Pelan-pelan mata lentik itu terbuka, cahaya lampu yang sangat terang meruasi keseluruhan kedua netra coklatnya, sehingga gadis itu mencoba untuk menyipitkan matanya mengurangi sinar yang membuat kepalanya tambah pusing.
Samar-samar, dia mendengar suara air yang berjatuhan ke baskom kecil berasal dari sampingnya. Sedikit menggerakkan kepalanya dengan susah payah, matanya menangkap seorang lelaki yang sedang memperas handuk kompres yang dibasahi oleh air panas.
Tersenyum lemah, Pelangi berkata dengan suara bergetar. "Kak Razell..." sedetik berikutnya, pernyataannya pupus begitu saja, lelaki itu menolehkan kepalanya ke arah sumber suara dengan sesekali menghela napas pendeknya, Arkan tau, teman perempuannya pasti mengharapkan kekasihnya datang kembali kepada gadis ringkih tersebut.
"Kamu sayang banget ya sama Kak Razell?" Arkan bertanya dengan lembut, dia menaruhkan handuk kompres ke dahi Sang lawan bicara, tubuhnya sejak dia pingsan langsung panas, Arkan berniat ingin membawa teman perempuannya itu ke rumah sakit akan tetapi angin di luar terasa sangat dingin.
Sang gadis mengangguk kecil, kedua matanya tak lepas dari langit-langit kamarnya. "Arkan, pulanglah sekarang. Kasih aku waktu buat sendiri." Saat itu juga, pergerakkan Arkan yang ingin memberikan teh hangat kepada Pelangi terhenti, dia menggeleng dengan cepat, tidak terima kalau gadis itu tinggal sendiri di rumah tanpanya.
"Maaf, tapi aku gak bisa meninggalkan kamu di rumah sendirian. Apalagi dengan kondisimu yang sekarang." Arkan sangat kukuh kepada pendiriannya, dia menyodorkan sendok teh hangat kepada Pelangi tetapi diabaikkan oleh Si pemilik rumah.
Gadis itu meremat sprei kasurnya, menahan air mata yang ingin jatuh dari kedua pelupuk matanya. "Aku tegaskan sekali lagi. Aku butuh waktu sendirian, Arkan!!!" Dia berteriak kencang, nadanya naik beberapa oktaf, dia terlihat sangat keras kepala untuk permintaannya yang satu ini. Lagi-lagi, lelaki itu menggeleng keras, menarik tangannya kembali ketika sendok itu masih diabaikan.
"Kalau kamu marah, ya marah saja. Jangan siksa diri kamu sendiri. Tuhan nanti akan marah, jika hambanya seperti itu." Dia masih bersikap kalem seperti wajahnya, walaupun Pelangi akan membentak kepadanya dia tidak akan peduli, yang terpenting dia bisa menjaga dengan baik teman perempuannya itu.
"Dengan begitu, kamu sendiri yang menyiksaku." Gadis itu memperbalik ucapan Arkan, kali ini nadanya pelan tetapi ditekan oleh Si pemilik suara seolah dia berusaha untuk mengontrol amarahnya dan tangisannya. Sang lawan bicara menaikkan satu alis hitamnya, merasa tidak mengerti apa yang dikatakan teman perempuannya barusan.
"Maksudmu?"
"Maaf, jangan membuatku semakin tambah marah, dan terima kasih sudah mau merawatku sampai aku sadar." Gadis itu memberhentikkan kalimatnya sejenak, menghela napas dalam-dalam seiring dengan air matanya yang mulai muncul dari kedua ujung matanya. "Kamu sebaiknya segera pulang, keluargamu pasti mencarimu," dia memelankan suaranya, hatinya masih sakit ketika Razell meninggalkannya, padahal dia sangat mencintai kekasihnya, tetapi apakah dia bisa mendapatkan balasan cinta dari lelaki itu?
"Hm, kalau itu yang kamu mau, baiklah. Tapi diminum ya, teh hangatnya." Akhirnya Arkan mengalah kepada teman perempuannya itu, dia mengusap lembut rambut panjang itu sesaat, lantas melangkahkan kakinya keluar dari kamar Sang gadis dengan langkah yang berat meninggalkan Pelangi sendiri.
Sepeninggalan Arkan, gadis itu masih terbaring lemah di kasur, kedua matanya terbuka tetapi pikirannya sedang kosong saat ini. Dia ingin memeluk kekasihnya, ingin mengusap punggung lebar itu, ingin memainkan jambul kekasihnya sekarang, ingin menaiki punggung kokoh itu, tetapi sepertinya itu sangat mustahil. Selama gadis itu mengenal Razell, lelaki itu tidak pernah semarah ini kepadanya, sorot matanya terlihat tajam di saat itu. Apakah dia sudah melakukan kesalahan terbesar sehingga Razell benar-benar murka kepadanya? Kalau iya, apakah Pelangi bisa mengambil kesempatan kedua dari kekasihnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Memori disaat Hujan
Teen FictionStart: Februari 2020 Finish: Ada yang pernah bilang, bahwa pelangi selalu muncul setelah hujan. Tetapi, menurut gadis itu, pelangi tidak akan selalu menggantikan hujan apabila hujan telah pergi begitu saja, begitupun sama dengannya. "Kak, cinta itu...