26. Someone is Coming

288 45 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Kamu tersenyum pelan saat melihat chat dari Hanbin. Hari ini sudah terhitung dari ke empat kamu berangkat bekerja, tentu saja harus. Karena mau bagaimana pun, kehidupan harus terus berlangsung bukan? Setidaknya sedikit demi sedikit, kamu harus berdiri dan membangun semuanya dari awal.

"Satu frappucino untuk Miss Nana. Semoga hari ini menyenangkan!" Pelayan dengan ramah menyodorkan cup padamu, kamu tersenyum kemudian berterimakasih. Terlebih kamu juga masih tersenyum melihat chat dari Hanbin. Karena kesedihanmu beberapa hari kemarin, kamu lupa jika series Marvel terbaru sudah keluar. Untung saja Hanbin mengajakmu.

Kamu harus terbiasa untuk bisa menonton film tidak lagi bersama Jaehyun. Biasanya kamu akan melakukan segala hal dengan Jaehyun, dan kini perlahan kamu harus bangkit untuk mengatasi semua ini. Harus.

Kamu melangkah hendak keluar dari cafe karena lima belas menit lagi, jam kerjamu sudah harus di mulai.

"Nana..." satu suara lembut mengagetkanmu, seketika senyumanmu langsung luntur saat tahu siapa yang memanggil namamu. Hyuna.

Hyuna menatapmu sambil tersenyum kikuk, kamu balik menatap wanita itu tajam. Dengan berani akhirnya kamu menggeser badan agar sepenuhnya menghadap pada Hyuna, menunjukkan bahwa kamu sama sekali tidak takut pada wanita yang jauh lebih tua darimu itu.

"Apa?" Kamu menjawab singkat tanpa sapaan atau senyuman sedikitpun.

"Ada yang mau aku omongin sama kamu. Bisa duduk sebentar?" Hyuna menawarkan satu tempat duduk yang ternyata sudah dipersiapkan olehnya. Nampaknya Hyuna sudah mengikutimu.

"Ngomong apa? Waktuku dikit banget. Bentar lagi aku masuk kantor buat kerja, aku bukan orang yang cuma minta duit ke suami terus manfaatin keadaan itu buat punya simpenan. Aku wanita karir yang punya pendidikan dan ngga punya waktu banyak." Kamu berkata ketus pada Hyuna, sedangkan Hyuna hanya bisa tersenyum masam untuk sabar. Akhirnya tanpa menanggapi, Hyuna mempersilahkan kamu untuk duduk.

Kini kalian sudah berhadapan, kamu hanya menatap Hyuna seadanya tidak tertarik.

"Jaehyun beberapa hari ini depresi banget, Na. Kamu ngga berniat buat nemuin dia?" Hyuna membuka suaranya, sontak kamu langsung tertawa miring.

"Ya harusnya elu dong yang bertanggung jawab atas semua ini! Coba ngga ada lu, gue ama Jaehyun masih ngelanjutin persiapan nikah kita! Bukannya batal kaya gini!" Emosimu naik ke ubun-ubun namun tetap menjaga intonasi agar tidak menarik perhatian pengunjung cafe lainnya.

Hyuna malah tersenyum miring.

"Aku ngga berniat ngerebut cowok kamu dan ngga berniat buat hancurin hubungan kalian. Kan aku cuma nyari temen tidur." Hyuna terkekeh meremehkan kemudian melipat kedua tangannya ke dada.

"Suamiku jauh, aku disini ngga punya siapa-siapa. Dan Jaehyun menawarkan apa yang aku ngga bisa dapet. Jaehyun juga bilang ngga masalah asal kamu ngga tau, dan dia nyaman sama aku. Salah siapa?" Hyuna mencondongkan wajahnya padamu.

Kamu menatap tajam pada Hyuna, gadis gila itu benar-benar tidak memiliki hati. Emosimu meluap, air mata kemarahan sudah mengapung di pelupuk matamu bersiap untuk ditumpahkan bersama kata-kata kasar yang selama ini kamu tahan.

"Nana..." suara baritone itu mengalihkan perhatianmu dan Hyuna, Hanbin memasuki cafe untuk menyusulmu. Lelaki itu menatap tajam pada Hyuna sebelum meraih tanganmu untuk digandengnya. Hanbin bisa melihat kilat matamu yang penuh emosi. Pasti Hyuna adalah dalang dibalik semua itu.

"Aku nungguin kamu di kantor, tapi kamu ngga dateng-dateng. Aku khawatir. Ayo ke kantor." Hanbin menuntunmu untuk berdiri. Akhirnya kamu menghembuskan nafas dan menyusul Hanbin untuk melangkah pergi.

"Nana!" Hyuna kembali memanggil namamu. Baik kamu dan Hanbin sama-sama menengok, pun dengan cepat Hanbin memarikmu ke balik tubuhnya untuk melindungimu, berjaga-jaga jika terjadi sesuatu.

"Coba kamu temuin Jaehyun sekali deh, kasian dia. Seengganya buat ngucapin perpisahan mungkin? Atau mau balikan juga boleh, tenang aja, Jaehyun bener-bener udah ngga mau sama aku kok." Hyuna tersenyum santai sambil duduk menyilangkan kaki dan menyesap kopinya.

Hanbin tidak habis pikir kemudian merangkul pundakmu dan mengajakmu keluar cafe.

•••

Kamu berjalan menunduk bersampingan dengan Hanbin. Hanbin yang melihat keadaanmu langsung menarik tanganmu masuk ke dalam ruangannya, beberapa orang tentu saja melihat itu namun lebih memilih untuk kembali bekerja karena banyaknya deadline menumpuk.

Segera, Hanbin menutup gorden otomatisnya dengan remot kemudian mempersilahkanmu untuk duduk. Namun alih-alih duduk, bahumu sudah gemetar tidak karuan. Perasaan itu kembali datang, kilas balik hubunganmu dengan Jaehyun kembali muncul di permukaan membuatmu merasa sesak nafas. Bahkan kamu sendiri tidak bisa memprediksinya sama sekali. Kamu sangat ingat bagaimana dulu Jaehyun selalu mengantarkanmu berangkat ke kantor, membawakamu sarapan atau sekedar coklat hangat, memberikan senyuman terbaiknya yang kemudian mengecup pipimu penuh kasih sayang. Semua kenangan itu terhempas jauh begitu saja. Jung Jaehyun tidak sebaik itu.

"Hei... Nana. Its okay. Aku disini nemenin kamu." Hanbin menangkupkan kedua tangannya di pipimu. Kamu mendongak kemudian meneteskan air matamu tanpa sengaja.

"Semua bakal baik-baik aja. Kalau kamu mau ketemu Jaehyun, aku bakal nemenin kamu. Kalau engga, ngga papa. Aku bakal tetep disini buat nemenin kamu." Hanbin berkata begitu lembut kemudian menarik tubuhmu dalam pelukannya. Kamu menangis dalam diam tidak ingin menarik perhatian pegawai-pegawai lain yang ada di luar ruangan.

"Kalau kamu mau, ayo aku anter pulang, aku bilang ke Bobby atau Dahyun biar nemenin kamu. Atau aku temenin aja ya? Mau? Kita bisa batalin dulu nontonnya nanti sore." Hanbin menunduk menatap padamu tanpa melepas pelukannya. Kamu menggeleng dengan cepat.

"Engga, Kak. Aku harus kerja. Aku bisa kok." Kamu berusaha meyakinkan Hanbin kemudian menghapus air matamu. Hanbin menatapmu khawatir tentu saja. Kemudian kamu melepaskan pelukan Hanbin dan mulai menghapus air matamu, perlahan juga menata kembali kemeja kerjamu.

"Yaudah, Kak. Aku udah ngga papa kok, aku harus kerja. Makasi banyak, Kak." Kamu berusaha untuk tersenyum kembali meskipun wajahmu sudah sangat nampak menyedihkan.

"Aku balik dulu ya ke mejaku, maaf aku selalu ngerepotin Kak Hanbin." Kamu membungkuk untuk memberi salam dan terimakasih pada Hanbin.

"Nana, kalau ada apa-apa, telepon ya? Atau kamu bisa langsung ke ruanganku. Jangan sedih lagi ya?" Hanbin benar-benar menatapmu khawatir. Kamu mengangguk kemudian perlahan keluar dari ruangan Hanbin. Iya benar, kamu tidak boleh bersedih lagi. Semua harus bangkit seperti semula meskipun sulit.

Euphoria Season 1 • Hanbin (B.I) iKON ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang