24: Dosen

31 4 0
                                    

"Jadi beneran Razell yang minta kamu buat jadi pacarnya?" Mischa berseru, air mukanya terlihat bahagia, dia tersenyum sangat lebar dengan tidak percaya.

Pelangi mengangguk, untuk keberapa kalinya dia tidak tau, karena Mischa bertanya terus tanpa henti sedari tadi. "Aku juga kaget sih Tan, pas pertama Kak Razell minta buat aku jadi pacarnya di bawah guyuran hujan. Saat itu aku gak menjawab pertanyaannya, karena aku pikir Kak Razell cuma becanda. Eh, ternyata dia bertanya lagi kemarin malam." Pelangi menceritakan kejadian itu semua kepada Tantenya, kali ini dia percaya bahwa Razell akan setia kepadanya, dan tentu gadis itu akan melindunginya setiap saat.

"Semoga kamu jodー" suara Mischa terputus, deringan ponselnya terdengar di saku bajunya, dengan cepat dia merogoh untuk mencari benda pipih itu.

CHAT

Daniel
Kamu dimana?
07.54

Aku sudah sampai di rumahmu, tetapi tidak ada yang membukanya setelah aku pencet bel berulang kali.
07.60

Cepat tolong buka pintunya ya, aku sudah menunggumu dari jam 7 di luar.
08.02

Perempuan itu meringis kecil, setelah dia ingat bahwa kemarin dia meminta Daniel untuk ke rumahnya. Tidak mau mengecewakan sahabat kuliahnya terlalu lama, dia segera mengetik pesan.

Maaf ya, Daniel. Aku lupa.
Sekarang aku ada di rumah sakit.
Kalau kamu masih mau menemuiku,
aku ada di rumah sakit, di pertigaan dekat rumahku.
08.02

Setelah membalas pesan sahabat kuliahnya, dia segera memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku. Lalu dia melihat bahwa Pelangi menatapnya dengan alis mengernyit.

"Tante kenapa?"

Perempuan itu menggeleng kecil, merasa bersalah kepada Daniel. Lelaki mana yang mau menunggunya di luar rumahnya hingga satu jam. Dia benar-benar sungguh tidak percaya kepada Daniel.

"Kamu tunggu disini ya, Tante mau ke taman dulu." Pelangi mengangguk dengan terpaksa, dia mencoba untuk tersenyum sendiri di ruangan VIP.

Sepeninggalan Tantenya, gadis itu menghembuskan nafas panjangnya, sebenarnya gadis itu ingin keluar menikmati udara pagi yang sangat segar untuk menghilangkan rasa bosannya, tetapi dia tidak diizinkan oleh dokter, seingatnya, dokter itu mengatakan jangan banyak gerak ya. Ah, memangnya kenapa kalau dia banyak gerak. Bukannya tidak masalah kan? Lagian tidak ada hubungannya dengan luka tembakan di lengannya ini.

Semua lamunannya bubar seketika, dia menoleh, menatap Razell yang sudah duduk di kursi tepat di sisi ranjangnya.

"Lo bosan, ya?" Tanya Razell dengan suara beratnya yang membuat Pelangi menggumam kecil. Sedetik berikutnya Razell tertawa kecil, lantas kerutan Pelangi di keningya langsung terlihat.

"Kemarin malam gue udah janji, kan? Buat minta waktu lo seharian." Dia berujar, meredakan tawa kecilnya, sementara Sang lawan bicara tetapi diam, menunggu kelanjutannya. "Sebenarnya gue pengen ajak lo jalan-jalan. Ya, tapi gue tau, lo gak boleh banyak gerak kata dokter. Jadi, gue gak bisa paksa ajak lo jalan," Pelangi terdiam, dia merosotkan bahunya, setelah mendengar keluhan dari Razell dia tidak bisa apa-apa. Gadis itu juga ingin, diajak pacar barunya ke suatu tempat.

Dengan terpaksa, gadis itu mengulum senyuman manis, "Gak apa-apa kok kak. Lain kali aja ya,"

"Iya," jawabnya singkat, membuat Pelangi mengangkat kepalanya dengan refleks. Segampang itu ya Razell berkata iya.

Memori disaat Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang