Chapter (30) // RASA BERSALAH

611 42 0
                                    

"Pada hakikatnya, penyesalan selalu datang terlambat. Kalau saja dia datang diawal, maka tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang melakukan kesalahan."

(Stuck Friendzone)

J A N G A N   L U P A   V O T E, 
K O M E N   D A N   S H A R E👍

Happy reading 🌻

Seorang gadis tengah menangis di depan ruang UGD sendirian. Air mata tampaknya tidak akan pernah berhenti turun, meski bisa dilihat mata gadis itu sudah tampak bengkak. Ia tengah berharap untuk keselamatan orang yang menjadi pacarnya. Dia adalah Thalita. Sudah satu jam lebih ia menunggu Azka yang mengalami luka parah karena menyelamatkannya.

Thalita benar-benar tidak akan memaafkan Aileen yang tega menabrak Azka sampai separah ini. Ada rasa benci yang menguat dalam dirinya jika mendengar nama Aileen. Dari dulu ia yakin gadis itu menyukai Azka dan selalu mencari perhatian pada laki-laki yang berstatus pacarnya itu. Jika Azka tidak selamat, ia bertekad untuk membuat Aileen menderita.

Di sisi lain, Aileen dan Aldo dibawa ke kantor polisi setelah kecelakaan tabrakan itu terjadi. Aileen terus berkata bahwa dirinya yang bersalah. Namun, hal tersebut disangkal Aldo dengan cepat. Mereka berdua terus saling menyalahkan diri sendiri. Dalam penyidikan yang dilakukan keduanyalah yang disebut tersangka. Namun, Aldo terus saja berkata bahwa ia yang salah. Mereka berdua dimasukan ke dalam jeruji besi.

"Len, lo harus liat keadaan Azka. Gue enggak mau lo mendekam di penjara dan terus-terusan memendam perasaan lo. Lagian kita belum tujuh belas tahun. Jadi, gue yakin hukumannya masih bisa gue terima. Maafin gue, Len. Gue cuma mau bantuin lo, tapi malah gini. Lo masih punya keluarga, Len. Lo harus bebas. Gue akan di sini sendiri, asalkan lo tetep mau jadi sahabat gue," ucap Aldo. Matanya menatap Aileen dengan pengharapan besar.

"Al ...."

Aldo mengahapus air mata yang mengalir di pipi Aileen dengan tangan kanannya. "Gue serius. Lo jangan nangis lagi. Simpan air mata lo, Len. Gue enggak suka liat lo nangis."

Aileen menangis tersedu-sedu, sehingga Aldo maju dan memeluk tubuh gadis itu. Pintu jeruji besi itu terbuka, menampilkan seorang laki-laki berpakaian polisi yang mukanya terlihat garang.

"Ada tamu untuk Aileen. Silakan ikut bersama saya."

"Len, gue mohon jangan pernah bilang ini rencana kita. Bilang aja ini rencana gue. Ini permintaan gue, Len. Kalau lo enggak mau ngabulin permintaan gue, jangan pernah anggap gue akan  kenal sama lo lagi," bisik Aldo, masih memeluk Aileen.

Aileen mendongak untuk menatap wajah Aldo sekali lagi. Gadis itu tidak mungkin harus mengecewakan orang lagi. "Gue akan turuti omongan lo, tapi jangan pernah anggap gue orang jahat karena ninggalin lo sendirian."

"Enggak akan. Gue akan tetap di sini. Kejar apa yang mau lo kejar. Jangan dengerin ocehan orang."

Polisi sekali lagi menginterupsi Aileen untuk segera ikut dengannya. Aileen melepaskan pelukan Aldo. Ia menatap Aldo, kemudian menghapus air matanya. Ia beranjak bersama polisi untuk menemui tamu.

Aileen meremas ujung dress yang ia gunakan. Gadis itu begitu takut menerima respon yang akan diberikan seorang wanita paruh baya di depannya. Ia tidak berani mendongakkan kepalanya untuk menatap orang-orang di sekitar.

"Nak, apa yang kamu lakukan?" Pertanyaan lembut itu membuat tangis Aileen pecah kembali.

"Mama." Aileen menubrukan tubuh kecilnya ke pelukan Ira, sang ibu.

Stuck Friendzone (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang