14. | Pernyataan Darrel

177 75 12
                                    

"Happy Reading"

***

Dokter pria tersebut baru saja keluar dari ruangan, nenek Devi yang baru saja datang pun langsung menemui dokter tersebut. Darrel masih tetap menunggu di luar, ia akan bertanya nanti saja, lagipula ia dengan neneknya Devi tidak dekat.

Beberapa menit Darrel menunggu diluar, nenek Devi pun keluar dari ruangan dengan wajahnya yang sedih. Darrel tidak tahu apa yang dikatakan dokter. Ia ingin bertanya pada nenek itu, tapi nenek itu malah meninggalkannya pergi. Ia berjalan kearah taman rumah sakit.

Darrel yang semakin dibuat penasaran, akhirnya masuk ke ruangan dokter dan menemuinya.

"Dok, maaf saya temannya Devi. Saya kesini cuma mau tanya, sebenarnya Devi itu sakit apa ya dok?" Tanya Darrel yang gusar.

"Setelah hasil tes keluar, Devi ternyata mengidap leukemia. Sesuai dengan gejala yang ia periksakan tadi." Jawab dokter dengan menghela nafasnya.

Darrel terkejut dan bingung sekarang, pasalnya Devi selama ini sehat-sehat saja, bahkan ia jarang melihat Devi sakit.

"Tapi dia bisa sembuh kan dok?"

"Saya tidak bisa menjelaskan itu, karena leukemia atau yang orang-orang sering bilang sebagai kanker darah itu adalah sebuah penyakit yang cukup serius. Apalagi jenis leukemia yang diderita Devi adalah jenis leukemia akut." Jawab dokter pria ini. "Kita hanya bisa berdoa, dan memberikannya semangat agar ia bisa sembuh dari penyakitnya ini." Tambah dokter.

Darrel cukup dibuat sedih dengan penuturan sang dokter, ia benar-benar dibuat merasa bersalah kali ini. Bagaimanapun juga ia masih punya hati nurani dan rasa kepedulian, walaupun ia menolak Devi dengan cara yang tidak halus.

"Baik dok. Terima kasih sudah memberikan saya jawabannya." Darrel pamit undur diri setelah itu.

Darrel baru saja keluar dari ruangan, ia seperti orang yang tidak mempunyai jalan pulang sekarang. Ia ingin kembali kerumahnya, tapi di satu sisi, ia ingin melihat keadaan Devi sekarang.

Ia menduduki salah satu kursi di lorong rumah sakit, pikiran Darrel melayang jauh saat pertama kalinya Devi bicara padanya. Saat itu Devi langsung menyatakan cinta padanya, dan menurut Darrel itu adalah hal yang konyol sekaligus aneh. Ia juga berpikir disaat ia menolak Devi mentah-mentah, apalagi saat itu ia juga mengolok-olok Devi sebagai perempuan yang tidak penting.

Tapi sekarang, Devi lah yang berhasil menguasai isi kepalanya, walaupun Darrel tidak bisa membalas perasaan Devi karena ia mencintai Clara. Tapi entahlah, sekarang kepalanya malah dipenuhi oleh pikiran tentang Devi.

Darrel menjadi pusing dibuatnya, ia mengacak rambutnya gusar. Dan berdiri dari kursi yang didudukinya tadi, ia mengambil kunci motor di sakunya dan berjalan ke arah parkiran.

Ia mungkin nanti akan kembali lagi kesini untuk menjenguk Devi sekaligus menjaga kakeknya. Besok Darrel akan mengajak Clara kesini untuk menjenguk sahabatnya.

***

Pagi ini Clara baru saja memasuki kelasnya, ia menemukan Feli yang duduk termenung di mejanya.

"Lo kenapa Fel?" Tanya Clara.

"Semalam Devi ngabarin gue katanya dia lagi sakit." Jawab Feli seadanya.

"Sakit? Yaudah nanti kita jenguk ya." Ajak Clara pada Feli.

"Dia masuk rumah sakit Ra."

"Maksud lo? Dia dirawat gitu?" Tanya Clara dengan dahi yang berkerut.

DARREL [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang