12: Kesakitan

68 4 0
                                    

Razell melajukan mobilnya dengan kecepatan rendah. Selama di perjalanan, suasana di dalam mobil itu senyap. Hanya terdengar sayup-sayup suara hujan dari luar.

Langit terlihat cerah, akan tetapi hujan masih turun. Membuang nafas lelah, Razell menatap jalanan yang tampak sepi. Mungkin, alasan jalanan lenggang dikarenakan ini hari Senin.

Seketika Razell mengkerutkan keningnya, disaat sepasang matanya entah mengapa saat itu bisa tertuju kepada seorang lelaki yang berdiri di samping mobil berwarna hitam sembari terlihat kebingungan.

Razell menghentikan mobilnya, lelaki itu keluar sembari membawa payung bening, lalu menghampiri ke salah satu sosok yang menarik perhatiannya sejak tadi.

"Ada yang bisa saya bantu, Om?" Tanya Razell sesopan mungkin sembari tersenyum tipis kepada lelaki yang lebih tua darinya. Lelaki itu menoleh ke asal suara, lalu menatap Razell tanda tanya. Diam selama beberapa saat, sampai akhirnya lelaki tua itu ber-oh kecil.

"Ah, tidak, ban mobil saya ini hanya kempes, mungkin terkena paku tadi di jalan." Ucapnya sembari tertawa canggung sedangkan Razell mengangguk mengerti.

"Memangnya Om mau kemana?" Tanya Razell sembari mengkerutkan keningnya. Lelaki tua itu terdiam, sampai akhirnya ia berbicara lagi.

"Saya mau ke rumah sakit. Mau temuiin anak saya yang sudah lama tidak bertemu dengan saya," seketika Razell bungkam, ia menatap lelaki di depannya itu dengan tatapan tidak terbaca. Berbeda dengan lelaki tua itu, ia meneguk salivanya.

"Mau bareng sama saya, Om?" Tanya Razell datar untuk yang ketiga kalinya.

Lelaki tua itu mengulum senyum kemudian ia mengangguk sungkan,"Tidak merepotkan kamu kan?"

"Tidak kok Om, kebetulan saya juga mau ke rumah sakit." Razell menarik sedikit kedua sudut bibirnya. Sedangkan Lelaki tua itu membuang nafasnya lega, lalu ia mengangguk kecil sembari tersenyum tulus.

"Terima kasih ya, nak." Ucap lelaki tua itu dengan suara yang menyejukkan. Razell mengangguk, membalas senyuman dari lelaki tua itu.

Mereka berdua pun berjalan beriringan menghampiri mobil Razell. Sebelumnya, lelaki tua itu sudah menelepon suruhannya untuk segera membawa seseorang yang bisa memperbaiki ban mobilnya yang kempes.

"Oh iya, ngomong-ngomong, saya belum kenalan sama Om." Ucap Razell ketika mereka berdua sudah ada di dalam mobil, tersenyum kecil, perlahan anak lelaki itu melajukan mobilnya.

Lelaki tua itu pun lantas terkekeh kecil, walaupun tidak ada yang lucu."Iya, saya baru ingat. Nama saya Jun. Kalau nama kamu siapa?" Tanya lelaki berdarah jepang itu kepada Razell.

Razell berdeham pelan."Nama saya Razell, Om." Katanya dengan suaranya yang berat. Jun mengangguk mengerti, lalu ia teringat dengan sesuatu.

"Oh iya, kamu ke rumah sakit jenguk siapa, keluarga kamu?" Tanya Jun penasaran, hal itupun membuat wajah Razell merah padam.

"Bukan keluarga saya yang sakit, Om. Tapi calon istri saya." Jun terkejut, ia sempat membulatkan matanya setelah mendengar ucapan dari lelaki di sebelahnya. Tetapi, akhirnya Jun tertawa, sungguh lucu cinta masa remaja itu. Namun setelah beberapa saat, tawanya seketika sirna, setelah mendengar ucapan Razell yang belum selesai.

"Dia adalah seorang gadis yang bisa mengubah kehidupan saya, bisa mewarnai kehidupan saya. Namanya Caramell Anastasia seorang gadis cantik yang Tuhan kirimkan untuk saya," ucap Razell yang terdengar sangat tulus. Jun mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Ia cukup kaget mendengar nama anak gadisnya disebut.

ー●●ー

"Ma, nanti Papa beneran datang jenguk aku, kan?" Tanya Caramell yang masih di atas ranjang.

Memori disaat Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang