11. | With you (1)

223 94 30
                                        

"Lebih baik tangan gua yang terluka demi orang yang gua suka, daripada hati yang terluka, kan lebih sakit."

~ Darrel Arkano Zavenander

"Happy Reading"

***

Pagi ini Darrel baru saja sampai di depan gerbang sekolah. Ia terlambat lima belas menit, Darrel melihat sekitarnya. Ini adalah pertama kalinya ia terlambat, jika ketahuan guru mungkin ia tidak akan di cap sebagai murid teladan lagi.

Darrel menitipkan motor besarnya di salah satu Cafe langganannya di dekat sekolah. Ia mencari jalan untuk masuk ke sekolah itu. Darrel tidak mungkin melewati gerbang depan, karena disana ada satpam yang masih bolak-balik dengan membawa pentungan. Biasanya satpam itu akan melaporkan ke guru jika ada siswa yang datang terlambat.

Darrel mencari cara agar ia tidak ketahuan. Ia menuju area samping sekolahan, disana cukup sepi. Dan biasanya, tempat ini selalu digunakan siswa-siswa yang akan pulang duluan saat masih ada pembelajaran.

Darrel mulai memanjat pagar samping sekolah yang kebetulan tidak terlalu tinggi. Ia melihat sekitarnya berjaga-jaga, ia akhirnya masuk kedalam sekolah. Darrel masih was-was ia takut ada siswa lain yang melihatnya datang terlambat.

Saat Darrel sedang berjalan, ponselnya berdering. Shit!  Batin Darrel. Steven meneleponnya disaat yang tidak pas. Darrel mengangkat telepon tersebut.

Steven
Darrel, woy. Gc sini lo dimana sih?

Darrel
Apaan sih, gua telat nih.

Steven
Ada kakak kelas nih, disini. Lebih cakep dari lo El.

Darrel
Bodo, gua nggak peduli. Dah dulu ya gua ngeri ketahuan Bu Berta.

Steven
Oh, lo lagi lewat jalan andalan bocah-bocah ya.

Darrel
Udah diem.

Darrel mematikan sambungan telepon sepihak, ia selalu waspada menengok kiri dan kanan. Ia meneruskan jalannya yang tadi sempat berhenti karena Steven menelepon.

Darrel saat ini sudah sampai di lorong lantai dua, ia belok ke arah kanan, karena memang kelasnya berada di sana.

Saat Darrel baru mau memasuki kelasnya. Suasana sangat ricuh, seperti ada artis saja. Banyak sekali perempuan yang datang ke kelasnya. Darrel berdecak kesal. Ia baru datang tapi sudah disambut dengan keramaian. Ia melewati kerumunan orang-orang itu. Darrel tidak peduli walau ia harus berdesakan hanya untuk memasuki kelasnya. Saat ia sudah berada didalam, ia menduduki kursinya. Irfan teman sebangkunya, tidak menoleh ke Darrel sedikitpun, ia memperhatikan kakak alumni perempuannya yang sedang promosi kampus.

Darrel bosan dengan situasi seperti ini, jika kenyataannya seperti ini. Lebih baik ia tidak masuk saja tadi, lebih baik ia menjaga Clara atau kakeknya saja.

Salah satu kakak alumni perempuan memperhatikan Darrel sedari tadi, ia tahu kalau Darrel datang terlambat. Ia juga mengamati Darrel yang sepertinya bosan.

Perempuan itu melangkahkan kakinya menuju kursi Darrel, Irfan yang sedari tadi menatapnya menjadi kepedean, ia langsung merapikan rambutnya dan tersenyum pada kakak alumninya tersebut.

DARREL [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang