21: First Kiss

32 4 0
                                    

Lelaki itu diam mematung, dia tidak berkutik maupun bergerak sedikit pun. Hujan masih mengguyur, kepala gadis itu masih bersandar di bahunya.

"Aku cinta Kakak." Pelangi mengulang kalimatnya, dia melepaskan payungnya, lantas memeluk erat pinggang Razell, "Jangan menangis terus Kak, kalau kakak butuh pelukan, bilang aku." Dia menggumam, memejamkan matanya sembari tersenyum kecil. Razell diam selama beberapa saat, sampai akhirnya dia berdecak kesal, lantas mendorong tubuh Pelangi untuk menjauh darinya.

Lelaki itupun menatap kedua mata coklat Pelangi dengan tajam, sedalam mungkin tetapi menusuk,"Maksud lo apa barusan? Gue gak butuh lo, gue butuhnya Caramell." Desisnya marah, tetapi Pelangi tetap kukuh, gadis itu sebisa mungkin untuk tersenyum, walaupun hatinya sakit mendengar penolakan yang telontar dari mulut Razell.

Menghela napas panjang, gadis itu menatap langit, merasakan butiran bening yang turun dari langit menerpa wajahnya dengan lembut. "Mungkin menurut aku kak, setiap manusia kalau mengatakan cinta kepada seseorang pasti ada yang dari hati, dia menggunakannya dengan tulus, rela mengorbankan apapun untuk melindungi seseorang yang dicintainya, sementara di sisi manusia lain, ada yang mengatakan cinta di balik topengnya, dia diam-diam tersenyum jahat, merencanakan niat keji yang Tuhan tidak suka." Gadis itu merosotkan bahunya, kembali menatap Razell dengan seulas senyum, walaupun Razell tidak melihatnya. "Aku cinta kakak bukan sekedar dari mulut, tapi hati aku juga ikut berperan kak."

Gadis itu mengulurkan tangannya, menggenggam salah satu tangan Razell dengan gemetar, dia pikir, tangannya akan segera ditepis oleh Razell, namun nyatanya lelaki itu diam saja, tidak memarahinya. "Kak, kumohon. Izinkan aku peluk kakak setiap kak Razell membutuhkan tempat pelukan hangat." Pinta Pelangi dengan suara pelan, mungkin karena suara hujan atau gadis itu sedang kedinginan.

Setelah mendengar ucapan dari Pelangi, lelaki itu kembali menangis, bahunya gemetar, dia juga tidak mengerti mengapa dirinya lemah sekali seperti ini, ini bukan sifat aslinya, yang tidak pernah menangis di depan seorang gadis.

Menangis selama beberapa saat, sampai akhirnya dia menoleh ke arah Pelangi, lantas mengangguk kecil sembari tersenyum sangat tipis walaupun isakkan pilu itu masih terdengar jelas.

Kali ini dia menatap kedua mata coklat Pelangi dengan teduh, menatapnya tanpa berkedip. "Salah satu ciptaan Tuhan yang paling gue suka adalah Pelangi. Menggantikkan hujan setelah dia pergi, menemani gue disaat hujan telah hilang begitu saja dengan meninggalkan gue sendiri." Dia memberhentikkan ucapan sejenak, mengusap air matanya kasar yang sudah bercampur dengan air hujan. "Jangan pernah tinggalin gue, Pelangi. Bantu gue, untuk melupakan hujan untuk selamanya." Kemudian, lelaki itu menarik dagu Pelangi membuat sang empunya melebarkan matanya karena terkejut, Razell mendekatkan wajahnya sementara gadis itu gugup sendiri, beberapa kali dia meneguk ludahnya sulit.

Jarak keduanya semakin menipis, desah napas lelaki itu yang terasa panas menerpa lembut wajah gadis di depannya. Gadis yang akan dicium bibirnya. Gadis yang akan bertemu dengan bibirnya.

Hingga seperkian detik kemudian, Razell memandangi bibir tipis itu yang sangat menggoda dirinya. Dan sampai akhirnya dia menempelkan bibirnya, diatas bibir ranum si pemiliknya. Kemudian lelaki itu mengecap bibir Pelangi dengan kelembutan sensasi. Melumatnya dengan gerakan pelan.

Pelangi tidak membalas ciuman itu, dia tidak tau gerakaannya seperti apa. Yang dilakukannya hanya diam, mengikuti alur yang dimainkan oleh Razell. Tiga menit Razell melumat bibir itu, akhirnya lelaki itu melepaskan tautan bibirnya karena napasnya mulai tidak teratur sama halnya dengan Pelangi. Keduanya membisu seketika.

Pelangi diam-diam menahan senyumannya, pipinya terasa panas, mereka berdua saling beradu pandang. Lelaki itu menatap gadis di depannya sembari tersenyum lebar sampai-sampai matanya ikut menghilang. Sepertinya lelaki itu sudah lupa dengan wajah datarnya.

Tidak lama kemudian, Razell bangkit dari posisi duduknya, mengibaskan air dari rambutnya, seluruh tubuhnya basah semua, jaketnya juga basah.

Pelangi memandangi Razell dengan tatapan kagum, lelaki itu sangat tampan jika seluruh tubuhnya basah bahkan rambutnya membuat gadis itu diam-diam menggigit bibir bawahnya dengan kencang.

"Lo mau jadi pacar gue?" Gadis itu terlonjak kaget, dia terpekik pelan, pertanyaan tiba-tiba dari Razell membuatnya bungkam seketika.

Tidak mendapatkan jawaban sama sekali dari Pelangi, lelaki itu akhirnya memilih untuk mengabaikan pertanyaannya, saat itu juga Razell berjongkok, memunggungi gadis itu sementara Pelangi mengernyitkan dahinya heran.

"Kenapa Kak,"

"Lo memangnya gak mau pulang? Ayo naik, lagian lo gak bawa mobil kan?" Kedua mata Pelangi terbelalak, pasalnya kenapa Razell bisa tau kalau dia tidak bawa mobil. Menggeleng kepala dengan cepat, gadis itu menimang sejenak dan akhirnya di mengangguk ragu.

"Pegang payungnya," Pelangi menurut, mengambil payungnya yang disodorkan oleh Razell.

"Maaf kak, kalau aku berat." Razell hanya bergumam sekilas, setelah dia merasakan Pelangi telah naik ke punggungnya, dia berdiri, membenarkan posisi tangannya.

Sementara Pelangi hanya diam saja, saat itu juga kepalanya terasa pusing, dia menggigil kedinginan, gadis itu gampang sakit jika terlalu lama di bawah hujan. Gadis itu akhirnya memutuskan untuk menyenderkan kepalanya di punggung lebar Razell sedangkan si pemiliknya tidak terkejut sama sekali, membiarkan kepala Pelangi bersender di punggungnya.

Hingga tak lama kemudian, napas gadis itu tercekat, dia melihat seseorang yang memakai jaket hitam dengan tudungnya dan masker yang menutupi sebagian wajahnya terlihat di bawah pohon. Mengamatinya dan Razell sedari tadi.

Seolah tau orang itu siapa, Pelangi diam-diam menggertakkan giginya, menatap tajam orang itu walaupun jaraknya dengan orang itu lumayan jauh. Dan akhirnya Pelangi menangis kecil di belakang punggung Razell, menangis tanpa suara untuk pertama kalinya. Gadis itu ingin melindungi Razell dari siapapun, termasuk orang tadi.

Pelangi, kalau aku pergi, tolong jaga Razell ya. Lindungi dia dari orang jahat. Terima kasih, aku mempercayaimu sepenuhnya.

Ucapan terakhir dari sahabatnya, teriang kembali di pikirannya.

___

Pelangi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pelangi

Pelangi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Razell

Haaah...sulit banget ya bikin cerita. Apalagi yang ceritanya sulit di tebak. Oh iya, aku kagum banget sama tulisannya Tx421cph. Intinya kalian harus baca dari Dear J. Aku aja baca itu sampai nangis dong...parah banget sih authornya. Hebat deh, author kaya gitu. Ingin banget aku berkarya kaya author Tx421cph. Btw, aku akan usahiin update setiap hari, biar cepet selesai ceritanya dan diganti yang lain. Arigato untuk teman2 semuanya yang sudah baca cerita aku sampe part 21. Kalian baik banget deh.☺

Memori disaat Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang