^Happy Reading^
Lisa POV
Langit yang gelap dihiasi cahaya dari sang bulan tanpa adanya sang bintang. Saat - saat yang tepat merenung dibawah sinar bulan.
Terlalu berat untuk melakukannya, terlalu rindu untuk mengingatnya. Terlalu lelah tubuh ini mengorbankan segalanya.
Setetes demi setetes bulir - bulir air mata jatuh, semakin deras air mata yang terjun dari tempatnya kala mengingat semua kenangan bersamanya. Indah, tapi terlalu menyakitkan.
Kenapa? Kenapa kenangan itu terasa sakit untuk diingat. Keinginan ini terlalu besar untuk mengingat, lebih tepatnya rindu yang membuat kenginan itu ada.
Huftt... sudahlah, pasti akan berakhir kayak gini setiap kali kesini. Tempat ini pasti menyimpan banyak kenangan dari orang - orang.
Gue ngehapus air mata yang udah ngebasahin pipi gue, terlalu banyak yang keluar. Tapi gak papa, karena itu yang buat gue bisa tenang.
Gue ngehela napas kasar. "Lagi ngapain yaa sekarang?"
"Apa setiap rindu yang gue kirimkan lewat doa - doa disepanjang malam telah tersampaikan?"
Gue lihat arloji yang mengikat ditangan kiri gue. Udah jam setengah sepuluh.
"Udahan?"
Gue kaget tiba - tiba aja ada suara yang deket banget sama gue, sampe ada sosok yang datang dan diem disamping gue. Huftt... masih manusia.
Iya, gak mungkin kan orang ini udah mati. Meskipun udah hampir lima hari gak ketemu, Jeon Jungkook.
"Apanya yang udahan?" Tanya gue.
"Lama gak ketemu." Bukannya jawab pertanyaan gue, dia malah ngomongin hal lain.
"Hm."
"Gue kangen sama lo." Ucapnya.
"Iya tau, gue emang ngangenin. Gue juga kangen sama lo."
"Gue cuma becanda."
"Gue juga cuma ngeprank."
Gue sama Jungkook saling tatap sampe kita ketawa bareng.
"Lo lagi ngapain ada disini?" Tanya gue.
"Gue sih tadi cuma jalan - jalan aja, ehh ada cewek yang lagi duduk disini sambil lihatin bulan. Tadinya mau langsung gue samperin, tapi gak jadi pas gue denger dia nangis. Jadi gue diemin aja dulu, pas nangisnya udah selesai gue samperin deh." Jelas Jungkook. Jadi dia dari tadi ada disini, dan bahkan nyaksiin gue nangis.
"Lo kenapa nangis?" Tanya Jungkook. Dia lagi lihatin gue dari pinggir, sementara gue masih lihatin bulan.
"Gak papa, cuma pen ngeluapin masalah gue aja." Jawab gue.
"Emang sih, nangis itu cara yang tepat untuk meluapkan rasa yang sulit disampaikan." Gue ngangguk tanda setuju.
"Tapi... dilihat dari cara lo nangis, kelihatannya lo nangis karena ngerasain sakit. Lo gak papa?" Gue alihin pandangan gue, sekarang gue sama Jungkook saling tatap.
Tatapan ini, sangat lembut. Gue geleng - geleng kepala. "I'm not fine." Jawab gue.
"Apa yang sakit?" Jungkook megangin bahu gue, kelihatan dari raut wajahnya yang khawatir sama gue.
"Hati gue." Jujur gue kaget setelah ngerasain kalo tiba - tiba tangan Jungkook yang satunya ngusap pipi gue dan yang satunya lagi masih brtah dibahu gue.
"Jangan nangis."
Ahh... gue nangis lagi ternyata, gue buru - buru usap air mata gue lagi. Gue gak mau kelihatan lemah didepan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffee || Liskook
FanfictionJika kisah hidupmu sepahit kopi tanpa pemanis. Jangan jadikan gula sebagai pemanisnya, tapi aku. Gula untuk Kopi, dan Aku untuk Kamu. #fiksiremaja #bakunonbaku #Liskookshipper