25. Masalah Baru

2.4K 183 18
                                    

"Kalau dipikir-pikir masalah itu datang gak akan pernah berhenti. Sama kayak cinta ini. Selalu datang gak pernah berhenti, meskipun aku sudah mencoba menyudahi rasa ini."

HESPER

Now playing music ;
Usik - Feby Putri

Setelah membantu Dara, Altara memilih untuk segera pulang. Namun, secarik kertas yang berada di jok motornya menyita perhatian. Diambilnya kertas itu dan dibacanya kata per-kata yang terangkai di sana. Altara menarik napas dalam-dalam. Dia merasa bersalah kepada Tara, lagi dan lagi.

Altara, jangan marah sama Tara.
Tara gak ada niatan ngelakuin hal bodoh itu.
Maaf ... Janji gak bakal ngulang kesalahan.

Dari Tara

Begitu isinya. Diselipkannya kertas itu di saku seragamnya. Altara menaiki motor, menancapkan gas. Sesampai di rumah. Dia memarkikan motor di halaman rumah. Tiba-tiba telinganya mendengar suara Mars. Cepat cepat Altara memasuki rumah.

Pemandangan yang pertama kali dia lihat adalah Venus yang menangis dengan Andronema dipelukannya. Juga Mars yang sedang duduk di depan mereka. Altara dengan siaga berdiri di antara mereka dan bertanya setenang mungkin, "Ada apa?"

Tidak ada yang merespon. Semuanya hanya diam sambil menatap Altara. Ditatapnya Andronema yang menangis sesegukan dengan teliti. Ada lebam biru di tangan dan pipi gadis itu.

"Apa yang Anda lakukan pada Ann!" murka Altara, matanya tajam menusuk diindra penglihatan Mars.

"Sakit enggaknya Ann gak akan ngaruh! Dia anak cacat gak berguna!" hina Mars.

"Cukup, Mas! Ann ini anak kamu!" raung Venus dengan tangisnya yang makin meledak. Mars menatap remeh Venus, seakan ucapan Venus itu salah. Seakan, Ann ini bukan anaknya juga Venus ini bukan istrinya.

"Aku gak pernah punya anak cacat kayak dia," sindir Mars.

"Maksud Anda apa! Ann itu anak Anda! Darah daging Anda!" seru Altara, ditatapnya Mars yang tersenyum miring mendengar penuturannya.

Mars berdiri, mendekat pada Altara. Ditunjuknya Venus dengan jari telunjuknya, "Tanya aja sama pelakunya," sergah Mars

"Sampai kapan kamu terus bohongin Altara, Ven? Aku udah capek jadi ayah yang jahat di mata dia .... Al, kamu harus ingat sesuatu yang cacat itu pasti ada sebabnya," tutur Mars sebelum melenggang pergi.

Altara tercenung, menelaah ucapan dam pertanyaan Mars yang dia lontarkan sebelum pergi dari sini. Ditatapnya Venus dan Ann yang masih menangis. Venus menatapnya dengan mata sayu, Altara mengendong Ann menuju kamar, sedangkan Venus hanya diam di sana.

Altara mengambil kompresan di dapur, pelan pelan dia mengompres luka lebam Andronema yang makin menangis. Ditenangkannya Ann dengan nyanyian pok ame-ame. Setelah tenang, Ann tertidur. Altara membenarkan posisi tidur Ann dan menyelimutinya.

Venus masih setia duduk di sofa dengan menutup wajanya. Badannya sesegukan pertanda dia masih menangis. Dihampirinya bunda kesayangannya. Altara duduk di samping Venus dengan tangan yang sesekali mengusap bahu bundanya.

"Bunda jangan nangis," lirih Altara.

Venus menghapus air matanya, tersenyum ke arah Altara, tangannya memeluk erat anak sulungnya. Altara memeluk balik Venus, memyalurkan energi positif. Setelah puas berpelukan, Venus melepas pelukannya. Dipegang kedua bahu Altara dengan kedua tangannya.

"Al, jangan pernah benci, Bunda ... " gumam Venus, setetes air mata yang dia bendung di kelopak matanya tiba tiba jauh setelah mengucapkan kalimat itu. Altara mengusap air mata Venus yang mengalir di pipinya.

HESPER (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang