32. Altara Menjauh

2.4K 195 112
                                    

"Tak ada perpisahan yang indah. Semua perpisahan terasa begitu menyakitkan bagaimana pun cara manusia merencakannya. Apalagi, jika rencana perpisahan dibuat oleh semesta. Kita gak bisa maksa, cuma bisa ikutin alurnya."

HESPER

Now playing music :
Cintaku Nanti - Ashira Zamita

(sumpah, lagu ini rekomendasi dari aku untuk part ini sampai part part selanjutnya)

***

( Ayo, yang belum komen, aku tunggu komennya.

Jangan lupa spam komen, aku update kalau komentar udah mencapai 130, lebih dari 130 aku panjangin partnya )

***

Hari ini mereka sekolah seperti biasanya setelah beristirahat di rumah selama dua hari. Tara tadi pagi bangun subuh, sengaja, masak buat Altara sekalian mengembalikan kotak bekal milik cowok itu. Tara yang notabenya punya skill masak pada umumnya gak jago-jago amat, kali ini memasak dengan penuh hati-hati, bahkan Dayra dan Shaletta wajib mengomentari makanannya.

"Enak gak? Kurang garem? Lada? Apa?"

Dayra dan Shaletta saling tatap, kedua dahi mereka bergelombang dan menatap Tara seperti manusia yang aneh hari ini, "Udah enak banget sumpah, lo biasanya masak gak segininya anjir, bumbu semua lo masukin,  nugget bikin sendiri, biasanya juga yang instan."

Tara mencicipi lagi nasi goreng juga nugget  buatannya sendiri, menyiapkannya di kotak bekal. "Ini tuh buat Altara tau, lagian jarang-jarangkan gue masak seniat ini buat sarapan?"

Dayra dan Shaletta mendegus tapi mereka juga sangat lahap memakan sarapan kali ini, jika Altara saja pasti Tara seniat itu melakukan segala hal, "Lo harusnya masak kayak gini tiap hari, Ta."

"Asal ada duit gue bikinin."

Di sekolah, Tara menunggu jam istirahat, sampai-sampai tak memperhatikan guru di depan. Untung saja gurunya tidak sadar. Tepat bel berbunyi, Tara mengeluarkan kotak bekal dan langsung pergi ke kelas Altara.

"Mau ke mana lo?" tanya Raya.

"Ke Altara!"

Raya menggeleng, dia mengikuti langkah Tara dengan berjalan santai. Tara memasuki kelas Altara. Berjalan ke arah Altara yang duduk di bangkunya. Dihampirinya Altara dengan senyuman, "Altara!"

Altara mendonggak, tatapannya sinis, juga tak ada lengkung senyum di bibirnya. Tara tak mempermasalahkan itu, diserahkannya kotak bekal di hadapan Altara, "Buat lo."

Ditatapnya kotak bekal tanpa minat, Altara berdiri dan hendak melenggang pergi. Namun, Tara merentangkan tangannya menghalang jalan Altara.

"Minggir!"

"Gue kan ngasih lo bekal, sekalian nembaliin kotak bekal lo, jadi lo gak usah ke kantin, Altara."

Altara mengarahkan matanya ke segala arah, dia tidak ingin menatap Tara saat ini. Rasanya, sakit, "Emang gue bilang mau nerima? Gak kan?"

Tara mengernyitkan alisnya, menelaah perkataan Tara barusan. Altara kembali melangkah, Tara tak mau kalah dia tetap menghalau jalan Altara. Dia sudah susah payah memasak untuk Altara, makanan ini harus sampai pada lambung Altara.

"Awas."

"Ambil dulu," ucap Tara masih dengan senyumannya.

"GUE GAK BUTUH! GUE BILANG AWAS YA AWAS! LO GAK BISA BAHASA INDONESIA ATAU GIMANA SIH?" seru Altara, matanya tak sengaja menatap Tara yang kini memudarkan senyumannya. Hati Altara sakit, sungguh, dia tidak ingin senyuman Tara pudar karenanya. Seluruh warga kelas memperhatikan mereka berdua. Mereka tersentak mendapati bentakan Altara barusan.

HESPER (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang