya dan bertanya, "Lo mimpi apa?"

"Masa depan," balas Aileen, masih menatap Azka.

"Anj*r gue baru tau lo punya masa depan!" seru Azka, "cepetan siap-siap kita mau jogging dan hari ini gue mau minta saran lo lagi. Thalita marah lagi sama gue."

Mendengar nama Thalita, Aileen mengerjap dan mencubit lengannya untuk memastikan apakah ini kenyataan atau mimpi. "Azka! Lo ngapain di sini?" tanya Aileen dengan suara melengking ketika menyadari ini bukan mimpi.

Azka menjauhi Aileen untuk menyelamatkan telinganya. Tidak biasanya gadis itu berteriak seperti itu, ditambah lagi ketika Aileen bangun dan berkata lembut tadi. Ia menjadi heran sendiri dibuatnya.

"Alien, lo kalau ngomong kecilin dikit, dong! Lo mau tanggung jawab kalau gendang telinga gue pecah?" tanya Azka, memutar bola matanya.

"Bodo amat," jawab Aileen ketus, "sana lo pergi dari kamar gue! Gue mau lanjut tidur."

"Eh, jangan tidur lagi! Kita harus jogging! Lo jadi cewek jangan pemalas gini, dong," protes Azka.

"Kenapa emangnya kalau gue malas? Mau bandingin gue sama Thalita yang selalu rajin?" tanya Aileen, memasang wajah marah.

Azka terkekeh. "Karena lo udah tau itu. Jadi, gue enggak perlu ngomong dua kali."

"Kenapa lo enggak samperin cewek lo yang rajin, cantik, dan bisa masak? Bosen? Ada masalah lagi? Atau, lo udah putus?" tanya Aileen beruntun.

"Jangan ngomong sembarangan, dong! Gue sayang sama Thalita tidak terbatas waktu, gue juga enggak akan bosen sama dia, tapi .... lo bener, gue ada masalah sama dia," keluh Azka dengan wajah ditekuk sedih.

Aileen tadinya ingin marah karena lak-laki itu selalu saja datang kepadanya di saat merasa patah hati. Namun, entah kenapa Aileen tidak bisa menolak, apalagi ketika melihat wajah sedih itu. Aileen tidak akan pernah bisa dan mungkin inilah yang menjadi titik luluhnya. Ia menjadi teringat kejadian seminggu lalu saat Azka datang ke rumahnya dan merengek saran. Ia jadi tahu kalau Thalita adalah tipe perempuan ribet karena selalu marah pada hal sepele yang dilakukan Azka, bahkan Thalita juga pernah marah tidak jelas pada Azka.

Flashback on

Hati Aileen masih sedih ketika melihat laki-laki pujaanya itu ada di hadapannya. Laki-laki itu datang kepadanya dengan nada merengek, tetapi jadi diam saat disuruh bercerita. Aileen jadi kesal sendiri karena Azka sibuk dengan ponsel dan mengabaikannya yang berbicara panjang lebar.

"Lo kenapa, sih? Tadi dateng lagi banget buat cerita sama gue, tapi sekarang lo sibuk dengan ponsel lo itu. Lo mau pamer kalau sekarang lo chat-an sama pacar lo?" gerutu Aileen.

"Pacar gue kayaknya lagi marah. Udah gue spam chat dari tadi, tapi enggak dibaca-baca. Gue bener-bener enggak tau apa salah gue sama dia," keluh Azka.

"Kenapa malah ke rumah gue? Kalau lo ada masalah sama Thalita, seharusnya lo dateng ke rumahnya!" ucap Thalita.

"Nih, dia bikin snap pagi ini. Dia lagi ada acara keluarga."

"Lo bilang Thalita enggak pernah keluar kalau hari libur, tapi kenapa sekarang gitu?"

"Ini acara keluarga, Len. Maksud enggak keluar itu keluar sama teman."

Aileen melipat tangan di depan dadanya. "Lo buat salah sama dia kemarin? Lo bilang kemarin ke toko buku, kan?"

"Iya, gue sama dia ke toko buku. Gue izin ke toilet bentar dan dia milih-milih buku, tapi waktu gue kembali dari toilet dia udah ada di deket pintu keluar dan ngajak gue pergi dari toko buku. Di mobil juga dia enggak ngomong apa-apa," ucap Azka.

Aileen tampak berpikir hal yang mungkin membuat Thalita marah. Dalam pikirannya terbesit untuk memanas-manasi Azka agar lelaki itu salah paham dan menjauhi Thalita, tetapi pikiran itu terbesit ketika memikirkan Azka yang mungkin akan sedih jauh dari Thalita. Ia memang sedih hanya bisa mendengarkan cerita pujaannya tanpa bisa ikut dalam cerita romansa itu.

"Ka, lo mungkin kelamaan di toilet," ucap Aileen.

"Enggak," jawab Azka, "eh, iya. Kemarin gue kebelet, terus izin ke toilet. Gue enggak tau di mana letak toilet, jadi gue cari dulu, tuh. Apa karena itu, ya? Masa gue spam chat dan beberapa kali telpon, enggak pernah direspon."

"Pacar lo lebay," celetuk Aileen, membuat Azka menatapnya kesal.

"Dia enggak lebay! Mungkin bener gue yang salah karena lama di toilet," ucap Azka.

Aileen mengembuskan napas gusar dan membatin, "Lo dulu salahin gue karena Thalita dan sekarang lo salahin diri sendiri karena Thalita juga. Apa cinta emang benar-benar buta?"

"Len! Alien! Lo ngapain bengong mulu? Ada saran biar cewek enggak marah?"

Aileen mengerjap. "Cokelat, ice cream, ajak jalan, dan lo harus bener minta maaf sama dia," balas Aileen.

"Oke. Gue lakuin itu, deh. Makasih atas sarannya." Azka berdiri dari duduknya dan meninggalkan Aileen sendirian. Ia hanya menatap Azka dengan heran.

Flashback off

"Len, udah jangan lari terus! Gue mau cerita! Gue butuh saran lo," teriak Azka, "kalau lo enggak berhenti sekarang, gue pulang."

Kata-kata itu seperti sebuah sihir ampuh yang langsung membuat Aileen berhenti berlari dan menghampiri Azka. Ia duduk di bawah, duduk berselonjor sambil membungkukkan badan untuk mengatur napasnya.

"Lo ngilang seminggu ini dan sekarang datang cuma buat minta saran?" tanya Aileen.

"Iya. Emangnya kalau enggak lagi butuh, mau ngapain gue ketemu lo?" tanya Azka, membuat Aileen tertohok.

Aileen berdeham. "Kita sahabatan kalau lo lupa, Ka. Biasanya kita main basket dan biasanya lo makan di rumah gue. Kenapa sekarang lo ketemu gue cuma buat cerita masalah lo sama Thalita?"

Azka menatap Aileen dengan tajam. "Lo ada masalah dengan itu?"

Aileen kembali tertohok dan membuatnya sakit hati. Ia tidak menyangka Azka bisa berkata dingin seperti itu. Aileen membenci situasi di mana Azka sekarang lebih rentan marah padanya. Ia berpikir Azka mungkin sedang kesal dan melampiaskan itu padanya.

"Gue enggak masalah sama itu, tapi apa lo enggak sadar? Lo berubah cuma karena Thalita. Thalita itu cenggeng dan suka marah enggak jelas sama lo. Apa lo enggak ngerasa gitu?" tanya Aileen.

"Lo kalau mau nolak ngasih saran jangan gini caranya! Gue enggak suka Thalita lo hina gitu. Ini hidup gue dan lo hanya sahabat gue, jadi jangan protes kalau hidup gue berubah," desis Azka, kembali meninggalkan Aileen sendiri.

"Dan sekarang gue tahu, Ka. Pasangan sejati dan sahabat sejati itu sangat berbeda." ucapnya dalam hati.

To be continued ....

Stuck Friendzone (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang