Chapter (10) // PERGI BERDUA?

774 65 16
                                    

"Gue sayang sama lo, Len. Enggak mandang lo itu cantik atau enggak, karena lo adalah wanita pertama yang ada di hati gue."

(Azka Aldric Mahendra)

J A N G A N L U P A V O T E,
K O M E N D A N S H A R E👍

Happy reading 🌻

Sinar semangat menyinari semesta, tampak indah kala itu dan selalu ditunggu setelah gelap sang malam menyelimuti. Banyak yang menanti pagi, walaupun tak sedikit juga yang membencinya. Namun, pagi tetap bersinar dengan cahaya yang dimilikinya.

Aileen terbangun dari tidurnya, matanya mengerjap, menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Ia menatap ke jendela di mana cahaya mentari mulai tampak dari ufuk timur. Semburat merah itu terlihat sangat indah, sungguh sempurna ciptaan Sang Kuasa.

Gadis itu bersiap-siap untuk menuju ke kamar mandi, tapi ketika hendak mengambil handuk di samping lemari, matanya menatap figuran foto yang menampilkan dirinya dengan Azka. Melihat foto itu mengingatkannya kejadian kemarin sore.

Flashback on

Setelah Azka mengantarkan Thalita pulang, lelaki itu tidak langsung pulang ke rumahnya. Ia kembali ke rumah Aileen untuk menemui gadis itu.

"Alien! Gue mau ngomong sama lo," panggil Azka, tangannya mengetuk-ngetuk pintu kamar sahabatnya itu.

"Apa sih, Ka? Ganggu orang tidur aja!" jawabnya dari dalam kamar. Ia baru saja menutup mata dan tega-teganya lelaki itu membangunkannya. Dengan malas, ia membuka pintu kamarnya.

"Lama banget, sih!" Aileen memutar bola matanya malas.

"Mau ngomong apa, sih?"

"Len, besok kan hari Minggu. Lo mau kan jalan sama gue?" Mendengar itu, seketika dada Aileen bergemuruh. Tidak biasanya lelaki itu mengajaknya jalan.

"Emang mau ke mana, sih?" tanyanya setenang mungkin. Ia tak mau Azka tau jika jantungnya berdetak kencang.

"Ada, deh. Pokoknya lo harus tampil cantik. Gimana mau, enggak?"

"Boleh, deh. Gue juga bosen selama seminggu enggak keluar rumah," ucapnya, Azka tampak tersenyum puas. Hal tersebut lagi-lagi membuat dada Aileen bergemuruh.

"Oke, jam delapan gue jemput. Pokoknya lo harus tampil secantik mungkin karena gue mau bawa lo ke tempat istimewa," tutur Azka, ia tak sabar menantikan hari esok.

"Iya, Ka. Gue bakalan tampil cantik biar lo suka sama gue," ujar Aileen, sadar akan apa yang ia ucapkan itu salah. Aileen membekap mulutnya sendiri, ia malu jika Azka mengetahui bahwa dirinya menyukai lelaki itu.

"Gue sayang sama lo, Len. Enggak mandang lo itu cantik atau enggak, karena lo adalah wanita pertama yang ada di hati gue." Lagi-lagi Azka mampu membuat pipi Aileen merona. Lelaki memang sangat pandai jika urusan merayu wanita.

"Ya udah, gue mau pulang dulu. Ingat besok jangan telat! Gue enggak mau nunggu. Kalau lo lama, gue tinggal." Aileen memukul lengan Azka.

"Sejak kapan gue pernah telat? Yang ada itu lo yang selalu telat." Azka mengaruk tengkuknya, memang sejak dulu dialah yang sering terlambat. Bahkan Aileen selalu datang tepat waktu, tak seperti dia.

"Gue pulang aja, deh."

"Yaelah gitu aja ngambek," ucap Aileen, tangannya mengacak-acak rambut Azka.

"ALIEN!" Dengan cepat, gadis itu menutup pintu kamarnya. Ia tahu Azka akan sangat marah, jika rambutnya diacak-acak.

Flashback off

"Selamat pagi, Ma," ucapnya seraya memeluk tubuh mamanya.

"Pagi, Len. Kelihatannya semangat banget, deh," celetuk Ira, ia senang melihat anaknya sedang bahagia.

"Aileen mau minta izin, Ma," ujar Aileen pada mamanya, perempuan paruh baya itu membalikkan badan, menatap wajah anak tunggalnya.

"Mau ke mana? Sama siapa? Tumben pagi banget perginya?" tanya Ira beruntun. Mendengar respon mamanya yang mengkhawatirkannya membuat Aileen tersenyum.

"Mama sayang, Aileen mau pergi sama Azka. Azka kemarin ngajakin Aileen jalan." Ira mengangguk-angguk setelah mendengar penuturan Aileen. Setidaknya anaknya itu pergi bersama Azka, jadi ia tidak terlalu mengkhawatirkan keselamatan anaknya.

"Sini sarapan dulu, sambil nunggu Azka datang!" Aileen mengangguk sambil memakan roti yang disiapkan mamanya dengan lahap. Kegiatan keduanya terhenti ketika mendengar ketukan pintu dari luar, Ira segera membuka pintu dan mempersilakan Azka masuk.

"Assalamualaikum, Ma," ucap Azka seraya menyalami tangan Ira.

"Walaikumussalam. Ayo, masuk dulu, Ka! Kita sarapan bareng dulu," ajak Ira, Azka tersenyum manis. Ini yang ia suka jika ke rumah Aileen, ibu sahabatnya itu sangat baik dan ramah.

"Iya, Ma." Ira memang menyuruh Azka memanggilnya mama, sama seperti Aileen.

Setelah menyelesaikan sarapan, keduanya berpamitan untuk pergi. "Berangkat dulu, Ma," pamit Azka, kini mereka tengah berjalan menuju ke pintu depan.

"Ya udah, hati-hati di jalan! Awas kalau ngebut-ngebut," ucap Ira, seraya berkacak pinggang, sedangkan Azka hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal. Aileen terkikik geli ketika melihat ekspresi Azka yang menurutnya sangat lucu.

"Enggak, Ma." Ira tersenyum dan mengelus puncak rambut dua anaknya itu.

***

"Kita mau ke mana, Ka," tanya Aileen, keduanya kini tengah dalam perjalanan. Sejak tadi Azka hanya diam, Aileen yang bingung pun hanya menatap ke luar jendela mobil.

"Entar lo juga tau, Len." Aileen hanya mengembuskan napasnya pasrah. Tiba-tiba mobil mereka berhenti di depan sebuah rumah megah berwarna putih, dengan pagar yang menjulang tinggi.

"Nanti lo pindah ke belakang, ya?"

"Emang kenapa, sih?"

"Enggak usah banyak tanya, Len! Ini orang spesial buat gue," ucap Azka, Aileen mengernyitkan dahi bingung. Siapa orang spesial yang dikatakan Azka? Apa Azka punya pacar? Ah, sepertinya tidak mungkin.

"Bentar, gue mau jemput orangnya dulu." Belum terjawab kebingungannya, Azka sudah meninggalkannya sendiri di dalam mobil. Mau tidak mau Aileen pun pindah ke jok belakang.

Aileen syok ketika tau orang spesial yang dimaksud Azka, tenyata orang itu adalah ....

To be continued ....

Stuck Friendzone (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang