29. Fakta Dilema

2.3K 188 104
                                    

"Cinta yang paling dilema itu. Dicintai atau mencintai sahabat sendiri. Disayang cuma sebagai teman bikan sebagai pasangan."

HESPER

Now Playing Music ;
Maafkan - Nikita Willy

( Akan update lagi, jika sudah mencapai 100 komentar. Ayo dong, komen kalian ada di setiap paragraf cerita. Spam komen ayo, ehe. Makasi)

"Tara, kamu dari mana aja! Bima udah gak ada, dan kamu pergi gitu aja?" 

"Tara, harusnya kamu jangan melarikan diri!"

"Tara, cuma orang bodoh yang lari dari masalah!"

"Kamu papah hukum bareng Ara!"

Kedua tangannya memegang kuping ketika bentakan Darman dua tahun silam terngiang kembali di telinga Tara saat ini. Mulutnya sudah meminum banyak air di kolam renang, kepalanya sesekali menggeleng, badannya pun lemas.

"Tara ... ayo berenang, untuk gue."

Itu suara Bima di perlombaan renang terakhir yang dia ikuti, entah dorongan dari mana, dengan sisa tenaganya Tara berenang ke tepian, keluar dari kolam renang dan langsung memuntahkan air. Tangannya menepuk-nepuk dadanya sendiri.

"Tara!" panggil Ara yang kini mendekat ke arah dirinya. Tara berhambur memeluk Ara, "Ra, gue ga kabur, gue gak pergi, gue mau minta tolong bukan pergi, Bima  ... "

"Cukup Ta, gue percaya sama lo," ucap Ara memotong perkataan Tara barusan, Ara hanya tidak ingin Tara kembali mengingat masa lalu itu, dilepasnya pelukan Tara, dilihatnya Tara yang menggigil kedinginan, bibirnya bergetar, matanya sedikit merah layaknya orang yang telah berenang berjam-jam di tengah malam.

"Lo bisa jalan?"  Tara mengangguk, Ara menarik pelan tangan Ara agar saudaranya itu berdiri, mereka masuk ke dalam rumah, Ara tadi menawarkan Tara untuk berganti pakaian di kamarnya. Belum sempat masuk ke kamar, Darman lebih dulu mencegahnya, "Mau apa kamu? Ara jangan biarkan dia masuk ke kamar kamu."

"Tara kedinginan, Pah!" pekik Ara. Dia tidak tega melihat kondisi Ara. Darman hendak mengeluarlan suaranya, tapi Tara lebih dulu bersuara, "Gue gak kedinginan, bener kata Papah, gak seharusnya gue ke kamar lo, makasih Ra, gue pulang."

Tara melenggang pergi begitu saja tanpa menatap Darman. Dia takut jika menatap Darman hatinya kembali sakit, itulah sebabnya dia tidak ingin tinggal di sini lagi meski waktu itu Darman menawarkannya.

Tara berjalan ke halte bus, tiba-tiba saja rintik hujan yang deras itu turun dari langit, untuk memandikan bumi dengan airnya. Tara berlari meneduh di warung kecil pinggir jalan, dia bersyukur hujan datang, jadi orang orang mengiranya dia terkena hujan.

"Bu, teh angetnya satu, ya," pesan Tara. Ibu itu mengangguk, diberinya teh anget kepada Tara, "Makasih, Bu."

"Neng, basah kuyup gitu, sini masuk."

"Numpang ya, Bu," Tara tersenyum, lalu memasuki warung berpetak lecil tanpa keramik, Tara duduk di kursi sambil meminum teh anget tadi. Hujan cukup lama, sampai-sampai bajunya yang semula basah itu sedikit mengeri, setelah hujan berhenti, Tara membayar teh hangat tak lupa berterima kasih sebelum pergi.

***

Bel istirahat berbunyi, Milan mengajak Tara untuk pergi ke kantin. Diikuti oleh Rasya, Fathan, juga Raya. Mereka duduk di meja paling pojok, dengna posisi Tara dan Raya berhadapan paling pojok, di samping Tara ada Milan yang berpapasan dengan Fathan, juga Rasya tanpa pasangan.

HESPER (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang