40. Paket

2.4K 208 60
                                    

"Ada rindu yang tak pernah tersampaikan kepada pemiliknya. Dan aku minta maaf gak bisa menyampaikan rindu yang tertahan beribu-ribu hari lamanya. Sebab, aku tahu yang aku rindukan sedang merindukan dianya yang lain."

HESPER

Tara baru saja selesai berganti baju, dia tidak ingin mandi, toh, tidak bertemu Altara ini. Tara sengaja hanya memakai kaos dan rok biasa, tak lupa selempang berwarna biru-pink senanda dengan kaus biru dan rok pinknya.

Pemandangan pertama ketika kakinya menginjak ruang keluarga adalah Baswa dan Ara, mereka berdua terlihat akrab menonton drama korea kesukaan Ara. Tara yakin pasti Baswa dengan sangat terpaksa menonton drama korea itu. Apalagi mereka berdua mengggunakan sheetmask,pasri kerjaan Ara juga.

"Mau ke mana lo?" tanya Ara.

"Ke perpustakaan daerah. Lo mau ikut?"

"Bas, mau ikut?"

Baswa justru bertanya pada Ara, "Lo mau emangnya?"

"Enggak."

"Yaudah gue juga enggak. Gue mau ke mana aja asal ada lo."

Ara tersenyum malu, pipi gadis itu memerah, "Jangan ngomong gitu ish!"

"Gak papa bikin orang salting gak dosa ini. Gue juga suka kalo lo salting, lucu."

Tara menatap kecut Baswa dan Ara dia jadi rindu Altara. Huh, coba ada Altara pasti dia juga bisa romantisan seperti ini. Altara ... kapan pulang?

Tara memilih untuk langsung pergi dari pada iri melihat mereka berdua. Tara lumayan terkejut ketika mendapati Davie yang sudah berada di luar gerbang rumah. Dia kira mereka akan bertemu di sana.

"Kenapa gak ngabarin kalau mau ke sini?"

"Emang menurut lo kita ke sana gak bareng?"

"Ya lo bilang see you di perpusda."

"Hm. Gue ralat deh, udah cepet naik."

Tara dengan segera duduk di jok motor hitam Davie yang tanpa bicara segera menancapkan gas hingga mereka berdua membelah jalan menuju perpustakaan daerah. Di perpustakaan, Tara lebih dulu masuk sedangkan Davie izin ke toilet, katanya.

Tara duduk di meja utama, belum memegang satu buku pun dia sudah enek duluan melihat rak rak besar berjajar di sekitar ruangan. Keciri sekali dia hanya ke perpustakaan untuk tidur di pojokan.

Tara membuka slingbagnya, mengambil surat rumus dari Altara beberapa hari lalu. Demi memecahkan rumus dia harus ke tempat seperti ini, Astaga.

"Lo belum nyari satu buku pun?" celetuk Davie sewaktu melihat Tara masih duduk dan meratapi rumus di depannya tanpa ada satu pun buku di sekitar meja.

Tara menggeleng, ditatapnya Davie dengan tatapan memohon, "Lo aja ya yang nyari, gue mabok sumpah, Dav."

"Dibilang usaha, Ta, ayo ke rak fisika."

Davie menarik tangan Tara menuju saah satu lorong rak berbau sains. Tara berdecak sebal, Davie menyuruhnya untuk mencari buku buku fisika di sekitar kiri sedangkan cowok itu di sekitar kanan. Huh, sial. sial. sial!

Tara mencoba mencari buku satu persatu, di tangannya sudah terdapat tiga buku fisika SMA. Sedangkan Davie sudah membawa sekitar tujuh buku.

"Dav gue tiga aja ah, gue ke meja lagi, udah ini udah usaha semaximal mungkin menurut gue!" putus Tara dan berlari menuju meja lagi. Tara menghela napas lega. Akhirnya dia bisa terlepas dari lorong yang menjulang tinggi tadi.

HESPER (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang