Hari ini Pelangi kembali ceria seperti biasa. Semenjak Caramell sudah sadar, gadis itu selalu bersemangat setiap hari. Sudah 5 hari Caramell menginap di rumah sakit, akan tetapi Pelangi tidak pulang ke rumah Tantenya. Jadi, Mischa lah yang harus membersihkan rumahnya. Oh iya, nanti siang, Papanya Caramell akan pulang ke Indonesia.
"Pelangi, Tante mohon pulang dulu ke rumah ya. Biar Tante yang gantiin kamu untuk menjaga Caramell sekarang." Pelangi mendongak lantas ia menggeleng kukuh membuat lagi-lagi Mischa menghembuskan nafasnya berat.
"Kamu mau boneka beruang, Pelangi? Kalau mau, pulang dulu, soalnya kemaren Tante udah beli, terus Tante taro di kamar kamu." Tutur Mischa lembut sembari mengusap puncak kepala Pelangi dengan gerakan sayang. Pelangi bungkam, ia malas menjawab ucapan Tantenya yang terdengar memaksa. Caramell yang melihat percakapan dua orang itu, kemudian ia tersenyum sembari menggenggam tangan Pelangi erat.
"Kamu pulang dulu gih. Nanti keburu hujan." Caramell menghela nafasnya sejenak,"Aku gak papa kok. Ada Mama yang jagaiin aku."
Gadis berkulit putih itu mencebik sebal kemudian ia menatap Caramell menuntut." Kamu kenapa ikutan bikin aku kesal sih?" Tanyanya ketus.
Caramell yang mendengar ucapan ketus dari sahabatnya seketika ia langsung bungkam, terlihat dari matanya memancarkan kesedihan akan perlakuan dari Pelangi yang seperti itu.
"Ok fix. Aku pulang kalau gitu," Pelangi bangkit dari kursinya lalu ia berlalu saja tanpa berpamitan kepada dua orang yang di dalam Ruangan itu.
Sepeninggalan Pelangi, Caramell mengusap wajahnya kasar. Apa iya Pelangi yang terlalu keras kepala atau dirinya yang terus bersikap memaksa. Ah sudah lah, memikirkan hal itu membuat kepalanya berdenyut sakit.
"Nanti Razell jenguk aku lagi gak Ma?" Tanya Caramell sembari menahan denyutan itu. Sesekali ia mengernyit, membuat Mischa yang melihatnya panik.
"Ada yang sakit, sayang? Bentar Mama panggil dokter dulu." Mischa yang hendak pergi, dengan cepat Caramell mencekal lengannya.
Caramell menggeleng pelan, lantas ia berucap dengan lemah,"Gak usah Ma. Cuman pusing dikit kok," Elaknya, mau tak mau Mischa kembali duduk lalu ia membelai rambut Caramell yang terasa lembut.
"Kalau sakit jangan keseringan di tahan ya sayang, bilang ke Mama." Ucap Mischa tulus. Caramell yang mendengarnya lantai ia tersenyum lebar, tapi dibalik kesenyuman itu ada kepedihan yang sedang dialaminya seorang diri.
O_O
Pelangi mengerucutkan bibirnya kesal, kenapa ia di suruh pulang? Padahalkan dirinya masih mau menemani Caramell.
Seketika gadis itu mengernyit tidak suka, ketika ia melihat langit yang tadinya cerah sekarang berubah menjadi gelap, itu artinya sebentar lagi hujan akan turun. Ah hujan ya, kenapa dia datang tidak di waktu yang tepat.
Menghela nafas panjang, Pelangi memeluk tubuhnya sembari berjalan. Walaupun gadis itu sudah memakai jaket, tetapi rasa dingin tetap menusuk kulit-kulitnya.
Perlahan-lahan, butiran bening turun dari angkasa yang membuat Pelangi mendengus malas. Tidak mau berteduh, gadis itu memilih tetap untuk berjalan sembari menundukan kepalanya yang sesekali menendang batu kerikil yang ada di jalan.
"Mama...aku kangen..." gumamnya lirih diiringi air matanya yang perlahan menetes. Di waktu yang bersamaan, hujan semakin deras membuat Pelangi menggigil kedinginan. Bibirnya gemetar, dan wajahnya pucat.
Sampai akhirnya, hujan tidak mengguyur tubuhnya lagi, seperti ada yang menghalanginya. Gadis itu pun mendongak, dan mata coklatnya itu langsung bertemu dengan mata hitam yang pekat menggambarkan kegagahan di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memori disaat Hujan
Fiksi RemajaStart: Februari 2020 Finish: Ada yang pernah bilang, bahwa pelangi selalu muncul setelah hujan. Tetapi, menurut gadis itu, pelangi tidak akan selalu menggantikan hujan apabila hujan telah pergi begitu saja, begitupun sama dengannya. "Kak, cinta itu...