10: Makanan Jepang!

66 4 0
                                    

Pelangi mengerjapkan matanya beberapa kali disaat ia melihat Caramell, sahabatnya, yang perlahan mulai membukakan matanya kembali. Pelangi masih terkejut ketika tadi ia sedang tertidur akhirnya terbangun karena Caramell mengerakkan jemari tangannya.

"Ca-Caramell..."

Caramell tersenyum. Perlahan ia ulurkan tangan kanannya dan mengambil salah satu tangan Pelangi serta menggenggamnya dengan erat. Tanpa Pelangi sadari, air matanya perlahan menetes. Caramell yang melihat Pelangi menangis dengan cepat ia menggeleng pelan.

"Kenapa kamu menangis, Pelangi?" Tanya Caramell lembut. Pelangi bungkam, ia marah kepada sahabatnya. Sudah tiga hari Caramell tidak kunjung membuka matanya kembali yang membuat Pelangi menangis di setiap malam hari.

"Kamu jahat." Ungkapnya sedikit memelankan suaranya, kemudian kepalanya tertunduk dalam, tidak mau menatap sahabatnya itu.

"Kenapa? Aku jahat kenapa Pelangi? Tolong maafkan aku...janganlah menangis Pelangi. Kumohon.." tulusnya yang masih menggenggam erat tangannya Pelangi. Pelangi yang mendengar ketulusan dari sahabatnya, perlahan hatinya tergores. Ia mendongak dan menatap lekat-lekat Caramell. Memandangi kecantikan dari wajah Caramell selama beberapa detik, kemudian ia tersenyum.

"Iya. Kamu jahat Caramell. Jahat karena kamu sudah meminta maaf kepada aku yang tidak pantas untuk melayani keegoisannya sendiri. Seharusnya aku yang meminta maaf kepadamu, Caramell. Bukanlah kamu." Caramell yang mendengar penuturan dari Pelangi seketika ia terkesiap. Hening selama beberapa detik sampai akhirnya Caramell menghembuskan nafasnya yang berat.

"Mama kemana, Pelangi? Aku tidak melihatnya disini?" Tanya Caramell kepada Pelangi sembari mengerutkan keningnya. Sebelum menjawab, Pelangi melirik jam tangannya dan sekarang tepat pukul delapan pagi.

"Tante lagi di Taman," ucap Pelangi seraya menatap kedua mata Caramell. Caramell tersenyum tipis, kemudian gadis itu mencoba untuk beringsut duduk tetapi Pelangi melotot karenanya.

"Ngapain kamu duduk? Tiduran aja!" Caramell menggeleng keras, ia tetap mencoba untuk duduk. Hal yang dilakukan oleh Caramell membuat Pelangi merenggut sebal. Sungguh! Caramell sangat keras kepala sekali.

Setelah menyenderkan tubuhnya, Caramell meringis kesakitan, akibat denyutan tiba-tiba dikepalanya.

"Kamu punya pacar?" Tanya Pelangi seketika membuat Caramell mendongak serta mengkerutkan keningnya.

"Pacar?" Ucap Caramell heran, tak lama kemudian ia menggangguk kecil seraya tersenyum lebar.

"Oh. Iya aku punya pacar. Kamu sudah mengenalnya?" Tanya Caramell diiringi kekehan kecil olehnya. Pelangi lantas mengangguk mantap.

"Namanya Razell kan?"

"Ya!"

"Kulitnya putih?"

"Ya!"

"Mukanya datar?"

"Hah? Enggak kok." Pelangi meringis kecil setelah mendengarkan jawaban terakhir dari Caramell. Menjengkelkan.

"Dasar laki-laki bermuka dua!" Gumam Pelangi sangat geram sembari mengerucutkan bibirnya.

"Siapa laki-laki bermuka dua?" Pelangi tersentak kecil mendapatkan pertanyaan dari Caramell. Dengan cepat ia menggeleng bohong.

"Ah enggak. Lupakan saja, mungkin kamu salah dengar!" Ucapnya sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Caramell menelisik wajah Pelangi membuat sang empunya gelagapan.

"Kayaknya ada yang salah dari kamu deh!" Pelangi meneguk salivanya yang terasa sangat sulit ditelan. Tak lama kemudian, Pelangi memukul lengan Caramell pelan.

"Jangan melihatku seperti itu. Udah. Lupakan saja," ucap Pelangi sembari cengengesan. Perlahan Caramell mengangguk kemudian ia tersenyum sangat tulus.

"Pelangi!" Seru seseorang dari arah pintu ICU. Pelangi maupun Caramell menoleh bersamaan dan keduanya melihat Mischa yang sedang menutup pintu ICU. Caramell berbinar senang melihat Mischa, ia rindu dengan Mamanya.

"Caramell? Ka-kamu sudah....sadar?" Mischa terkejut melihat anaknya yang sudah membuka matanya kembali. Dengan kaki bergetar, Mischa menghampirinya sembari menahan air matanya yang sudah ada di ujung. Sungguh! Apakah ini hanya mimpi saja?

"Mama...."

Dengan cepat, Mischa memeluk Caramell dengan sangat erat. Ia rindu suara anaknya, ia rindu dengan mata terindah anaknya, ia rindu memeluk anaknya. Sungguh! Ia tidak bisa menahan air matanya begitupun dengan Caramell, mereka berdua menangis bersama seolah sedang menyalurkan rasa kangennya masing-masing.

"Selama kamu gak sadar, sayang. Mama tuh hampir pasrah, Mama mau marah kepada Tuhan. Apa di alam sana lebih menyenangkan daripada berada di dekat Mama? Sehingga kamu tidak membuka matamu sama sekali." Ucap Mischa dengan suara bergetar, bahunya naik turun yang berada di pelukan Caramell.

"Maafkan aku Ma..." rintih Caramell pelan. Mischa melepaskan pelukannya kemudian ia menatap tepat kedua mata anaknya. Menatap begitu teduh, perlahan sudut bibirnya terangkat.

"Ini bukan salahmu, sayang. Ini sudah ketentuan takdir dari Allah." Ucap Mischa begitu tulus. Caramell tersenyum kemudian ia menggangguk kecil.

"Tante drama ih!" Kesal seorang gadis itu yang sedari tadi terus melihat adengan film di depannya. Caramell dan Mischa menoleh, sempat terdiam beberapa detik sampai akhirnya mereka berdua menggelengkan kepalanya heran.

"Bilang aja ngiri!" Ledek Mischa membuat wajah Pelangi merah padam. Bukan. Bukan. Bukan karena malu tetapi dia sudah merasa kesal kepada Tantenya.

"Mama sudah tau Razell, pacar aku?" Tanya Caramell tiba-tiba membuat Mischa menoleh dengan cepat dan menaikkan sebelah alisnya.

"Iya, sudah tau. Kenapa memangnya, mau minta Restu sama Mama, hm?" Caramell melotot kaget, kemudian dia mencubit lengan Mischa membuat sang empunya meringis.

"Apaan sih Ma!" Cebik Caramell yang pipinya sudah bersemu. Mischa tertawa kemudian ia mencolek pipi Caramell dengan sengaja.

"Kenapa pipi kamu tuh? Kok berubah jadi merah?" Goda Mischa. Tanpa di sadarinya, Caramell melotot kaget.

"Hah? Emang iya?"

-______-

"Halo sayang. Anak Papa yang cantik.." Seru seseorang yang berada di seberang sana menampakkan dirinya di layar kaca handphone.

Caramell yang sudah lama tidak bertemu dengan Papanya, mau tak mau tersenyum lebar.

"Papa aku kanget banget. Papa kapan pulang kerumah lagi?"

"Iya. Nanti ya sayang," Caramell merenggut sebal, selalu saja jawaban yang didapatinya seperti ini. Sudah tiga Tahun Papanya berada di Tokyo meninggalkan Caramell beserta Mischa. Tapi tak apalah, ini demi kebaikannya juga kan?

"Iya. Tapi Papa harus janji, kalau Papa pulang kesini lagi, harus ajak jalan-jalan aku sama Pelangi! Titik gak pake tanda seru."

"Loh? Memangnya Pelangi ada di Jogja?"

"Iya."

"Ya udah ya sayang. Lusa besok Papa pulang kok. Papa nanti bawaiin makanan jepang untuk kamu, mama, sama Pelangi." Caramell berbinar senang, senyumnya sangat antusias sekarang.

"Ya udah Pa. Bye..."

Caramell mematikan sambungannya, kemudian ia menangkat jempolnya tinggi-tinggi ke arah Pelangi dan Mischa.

______


Memori disaat Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang