42. Water Has Memory 🔞

532 42 5
                                    

Hanbin duduk termenung setelah kamu berhasil masuk ke kamar mandi. Bayangan tulisan yang ada di hasil labmu mengacaukan pikiranmu. Penyakit mentalmu semakin kompleks lebih dari riwayatmu dulu.

Kemungkinan adanya Anxiety, major depression, panic attack dan eating disorder. Semuanya sudah berimbas hingga keadaan fisikmu yang berarti kamu sudah mengalaminya begitu parah, lambungmu terluka karena asam lambung yang meningkat drastis akibat stress. Semua makanan yang masuk, ditolak oleh tubuhmu, bukan karena keinginanmu namun karena rasa tekanan yang luar biasa. Bahkan sudah tertera bahwa kamu dalam keadaan darurat. Ini tidak baik. Meskipun harus dikaji ulang oleh Psikiater, hasil lab tersebut kemungkinan akan menunjukkan hasil yang sama.

Hanbin menggigit bibir bawahnya khawatir, besok ayah dan ibumu pulang, itu artinya Hanbin tidak bisa berlama-lama berada disisimu, tapi dia ingin bersamamu. Ia ingin kamu sembuh. Belum lagi berkas pengadilan harus dilengkapi, dan itu tidak mudah. Hanbin menatap pada pintu kamar mandi yang sudah tertutup, ia kalut. Ia tidak mau kehilanganmu.

Dengan jemari yang bergetar, Hanbin meraih handphonenya dan menuliskan pesan pada Bobby, mengatakan bahwa kamu sangat tidak baik-baik saja. Hanbin khawatir setengah mati, kamu adalah hidupnya. Kamu adalah segalanya untuknya.

"Kak... Kak Hanbin." Suaramu memecahkan keheningan. Hanbin langsung meletakkan handphonenya pada nakas kemudian mendekat pada pintu kamar mandi.

"Iya, Na? Kenapa?" Hanbin hanya mampu berkata dari balik pintu, ia masih menghormatimu. Sedangkan di dalam, kamu menggigit bibir bawahmu kebingungan karena tidak mampu melepas pakaianmu. Salahkan pada infus.

"Kㅡ Kak... bisa masuk ngga? Bantuin aku?" Kamu bertanya ragu, sedangkan Hanbin kebingungan di luar sana.

"Kenapa? Sabunnya ngga suka ya? Mau aku beliin merk lain?" Hanbin bertanya karena masih bingung, sedangkan kamu perlahan membuka pintu pelan sedikit demi sedikit. Hanbin bisa melihat dengan jelas baju tidurmu yang sudah tidak terkancing, hanya bermodal kamu tutupi menggunakan tangan. Hanbin menelan air liurnya kesulitan.

"Aku ngga bisa nyopot baju karena infusnya. Mau minta tolong." Kamu berkata lirih sambil memundurkan langkahmu, memberikan Hanbin akses untuk masuk ke kamar mandi. Hanbin melangkahkan kakinya perlahan dengan ragu. Bathtub sudah terisi dengan air hangat dan busa yang memancarkan wangi. Hanbin mendekat padamu, kamu terdiam menatap Hanbin dengan polos. Hatimu tiba-tiba saja bergemuruh tidak karuan, padahal ini hanya berniat untuk membuka bajumu saja.

"Em.. jadi aku bantuin?" Hanbin menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, berusaha untuk mengalihkan pikirannya. Kamu mengangguk dengan polos. Akhirnya perlahan Hanbin mengulurkan kedua tangannya untuk membuka baju pasienmu, pelan namun pasti, terkadang jemarinya bersentuhan lembut dengan kulitmu.

Kamu merasakannya, merasakan Hanbin yang tegang namun kamu menikmati sentuhan kecil tidak sengaja dari jemari Hanbin. Perlahan Hanbin membantu tanganmu untuk keluar dari lubang lengan yang langsung terhubung dengan infus. Hanbin setengah mati menahan nafasnya saat melihat kulit polosmu yang semakin terlihat dengan jelas.

Baju atasmu sudah berhasil tertanggal, Hanbin memundurkan langkahnya hendak keluar dari ruangan ini sebelum sisi liar dari dirinya muncul. Namun niatnya terurung saat kamu kembali kesulitan membuka bra. Akhirnya Hanbin kembali mendekat dan menggantikan peran tanganmu. Wajahmu panas bukan main, dipadu dengan pikiran-pikiran lain yang mengganggu.

"Maaf ya Kak, aku jelek. Maaf badanku ngga bagus, pasti Kak Hanbin habis ini bakal ngejauh ya? Maaf, Kak." Kamu berucap pelan, sedangkan Hanbin sadar bahwa sekarang, gangguan kecemasanmu mulai kambuh dan sangat berkemungkinan untuk menjadi serangan panik. Perlahan Hanbin menggeleng dengan cepat.

"Engga, Na. Jangan mikir gitu. Kamu itu cewek paling cantik yang pernah aku temui, aku bersumpah. Aku cinta banget sama kamu, dan dalam keadaan apapun itu, kamu tetep cewek terbaik buatku." Hanbin membelai pipimu perlahan, kamu mengangguk mengerti kemudian Hanbin tersenyum. Jemari Hanbin yang lain, masih bergantung pada tali bramu, perlahan menurunkannya hingga terpampang jelas tubuh bagian atasmu.

Hanbin kembali kesulitan mengendalikan dirinya, namun ia tetap berniat untuk membantumu. Akhirnya Hanbin berjongkok untuk membuka celanamu pula, sebuah godaan yang lebih besar tentu saja. Namun Hanbin mati-matian menahan. Sampai akhirnya ia berhasil membuka seluruh kain yang ada ditubuhmu, tentu saja kamu malu, namun apa boleh buat? Kamu melangkahkan kakimu masuk ke dalam bathtub, Hanbin ikut lega kemudian melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar mandi. Sebelum akhirnya satu kalimat darimu membuatnya mengurungkan niat.

"Kak Hanbin, mau mandi sama aku?"

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanbin memeluk tubuhmu dari belakang, kalian sedekat ini, tanpa ada batasan, tanpa adanya sehelai benang pun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanbin memeluk tubuhmu dari belakang, kalian sedekat ini, tanpa ada batasan, tanpa adanya sehelai benang pun. Perlahan namun pasti, Hanbin mengecup tengkukmu dengan sedikit gigitan yang meninggalkan bekas ke merahan, seakan tidak peduli jika nantinya akan ada yang melihat. Hanbin hanya ingin menunjukkan bahwa kamu adalah miliknya, dan kalian pasti akan bersama.

Kamu memejamkan mata menikmati hembusan nafas hangat Hanbin yang mengenai tengkukmu, perlahan kecupannya naik ke telingamu berpadu dengan nafasnya yang berat.

"I adore you so much. Nana, i love you." Hanbin berbisik lembut, kemudian tangannya perlahan meraih pipimu untuk menghadap padanya. Dengan lembut, Hanbin menyatukan kedua bibir kalian, kamu membalas tentu saja kemudian membalik tubuhmu untuk berhadapan dengannya. Kalian berciuman dalam keheningan dan gemercik air yang tercipta karena adanya pergerakan. Air hangat dan aroma sabun yang menenangkan, kamu memeluk leher Hanbin kemudian mengacak rambutnya pelan, masih tetap bergumal satu sama lain dalam ciuman yang indah.

Kamu menatap pada Hanbin, kemudian melihat dengan jelas ukiran tatto yang ada pada tubuhnya. Jemarimu perlahan mengikuti garis yang membentuk sebuah gambar dan tulisan. Hanbin memperhatikan jemarimu yang bergerak dengan apik, sesekali mendesah lembut saat sentuhan tanganmu terasa berefek kepada pusat tubuhnya.

Tangan Hanbin mulai memeta tubuhmu, meremas di beberapa bagian hingga kamu melenguh begitu menikmatinya. Perlahan bibirnya turun untuk menikmati setiap jengkal kulit putih lembutmu, Hanbin menyukainya, begitu juga denganmu. Setidaknya kamu ingin merasakan ini, merasakan kedekatan tanpa batas bersama dengan Hanbin tanpa memperdulikan apa yang akan terjadi esok harinya.

Kamu mendongakkan kepala Hanbin dan mencium kembali lelaki itu, Hanbin memeluk erat pinggangmu kemudian perlahan menurunkannya, menyatukan tubuh kalian berdua untuk semakin menikmati momen yang ada. Kamu terengah merasakan Hanbin yang perlahan namun pasti masuk kepadamu, Hanbin mengamati bagaimana cantiknya dirimu, menatap lekat pada wajahmu yang kemudian ia kecupi perlahan. Kecupan kecil yang membuat kalian berdua merasakan ledakan Euphoria yang tidak tertahankan.

Kalian mulai bergerak dalam irama yang senada, membunuh waktu tanpa peduli tempat dan keadaan, menuangkan rasa rindu yang selama ini tertahan. Kenyataannya, kamu dan Hanbin sama-sama saling mencintai. Baik kamu dan Hanbin menghiasi ruangan dengan suara gemercik air dan desahan yang menggema, beradu nafas dan gerakan untuk memuaskan satu sama lain.

"Let me ride for you." Hanbin berbisik serak kemudian bergerak lebih kencang menggantikanmu.

Euphoria Season 1 • Hanbin (B.I) iKON ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang