Jaehyun panik bukan main sesampainya di UGD, tubuhmu tergeletak lemah di atas gendongannya, tentu saja Jaehyun saat ini begitu kacau, air mata sudah turun di kedua pipinya.
"Tolong Sus... please tolong pacar saya. Tiba-tiba dia tadi lari ke kamar mandi, keluar-keluar pingsan, Sus. Please." Jaehyun memohon pada suster yang membawakan satu ranjang dorong kearah Jaehyun. Dengan cepat, Jaehyun meletakkan tubuhmu yang masih tidak sadarkan diri di atas sana.
"Iya, Kak. Kita bantu semaksimal mungkin. Kakak duduk dulu ya, kita tangani mbaknya." Suster tersebut langsung mendorong ranjangmu masuk bersama dengan suster-suster yang lain dan seorang dokter. Jaehyun mengacak rambutnya frustasi kemudian mendudukkan diri dengan kasar di tempat duduk koridor.
"Kak? Minum dulu." Seorang suster menawarkan satu air mineral pada Jaehyun yang kemudian disambut baik oleh lelaki itu, setelah beberapa detik Jaehyun terlihat lebih tenang, sang suster menuntun Jaehyun untuk mendaftarkanmu.
"Kak, sepertinya kerabatnya Kakak harus dirawat inap. Mau dimasukin kamar yang kelas berapa ya? Kita ada kelas umum 3 itu untㅡ"
"Masukin VVIP." Jaehyun menyela singkat, membuat suster yang bertanya langsung mengangguk mengerti. Tidak lama kemudian, dokter yang menanganimu keluar dari bilik peneriksaan.
"Bapak Jung Jaehyun? Bisa bicara sebentar?" Jaehyun membalik badannya kemudian langsung mengerti dan masuk ke dalam bilik yang disediakan. Kamu terbaring lemah dengan selang oksigen dan infus yang sudah terpasang rapih. Bahkan bajumu sudah terganti dengan baju khusus pasien.
"Walinya Kim Nana ya, Pak. Jadi Nana ini sepertinya punya kelainan sama pola makan dia sampai terjadi iritasi di lambung. Kalau saya lihat dari hasil pemeriksaan, sepertinya lambungnya terluka, ditambah lagi nutrisi yang tidak terserap secara maksimal. Kalau saya lihat juga ini pengaruh dari stress ya. Saya akan membawa sempel darah dan urin ke laborat, hasilnya bisa keluar beberapa hari kedepan. Untuk saat ini, biar Nana istirahat dulu. Sepertinya dia tidak tidur beberapa hari. Saya juga menyarankan adanya penanganan dari Psikiatri ya, karena saya juga menemukan riwayat depresi, serangan panik, dan gangguan kecemasan dari catatan kesehatannya. Bisa saja kelainan pola makan merupakan gejala dari eating disorder." Dokter menjelaskan secara panjang lebar, karena kenyataannya tekanan yang kamu peroleh sudah berimbas pada kesehatan tubuhmu, ini lebih parah dari keadaanmu lima tahun yang lalu.
"Dok, sekompleks itu?" Jaehyun bertanya seperti tidak terima, ada rasa dimana ia gagal membahagiakanmu. Mau tidak mau, dokter mengangguk.
"Kita bisa jadwalkan pertemuan dengan Psikiater ya. Sepertinya Nana akan sadar cukup lama karena saya lihat juga dia kurang tidur. Jadi setelah ini, kita akan pindah ke kamar inap ya, Pak Jaehyun." Dokter memberi intruksi kembali, Jaehyun hanya mampu mengangguk sambil melihat tubuhmu yang begitu kurus terbaring lemah. Akhirnya beberapa suster mendorong ranjangmu menuju ke kamar diikuti Jaehyun yang melangkah dengan pasrah.
•••
•••
Hanbin panik, banyak pertanyaan muncul di benaknya. Kenapa kamu di rumah sakit? Apa yang terjadi padamu? Kenapa bisa begitu?
Semua itu berputar pada kepala Hanbin, tangannya dengan panik menyentuh tombol dial ke nomer Bobby yang lama tidak diangkat oleh sang pemilik handphone. Hanbin menggigit bibirnya khawatir, jam memang sudah menunjukkan tengah malam, tapi tidak mungkin Bobby tidur disaat keadaan adiknya seperti ini.
"Hallo..."
"Hallo, Bob! Nana kenapa?!" Hanbin tidak berbasa-basi. Hanbin bisa mendengar Bobby menghela nafas diseberang sana.
"Nana sakit, panjang kalau dijelasin. Lu mau kesini?" Bobby bertanya pasrah, ia hanya bisa melihatmu terbaring lemah dengan selang oksigen terpasang. Kamu masih belum bangun. Saat Bobby sampai setelah mengambil perlengkapan harianmu, ia hanya mampu pasrah saat melihat Jaehyun menangis menatap padamu sampai lelaki itu ikut tertidur sambil memegang tanganmu. Bobby tau Jaehyun sangat amat mencintaimu, tapi Bobby tidak mau bodoh karena Jaehyun sudah berkhianat selama ini. Menurutnya, sekali berkhianat adalah hal yang tidak bisa dimaafkan.
"Gue mau kesana sekarang, gue titipin Sela ke Mamah. Gue berangkat nih ya." Hanbin meraih jaketnya cepat dan juga satu kunci motor besarnya. Terlalu lama jika ia harus naik mobil.
"Jangan! Ini ayah sama ibu gue lagi otw kesini. Yang ada ntar lu ga boleh masuk, Jaehyun juga lagi disini. Lu sabar dulu, besok ayah sama ibu gue mau ke Jerman dan kayanya ngga bisa ditunda, dan Jaehyun pasti kerja. Lu besok kesini aja pas ngga ada mereka bertiga. Gue bakal jagain biar lu gak ketauan." Bobby berbisik sedikit panik, takut jika Jaehyun terbangun dari tidurnya dan mendengar rencananya.
Hanbin hanya bisa berpasrah kembali duduk di sofa.
"Sesulit ini ya mau ketemu Nana?" Hanbin bertanya lirih, Bobby turut merasakan perih yang dirasakan oleh sahabatnya itu.
"Sabar, Bin. Gue disini bantuin elo, gue juga ngga rela kalau Nana sampai jatuh ketangan Jaehyun lagi. Yakin aja, Bin, kalau jodoh ngga akan kemana-mana. Yang penting kita usaha. Lu serius kan sama adek gue?" Bobby menunduk kemudian menyisir rambutnya kebelakang dengan jemari, penat ia rasakan sekarang.
"Iya lah anjir! Gue serius sama adek lo. Seserius ini gue, belom pernah gue ngerasa seyakin ini. Gue ga cuma cinta, gue mau hidup susah seneng sama adek lo." Hanbin berkata yakin penuh penekanan, Bobby tersenyum di seberang sana kemudian melihat wajah damaimu yang masih tertidur. Bagi Bobby, kamu tetaplah malaikat kecil, namun kini mau tidak mau, kamu sudah beranjak dewasa dan bahkan sudah di perebutkan oleh dua lelaki, termasuk sahabat Bobby sendiri.
"Gue bersyukur banget, Bin bisa ngenalin lo sama adek gue." Ucap Bobby pada akhirnya yang membuat Hanbin dan Bobby sama-sama tersenyum lega. Benar, mereka sama-sama harus berusaha untuk memperjuangkanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria Season 1 • Hanbin (B.I) iKON ✔
Fanfiction"Kita berdua sama-sama pernah terluka. Bagaimana jika kita berdamai dan melangkah ke depan bersama?" ㅡ Kim Hanbin