33: Second Kiss

25 4 0
                                    

Update double..😊

_______

Entah ini sudah jam berapa, gadis itu tetap berjalan di bawah langit yang gelap dan udara yang begitu dingin pun sampai menusuk tulangnya walaupun dia sudah memakai jaket tebal. Dia mendongak, menatap langit mendung di balik payung beningnya, ini pertama kalinya dia melangkahkan kakinya menuju rumah kekasihnya. Dia rela kecapekan asalkan gadis itu bisa meminta maaf langsung kepada Razell.

Menghela napas dalam-dalam, Pelangi menendang batu kerikil yang tidak sengaja bertemu dengannya. Dia mengetahui alamat rumah Razell dari Si pemilik cafe, katanya kekasihnya itu tinggal bersama kedua orang tua angkatnya, sejauh yang dia dengar dari Alfian bahwa orang tuanya Razell sering bertengkar karena masalah atur waktu, mungkin yang mengetahui informasi ini hanyalah Caramell dan Alfian.

"Permisi!!" Pelangi berteriak di depan pintu rumah kekasihnya, dia memencet bel berulang kali sampai akhirnya seorang pria keluar dari rumah itu dengan wajah tampannya yang bingung.

"Maaf, kamu nyari siapa, ya?" Daniel tersenyum ramah, menampilkan gigi kelincinya yang lucu.

Pelangi membalas senyuman itu, dia menutup payungnya yang tidak basah. "Disini benar kan rumahnya Kak Razell, om?" Gadis itu bertanya sembari merapatkan jaketnya, bisa dibilang dia masih merasakan sakit kepala. Daniel mengangguk lucu, membuat wajah tampannya semakin bersinar.

"Iya. Kamu datang kesini malam-malam hanya untuk mencari Razell?" Mungkin ini terdengar pertanyaan yang mustahil, tetapi percayalah gadis itu tanpa ragu mengangguk.

"Aku pacarnya Kak Razell, om. Kak Razell-nya ada?" Ucapan itu mampu membuat pria itu terkejut, pasalnya dia baru mengatahui bahwa Razell mempunyai seorang pacar, ternyata dugaannya selama ini benar.

Sejenak, Daniel mengusap rambut hitamnya kasar, tergambar jelas di wajahnya bahwa pria itu langsung khawatir. "Dia belum pulang sampai saat ini. Om, juga gak tau kemana dia seharian, apa kamu mau ikut sama om untuk mencari Razell?" Tanya Daniel.

Pelangi menggumam samar, terlihat gadis itu sedang kebingung, tapi tidak apalah ini demi kekasihnya. "Boleh deh, om." Daniel tersenyum menghela, meminta izin kepada Pelangi kalau dia ambil kunci mobil terlebih dahulu dulu di dalam, Pelangi mengangguk, mengiyakan saja.

Sebenarnya gadis itu cukup terkejut ketika Daniel memberitahunya bahwa Razell tidak ada di rumah. Jujur, Pelangi sangat cemas apabila kekasihnya tidak pulang seharian, apalagi ini sudah malam dan sebentar lagi akan hujan. Kekasih mana yang tidak cemas?

"Oh iya, nama aku Daniel. Kamu boleh panggil Om sesuka kamu." Daniel memperkenalkan dirinya ketika mobil mewah itu sudah melaju perlahan meninggalkan pekarangan rumah. Pelangi menangguk kecil, dia memijit pelan kedua pelipisnya, pusing, itulah yang dirasakannya saat ini.

"Iya Om, nama aku Pelangi."

"Wuah, nama kamu sangat indah." Pria tampan itu tergelak, membuat Sang gadis tersipu malu.

"Ngomong-ngomong, kita mau cari Razell kemana?" Daniel bertanya, menatap jalanan fokus karena hari sudah semakin gelap, mungkin ini sudah tengah malam. Hujan pun perlahan jatuh ke bumi, mengguyur kota berhari-hari. Seperkian detik kemudian, sepasang matanya menyipit, netra hitam itu menangkap bayangan lelaki remaja yang tak jauh darinya di jembatan sungai srandakan dua terbesar di Jogja sedang berjalan seperti terlihat orang frustasi.

Dengan cepat dia memberhentikan mobilnya ketika pria itu sudah mengenal siapa sosok itu sebenarnya. "Razell?" Gadis itu tersentak kaget, dia mengikuti arah pandang Daniel lantas matanya berbinar seketika. Sembari tersenyum bahagia, dengan cekat dia membuka pintu mobil, kemudian gadis itu berlari kecil dengan kaki yang terpincang, mengejar kekasihnya tanpa mempedulikan hujan yang mengguyur seluruh tubuhnya lagi.

Memori disaat Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang