33. Semakin Jauh

2.4K 207 148
                                    

"Kamu yang mengajarku mengenai banyak hal sederhana tapi bermakna. Kamu juga yang pergi meninggalkanku tanpa kata."

HESPER

Now Playing Music ;
Ku Cinta Nanti - Ashira Zamita

( Akan update jika komentar mencapai 140 ❤ please kali ini kalau gak sampe target aku gak akan update (: tinggal komen doang lho gais padahal wkwk )

Tara sedari tadi sedang berkutat dengan buku pelajaran fisika. Huh, guru itu tak tanggung-tanggung memberikan tugas. Selalu saja setiap pelajaran fisika pasti diberi tugas dan PR tambahan. Masalah dalam fisika satu, di rumus dan contohnya masih umum, eh, di soalnya turunan.

Tangan Tara mencoret coret bukunya menggunakan pena berwarna biru kesukaannya, sedari tadi dia tak menemukan jawabannya, "Ini gimana sih? Perasaan udah gue itung berkali-kali!" gerutunya.

"TARA!!!"

Tara menoleh ke sumber suara, dilihatnya Dayra yang sedang berlari ke arahnya, Dayra berhenti, nafasnya tersegal-segal, padahal hanya berlari dari ruang paduan suara ke kelas.

"Lo harus ikut Padus!" suruh Dayra tiba-tiba.

"Ogah, suara gue jelek, lo tau sendiri," tolak Tara. Dia memang hoby bernyanyi apalagi lagu-lagu korea, tapi tentang suara, ya pas-pasan, buta nada tapi tetep nyanyi kalau dikasih lagu korea.

Tara kembali mengambil pulpen dan membaca soal Fisika. Namun, Dayra merebut pulpen itu dari Tara. Tara memutar bola matanya, dia mendegus, lagi ngerjain fisika malah diganggu. Udah jawabannya ngajak ribut, "Gue mau ngerjain fisika, Dayra!"

"Gue tau suara lo gak bagus-bagus amat," jujur Dayra sambil memutar pulpen milik Tara di tangannya.

"Nah, berarti gue ga cocok ikut padus."

"Tapi lo dibutuhin untuk baca puisi di tengah-tengah," jelas Dayra. Tara memang bakat dibadang sastra, meskipun gak jago-jago amat. Namun, di angkatannya Tara lah yang paling unggul.

Tara menggeleng, dia tidak ingin membacakan puisi di acara perpisahan, lagi juga dia ingin tidur di kost-an sambil nonton EXO dari pada harus datang ke acara perpisahan yang menyedihkan, "Big no! Kembaliin pulpen gue!"

Tangan gadis itu mengambil paksa pulpennya dari Dayra. Tak kehabisan cara, Dayra justru mengambil buku Tara. Muka Tara merah padam, bibirnya mengerucut, dia ingin protes lagi, tapi Dayra lebih dulu membuka suaranya.

"Di padus perpisahan ada Altara."

Tara membelalakan matanya, "Serius?"

Dayra mengangguk. Tara berdiri tegap, menutup buku paket dan buku tulisnya. Menarik tangan Dayra menuju ruang paduan suara. Sedangkan, Dayra mendengus kesal, jika Altara saja, pasti Tara langsung mengiyakan. Padahal sudah disakiti berkali-kali masih saja belum menyerah.

"Gue bilang ke pak Saman?" tanya Tara ketika sudah sampai di depan ruang paduan suara.

Dayra menarik tangan Tara untuk masuk ke dalam ruangan, "Gak usah, langsung latihan aja, pak Saman yang milih lo."

"Bentar, Day," cegah Tara yang kini sudah menutup matanya. Mulutnya berkomat-kamit. Dayra mengerutkan dahinya, "Lo kenapa, deh?"

"Deg-degan. Ada Altara kan? Aduh Day, gue deg-degan suer."

"Misi."  Suara itu, suara bass khas milik Altara. Tara menoleh, benar itu Altara yang kini sudah memasuki ruang paduan suara tanpa sedikit pun menatapnya. Setelah kejadian beberapa hari lalu, setiap bertemu, Altara selalu tidak ingin beradu pandang dengannya. Dan itu, menyakitkan.

HESPER (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang