Chapter (20) // DIA SIAPA?

736 61 6
                                    

"Akan kucoba meraih impianku yang lain, walau salah satu impian terbesarku tidak akan pernah terwujud. Yaitu memilikimu."

(Aileen Nathania)

J A N G A N L U P A V O T E,
K O M E N D A N S H A R E👍

Happy reading 🌻

Aileen menangis dalam diam, setelah melihat kemesraan Azka dan Thalita tadi membuat hati Aileen semakin sakit, apalagi ketika ingat ucapan pedas Thalita yang begitu menikam jantungnya. Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam yang berarti sudah tujuh jam Aileen menangis. Gadis itu tidak mengeluarkan suara apa pun, tetapi matanya terus menumpahkan air mata. Matanya tampak sembab, rambutnya acak-acakan, dan lingkar hitam di bawah matanya membuat wajahnya kini terlihat seperti panda.

Lalu ke mana mamanya? Beberapa jam yang lalu, Ira mendapat sebuah kontrak kerja sama. Ia ditawari menjadi seorang chef di sebuah restoran di luar kota. Awalnya ia menolak, karena takut anaknya kenapa-napa. Bukan Aileen namanya kalau tidak bisa meyakinkan orang, setelah melakukan perundingan singkat, akhirnya Ira menyetujuinya.

Flashback on

Aileen membuka pintu rumahnya yang langsung disambut dengan wajah sumringah mamanya. "Mama kenapa?" tanyanya.

"Mama tadi dapat panggilan dari temen mama, dia nawarin pekerjaan buat jadi chef di restorannya." Aileen melupakan sejenak rasa sakit hatinya. Ia harus memberi semangat mama kesayangannya ini.

"Wah, selamat, Ma. Aku seneng banget," ucap Aileen, memeluk Ira.

"Tapi restorannya di luar kota, Mama enggak yakin bisa ninggalin kamu sendiri," balas Ira, wajah yang tadinya sumringah kini berubah sendu.

"Aileen enggak apa-apa, kok. Tenang aja, Aileen udah besar."

"Tapi ...."

"Mama pokoknya enggak boleh nolak kontrak kerja sama itu, bukannya ini impian Mama dari dulu?" Ira tampak memikirkan ucapan anaknya itu, kemudian ia mengangguk.

"Iya, tapi ... Mama enggak tega ninggalin kamu sendiri," ujar Ira.

"Ma ... Aileen enggak apa-apa, kok." Aileen mencoba meyakinkan mamanya, ia tahu ini adalah impian mamanya sejak dulu.

"Beneran?" Aileen mengangguk mantap. Ia harus membuat mamanya bahagia, itu adalah salah satu tujuannya. Walaupun tujuan utamanya tidak terwujud, tetapi ia harus mewujudkan impian yang lain.

"Ya udah, Mama mau siap-siap dulu," ucap Ira.

"Mau aku bantu, Ma?" Ira menggeleng, ia tahu pasti anaknya itu sedang lelah.

Baru selangkah kaki Ira melangkah, Aileen kembali memanggilnya. "Mama ...," ucap Aileen.

"Iya, Nak?" Ira berbalik menatap anaknya, ia kaget ketika anak satu-satunya itu menitikkan air mata.

"Kamu kenapa, Nak?" tanyanya bingung, pasalnya Aileen tidak pernah terlihat lemah seperti ini sebelumnya.

Aileen mengusap air matanya, tangannya merogoh saku jaketnya. "Selamat ulang tahun, Ma. Aileen sayang banget sama Mama," ujarnya menyerahkan sebuah kotak berbentuk persegi.

"Ya ampun, Len. Kamu enggak usah repot-repot kayak gini, Nak. Lebih baik kamu simpan saja uangmu untuk keperluan sekolah," balasnya, Ira sudah tidak dapat lagi menahan air matanya. Ia memeluk anaknya itu dengan sayang.

"Enggak apa-apa, Ma. Aileen enggak bisa kasih barang berharga buat Mama," ucapnya sendu, mendengar itu sontak membuat Ira menggeleng.

"Ini udah lebih dari cukup untuk Mama, Nak."

"Mama sehat terus, ya. Maaf kalau Aileen sering buat Mama sakit hati sama perlakuan Aileen." Lagi-lagi Ira menggeleng, baginya anaknya itu adalah anak yang paling baik. Ia sangat bersyukur dikaruniai anak seperti Aileen.

"Kamu adalah anugrah terindah buat Mama, Nak."

Flashback off

Mengingat kebahagiaan mamanya tadi, Aileen tersenyum. Ia mengusap air matanya kasar, tidak seharusnya ia seperti ini. "Gue harus kuat, demi Mama!" ucapnya menyemangati diri.

Gadis itu beranjak dari tempat tidurnya, ia meraih handuk dan segera bergegas menuju kamar mandi.

****

Ini adalah hari pertamanya tanpa Ira. Aileen memasak nasi goreng dan telur dadar, walaupun tidak sehebat mamanya tetapi rasanya tidak terlalu buruk. Ia segera menyiapkan tempat bekalnya dan segera berangkat ke sekolah.

Ketika Aileen menunggu bus di halte, tiba-tiba sebuah motor sport berhenti di depannya. Ia mengernyit, motornya tampak asing.

"Mau bareng?" ucap orang itu tanpa melepas helm full face-nya.

"Lo siapa?" tanya Aileen ketus. Ya! seperti itulah Aileen, jika ia bertemu orang baru maka gadis itu akan bersikap dingin. Lain halnya ketika bertemu dengan orang yang telah ia kenal, maka Aileen akan berlaku sopan dan ramah.

"Enggak usah banyak tanya. Ayo, naik aja!" balas orang itu, kini nada bicaranya pun terlihat memaksa.

"Enggak!"

"Ikut!" Aileen memalingkan wajah, orang di depannya ini sungguh keras kepala. Bagaimana bisa ia ikut dengan orang asing yang bahkan ia tidak tahu namanya.

"Ayo!"

"Enggak! Lo punya telinga enggak, sih?" ucap Aileen, ia tetap kekeuh tidak mau ikut.

Orang itu tampak menggelengkan kepalanya, mungkin ia berpikir gadis di depannya ini sangat keras kepala. Bahkan ia tidak sadar, ia juga sama-sama keras kepala. Dasar.

"Lo bakalan telat! Lo ikut gue aja!" Setelah mengatakan itu, orang itu membuka helm.

"Kenalin nama gue Aldo," ucap lelaki itu.

"Gue enggak tanya!" Aldo berdecak kesal, gadis ini memang menjengkelkan.

"Lo pasti Aileen, kan?"

"Enggak usah sok kenal!" Aileen berdiri, kemudian melangkah menjauhi lelaki itu. Sepertinya hari ini ia harus jalan kaki sampai ke sekolah.

Aldo segera memasang helmnya ketika tau gadis itu pergi. Ia mengumpat dalam hati, sepertinya usahanya untuk menghancurkan hubungan Azka dan Thalita akan sedikit terhambat.

"Lo apa-apaan, sih!" ucap Aileen kesal saat Aldo turun dan menggendongnya untuk dinaikkan ke motornya.

"Berisik!"

Selama perjalanan keduanya hanya saling diam, sampai akhirnya pernyataan Aldo membuat Aileen membisu. "Gue tau lo cemburu lihat Azka sama Thalita," ucapnya.

"Enggak!" cetus Aileen.

"Enggak usah bohong! Gue tau semua itu, keliatan banget dari mata lo."

"Emang kalau gue cemburu, kenapa? Ada masalah sama lo?" Aldo terkekeh mendengar ucapan Aileen, sedangkan gadis yang ditertawainya hanya diam tidak bersuara.

"Sebenarnya dia siapa, sih?" batin Aileen, ia masih penasaran dengan lelaki ini. Dari mana orang ini tau kalau ia cemburu melihat kemesraan Azka dan Thalita?

"Kita sama, kok. Gue juga cemburu lihat mereka." Ucapan Aldo cukup membuat Aileen melongo, kini pikirannya bercabang sampai ke mana-mana.

"Apa dia lelaki yang suka sama Thalita?"

To be continued ....

Stuck Friendzone (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang