"Terima kasih, sudah menyediakan tempat khusus untukku di kehidupanmu. Terima kasih untuk segala kebahagiaan dan kesedihan yang pernah kita lewati bersama."
HESPER
Now playing
My Everything - NCT UAra memanggil Fathan untuk pergi bersama dirinya. Mereka berhenti di belakang rumah sakit yang terlihat sangat sepi dan lembab. Fathan bergedik ngeri kala menginjakkan kaki di sini, "Jangan di sini anjir Ra, horor."
"Lebih horor temen lo!" kesal Ara sewaktu Fathan memberi tahu fakta di balik kecelakaan yang dialami saudara kembarnya, sedangkan yang dibicarakan berada di ruang rawat inap ditemani Rasya untuk berkemas pulang hari ini.
"Bukan temen gue, gue gak anggep pencundang itu temen gue, asli."
Milan, Dara dan Davie adalah definisi pencundang yang sebenarnya, mencelakakan seseorang lalu pergi tanpa jejak ke negara orang. Ibarat menyakiti lalu pergi.
Di lain tempat, Altara baru saja selesai belajar untuk besok, hari terakhir ujian bertepatan dengan Mars yang pergi ke kantor. Altara tersenyum tipis melihat foto Tara yang sempat dia cetak menjadi photocard. Altara sengaja menempelya di sampul buku.
"Gue kangen lo, Ta."
Altara berjalan menuju laci meja Mars, dibukanya laci itu dengan ragu hingga dengan sempurna tangannya memegang benda pipih yang sudah lima hari tak ia pegang. Niatnya hanya satu: mengabari Tara hari ini meski sebentar.
Matanya terbelalak, dengan berat dia meneguk saliva yang menyangkut ditenggorokan kala melihat banyak notifikasi dari Darman, dari 44 panggilan tak terjawab, terdapat satu notifikasi pesan di sana.
Terburu-buru Altara menaruh kembali ponselnya, dan berlari ke bagasi. Menyalakan motornya dan segera pergi dari rumah dengan kecepatan di atas rata-rata. Tujuannya hanya satu: rumah sakit.
Altara memarkirkan motornya di parkiran rumah sakit, berlari dengan mata yang memerah ke ruang rawat inap yang tertera di SMS dari Farman tadi.
***
"Ta, mau ke mana? Lo baru keluar dari rumah sakit jangan pergi jauh-jauh!" ingat Ara.
"Ada deh, lo gak usah ikut, sebentar doang kok, gak jauh-jauh banget, aman juga tempatnya."
Tara pergi dengan membawa buku rumus fisika yang diberikan oleh Altara, dengan sepasangan aerphone yang tertaut di kedua telinganya melantunkan lagu My Everything dari NCT U.
Di depan kolam renang villa yang cukup berjarak jauh, Tara duduk di bangku ala tempat renang pada umumnya, tangannya mulai membuka lembar per lembar demi mencari rumus-rumus. Satu persatu rumus yang Altara tulis mulai dia pecahkan.
Dadanya sesak, bukan karena kedinginan. Namun, karena membaca satu kalimat yang tersusun dari rumus yang sudah dia ketahui artinya: I love you.
Matanya yang memanas mulai mengeluarkan cairan yang membasahi kertas yang dia pegang hingga tulisannya memudar. "Hampir setahun gue nunggu kalimat ini dari lo, Al."
"Kenapa sesusah itu? Kenapa selama itu? Kenapa harus lewat rumus? Padahal lo sendiri udah kayak rumus bagi gue."
"Gue mau dengar kalimat ini dari mulut lo, bukan dari tulisan yang bisa pudar kayak gini," monolognya hingga tangisnya semakin pecah hingga sesekali segukan.
"Altara cinta Tara. Altara sayang Tara. Altara rindu Tara. Altara suka Tara."
Tara tertegun sekejap, kepalanya mendongak melihat Altara yang entah sejak kapan berdiri tak jauh dari sini. Altara berjalan ke arah Tara yang masih sesegukan. "Maafin gue baru bilang sekarang, Ta. Maaf," adu Altara kala sudah berdiri tepat di depan Tara.
KAMU SEDANG MEMBACA
HESPER (SELESAI)
Fiksi Remaja[BEBERAPA PART DIPRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA BACA] ⚠️UDAH SELESAI⚠️ Kita memang sama. Memiliki sinar cahaya. Namun, apa kita bisa merangkai rasi bersama? Bintang bisa redup kapan saja. Dan, faktanya dia memang benar benar sedang meredup. Apakah b...