Chapter (26) // SAKIT

718 51 10
                                    

"Gue enggak punya cerita apa pun, Al. Cerita yang gue punya semuanya selesai, bahkan sebelum gue putuskan untuk memulainya."

(Aileen Nathania)

J A N  G A N   L U P A   V O T E, 
K O M E N   D A N   S H A R E👍

Happy reading 🌻

Belum sampai satu jam Aileen sampai di rumah, tiba-tiba bell rumahnya berbunyi. Dengan malas ia berjalan menuju lantai bawah, saat pintu terbuka ia langsung dikejutkan dengan sepasang kekasih yang membuat sakit hatinya tadi. Aileen menatap heran ke arah kotak yang disodorkan Thalita. "Apa ini?"

"Hadiah kita samaan," balas Thalita dengan nada malas.

Aileen masih bingung pun menerima kotak itu dan kembali bertanya, "Maksudnya apa?"

"Gini, Len. Lo dan Thalita sama-sama kasih hadiah sepatu dan baju basket buat gue. Dia enggak mau kalau gue pakai dua benda yang sama. Jadi, gue kembaliin hadiah itu sama lo. Gue minta maaf," ucap Azka, "enggak apa-apa, kan?"

"Oh. Iya enggak apa-apa, kok. Nanti bisa gue pake sendiri atau gue kasih orang lain. Lo mau hadiah apa kalau hadiah ini lo kembaliin?" tanya Aileen sambil tersenyum, padahal dalam hati sudah merasa sesak.

"Syukurlah. Gue enggak mau apa-apa dari lo. Gue sama Thalita mau jalan hari ini. Jadi, gue enggak bisa lama-lama di rumah lo," sahut Azka.

"Ayo, nanti kita telat!" Thalita merengek kepada Azka.

"Gue pamit, Len. Assalamualaikum," ucap Azka sambil berlalu pergi, tanpa menunggu balasan Aileen.

"Waalaikumussalam, Ka."

Setelah melihat Azka yang berlalu, ia masuk ke rumahnya. Tubuh kecilnya langsung luruh di balik pintu. Hatinya harus merasakan sakit lagi karena Azka kembali mengacuhkannya hanya karena perempuan bernama Thalita.

"Hadiah ini gue beli dengan uang saku gue selama sebulan, Ka. Ini enggak mungkin gue kembaliin ke tokonya. Thalita memang jahat. Apa dia harus melarang Azka menerima sesuatu dari gue hanya karena hadiahnya sama?" keluh Aileen sambil menangis. Air matanya tidak berhenti mengalir sampai ia tertidur di lantai dingin itu.

*****
Aileen berjalan gontai dengan rasa pusingnya menuju pintu depan. Ia tidak tahu siapa yang pagi-pagi sekali membangunkan tidurnya, padahal ia baru tertidur sekitar pukul dua dini hari karena demam. Demam itu disebabkan karena kemarin ia tertidur di lantai yang dingin.

Aileen membuka pintu dengan lemas karena demamnya belum turun. Ia memicingkan mata, memperjelas penglihatannya yang sedikit buram. Setelah itu, gadis tomboi itu mendekati orang yang datang itu.

"Aldo?" tanya Aileen.

Aldo menahan tubuh Aileen yang tampak lemah dan kaget ketika merasahan badan gadis itu sangat panas. Beruntung, hari ini ia menggunakan mobil. Sehingga ia langsung menutup pintu rumah dan menggendong Aileen menuju mobil. Ia sama sekali tidak peduli dengan racauan Aileen yang memintanya untuk membiarkan gadis itu di rumah saja.

Sepanjang jalan Aileen meracau dengan menyebut-nyebut nama Azka, bahkan air mata terlihat mengalir di pipi gadis itu. Aldo mengembuskan napas gusar karena mendengar laki-laki yang bernama Azka. Entah kenapa kini ia juga membenci laki-laki itu. Ia merasa begitu kasihan pada Aileen yang tulus mencintai laki-laki itu, tetapi Azka sama sekali tidak pernah melihat ketulusan itu. Azka terlalu buta pada cinta dan semuanya berasal dari Thalita. Mengingat nama gadis itu, Aldo mengetatkan rahangnya dan memegang erat setir kemudinya.

"Gue enggak akan bawa lo dalam balas dendam ini, Len. Gue tau meskipun lo terluka separah ini, lo enggak akan balas semuanya. Namun, sekarang gue ada di samping lo buat memberantas penyebab sakit hati lo," batin Aldo

Perjalanan ke rumah sakit menempuh waktu setengah jam karena Aldo membawa mobil dengan kecepatan penuh. Sesampainya di sana, ia langsung membopong Aileen dengan sangat hati-hati. Ia melangkah dengan cepat ke dalam rumah sakit.

*****

"Makasih, Al," ucap Aileen pelan yang dibalas anggukan oleh Aldo. Gadis itu mulai membaik ketika waktu beranjak siang.

"Lain kali kalau lo sakit, segera ke rumah sakit. Minimalnya, telpon orang lain biar rawat lo di rumah."

"Gue enggak mungkin nelpon Mama. Beliau ada di luar kota. Di sini gue cuma punya satu sahabat dan sekarang gue enggak bisa kayak dulu lagi," balas Aileen sambil tersenyum.

Aldo tahu senyuman itu hanya untuk menutupi kemirisan hati gadis itu. Tidak dapat dipungkiri, ia pernah berada di posisi Aileen. "Kenapa lo bisa sampai sakit, padahal kemarin enggak hujan?"

"Memangnya demam harus selalu karena hujan?" Aileen malah balik bertanya.

Aldo hanya mengangkat bahunya acuh. "Gue enggak tahu."

"Al."

"Apa?"

"Gue benci Thalita."

Ucapan Aileen sontak membuat Aldo menatap gadis itu. Ia tidak percaya dengan apa yang didengarnya. "Apa?"

"Bukan apa-apa. Lupakan aja," gumam Aileen, kemudian memejamkan mata.

Aldo menarik kursi ke samping ranjang Aileen dan segera duduk di atasnya. "Lo boleh cerita ke gue kalau mau. Gue mungkin enggak bisa kasih solusi yang baik, tetapi gue itu pendengar yang baik."

Aileen kembali membuka mata dan menatap Aldo. "Gue enggak punya cerita apa pun, Al. Cerita yang gue punya semuanya selesai, bahkan sebelum gue putuskan untuk memulainya."

"Mau gue telpon Azka?" tanya Aldo, mengalihkan pembicaraan.

"Enggak usah. Kalau lo mau pergi juga enggak apa-apa. Nanti gue bisa pulang sendiri kalau merasa baikan."

"Gue pernah ngerasain sakit karena ditinggal sendirian dalam keadaan sakit. Meskipun sakitnya berbeda, gue rasa perasaan ingin ditemani itu selalu sama," ucap Aldo.

Aileen merasa tidak enak hati. "Gue enggak ...."

"Biarin aja. Gue yang ngomong dan enggak butuh yang namanya balasan. Lo mending istirahat aja. Jangan pikirin apa pun yang membuat lo merasa terbebani," sela Aldo, memotong perkataan Aileen.

Aileen mengangguk, kemudian memejamkan matanya. Beberapa saat setelahnya, Aileen benar-benar tidur. Aldo tersenyum di kursinya sambil menatap gadis itu.

"Gue enggak pernah nyangka kalau Azka bisa melewatkan lo yang lebih lama kenal sama dia. Lo baik dan sangat tulus," batinnya.

Aldo merogoh saku, mengeluarkan ponsel untuk menghubungi seseorang. "Halo. Aileen di rumah sakit. Lo bisa ke sini?" tanyanya.

"Ini siapa? Kenapa dia bisa ada di rumah sakit? Keadaannya gimana sekarang?"

Aldo tersenyum kecut mendengar suara pelan Azka. "Enggak penting lo tahu siapa gue. Aileen demam, dia udah dari pagi di sini."

"Bisa lo jagain dia dan antar dia pulang kalau udah baikan? Gue enggak bisa ke sana. Sekarang gue lagi ada di rumah pacar gue," ucap Azka, masih dengan nada pelan.

Aldo mematikan sambungan sepihak. Ia beruntung karena tadi Aileen menolak untuk menelepon Azka. Sehingga Aileen tidak mendengar Azka yang terkesan takut pada Thalita. Aldo mengembuskan napas gusar ketika nama Thalita terlintas di pikirannya.

To be continued ....

Stuck Friendzone (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang