"Jangan pernah membenci seseorang yang telah pergi. Sebab, kita yang ditinggali tak tahu alasan terberatnya ketika si dia memilih untuk meninggalkan kita sendiri, tanpa pasti."
HESPER
[aduh, kangen dispam komen haha.]
"Tara sini!"
Teriakan Shaletta dan Dayra dari dalam pagar taman mampu melengkungkan bibir Tara yang kini telah menerbitkan senyuman. Dia berjalan ke arah taman yang sudah dihuni makhluk kelasnya. Hari ini mereka berencana untuk bakar-bakar setelah bagi raport. Dengan dresscode biru-abu dan topi kelas berwarna putih yang sudah ditentukan jauh-jauh hari. Tara bergabung bersama Shaula dan Dara yang sedang mengolesi ayam dan ikan dengan bumbu yang telah di buat dari rumah.
"Kalian nggak bantuin?" tanyanya kepada sekumpulan cewek yang sedang ber-wefie.
"Nggak. Kita bagian ngipasin. Lo mau ikut foto?"
Tara menggeleng, "Nggak, gue males ngipasin mending ngoles bumbu."
Taa herjongkok di antara mereka bertiga, tangannya mulai mengolesi bumbu bersama kedua temannya, "Beres! Cowok nih gantian yang bagian bakar!" seru Dayra.
"Iya-iya gak selaw amat, Bu."
"Nye nye nye."
Fathan mengambil baskom yang berisi ayam dan ikan kemiduan mulai membentuk bundaran bersama para cowok lainnya untuk memanggang, cewek-cewek yang tadi sibuk foto-foto kini berebut kipas dan tempat dekat bundaran cowok.
Tara tak terlalu memusingkan mereka, setelah cuci tangan dia memilih duduk di bawah pohon memandang danau berisi sepeda bebek yang pernah ada dia dan Altara di sana. Sudah sebulan rasanya Altara pergi, kapan dia akan ke sini?
"TA AMBILIN ARANG DI BELAKANG LO!" teriak Rasya, Tara mendengus kesal, dia memalingkan wajahnya pura-pura tak dengar. Hingga sebuah tepukan mendarat di bahunya, "Dipanggil tuh nyahut Ta, nggak sopan dasar."
Tara mengangkat bahunya, Davie mengambil plastik berisi arang dan pergi menuju teman-teman yang sedang berusaha memanggang sebisanya. "TA WOI AMBILIN KECAP!" Kali ini bukan Rasya tapi Fathan. Huh dengan berat hati, tangannya terulur menggambil kecap dan berjalan gontai---ogah-ogahan, dilemparkannya kecap tadi ke arah Fathan.
"Anjir ga ikhlas amat."
"Lagian gue udah kerja masih aja disuruh-suruh, capek tau!"
"Perhitungan amat anjir."
Tara mencibir ucapan Fathan, berjongkok di tempat yang masih kosong, menatap panggangan di depannya. Aroma bumbu tadi sudah mulai menyeruk kemana-mana, membuat orang-orang yang menciumnya merasa sangat kelaparan. "Cepet ah, laper nih," celetuk Shaletta.
"Nih lo yang kipasin nih! Bacot mulu siput!" sahut Davie yang sedari tadi mengambil alih kerjaan untuk mengipasi panggangan.
"Hih orang pintar gak baik marah-marah mulu, darah tinggi mampus lo!"
"Nih lo yang kipasin, gue sama Tara mau ngambil minum." Davie melempar asal kipas tadi ke arah Shaletta dan menarik tangan Tara begitu saja. Untung saja tangan Tara tidak patah katena tiba-tiba dipaksa berdiri dan berjalan.
"Kok gue lagi sih, Dav."
"Gue maunya sama lo."
"Tapi gue nggak mau. Mager. Mending lo sama Kania aja, dia daritadi diem aja tau!"
Kania itu spesies suka dandan kayak tante-tante di kelas, cerewet banget tapi kalo kerja kelompok gak mau nyentuh tugas sama sekali. Kerjaannya cuma deketin cowok mulu atau nggak dandan, nyanyi. Bahkan cita-citanya nikah muda. Davie bergedik ngeri sendiri kalau disuruh berinteraksi dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HESPER (SELESAI)
Teen Fiction[BEBERAPA PART DIPRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA BACA] ⚠️UDAH SELESAI⚠️ Kita memang sama. Memiliki sinar cahaya. Namun, apa kita bisa merangkai rasi bersama? Bintang bisa redup kapan saja. Dan, faktanya dia memang benar benar sedang meredup. Apakah b...