"Happy Reading"
***
Darrel terlihat tengah berenang di kolam halaman belakang rumahnya. Sudah lumayan lama ia tidak berenang di kolam rumahnya sendiri, bukan karena sibuk, tapi karena memang ia tidak begitu menyukai renang. Kondisi dirumah kini sangat sunyi, karena mamanya sudah berangkat untuk senam bersama teman-temannya setengah jam yang lalu.
Setelah dua puluh menit ia berenang, Darrel mengutuskan untuk berjemur sebentar dibawah sinar matahari pagi, yang dipercaya menyehatkan bagi tubuh.
Mengingat semalam ada pesta dirumah ini, Darrel jadi kepikiran akan kotak yang berisi barang pemberian dari wanita asing itu semalam. Darrel juga lupa memberitahu teman mamanya untuk melacak nomor wanita itu.
Ia kini berjalan kearah kamarnya dan membuka kotak itu, sebuah kotak berwarna putih dengan isi yang tidak begitu berat, Darrel membuka pita yang mengikat kotak tersebut. Ia membuka kotak tersebut perlahan.
Darrel membulatkan matanya melihat isi di dalam kotak tersebut, isinya adalah fotonya semasa ia bayi, dan ada sebuah jam tangan pria di sebelah foto tersebut. Jam tangan ini terlihat sudah sangat lama, dengan sedikit karat di sekeliling jam tangan ini.
Sudah berkali-kali ia di buat kebingungan dengan teka-teki yang diberikan wanita itu. Apalagi kepalanya sangat sakit ketika ia mencoba untuk mengingat siapa wanita itu sebenarnya, Darrel seperti pernah melihat netra biru yang dimiliki wanita itu.
Ia mengambil ponselnya yang tergeletak diatas meja, Darrel mengirimi pesan pada Om Taufik, teman mamanya yang seorang hacker. Ia juga mengirimi nomor telepon wanita bernetra biru yang memberikannya teka-teki aneh ini. Darrel harus bersikap tenang dalam menghadapi ini, bisa saja ini adalah sebuah jebakan.
Lalu ia membuka grup WhatsApp gamers, yang beranggotakan teman-temannya. Mungkin dengan menyuruh mereka datang kerumahnya, ini akan membuatnya sedikit tenang dan keadaan disini jadi tidak begitu sepi.
Darrel baru saja mengirimkan pesan pada teman-temannya untuk datang kerumahnya, sembari menunggu teman-temannya datang, Darrel memutuskan untuk mengganti bajunya terlebih dahulu, ia juga akan membuat telur dadar setelah ini.
Kini ia sudah menyiapkan dua butir telur, garam, mentega, dan wajan untuk memasak, setahu Darrel, ia harus memecahkan telurnya terlebih dahulu. Darrel mencoba memecahkan telur tersebut, ini adalah pertama kalinya memasak telur seperti ini sendiri. Biasanya bibi atau mamanya yang akan membuatkan sarapan untuknya.
Karena sekarang bibi dirumahnya sedang izin pulang kampung, maka ia harus mengurus semua kebutuhannya sendiri. Dua telur sudah berhasil ia pecahkan, lalu kini ia mencampurkan sedikit garam, dan mengaduknya hingga tercampur rata.
Darrel mulai memanaskan mentega diatas wajan. Lalu ia menuangkan adonan telur yang sudah tercampur dengan garam. Ia menunggu hingga beberapa menit, dan telur dadar buatannya yang pertama pun jadi, ternyata semudah ini membuat telur dadar. Darrel sebenarnya sudah tahu cara membuatnya, hanya saja ia malas untuk mempraktikkan hal tersebut.
Sarapan pagi buatannya sudah siap sekarang, Darrel tersenyum lebar saat mencium wangi khas dari telur dadar buatannya. Ia segera memakan telur tersebut dengan sepiring nasi. Rasanya lumayan enak bagi pemula seperti dirinya.
Hingga beberapa saat, bel rumahnya berbunyi. Darrel membukakan pintu rumah untuk teman-temannya. Figo, Leon, Steven, dan Gio memasuki rumah besar Darrel.
"Tau nggak sih El, rumah lo tuh kayak kuburan, sepi banget." ucap Gio yang baru duduk di sofa.
"Ini juga ada piano, gua yakin ini pasti nggak pernah kesentuh sama lo, kayaknya ini cuma buat pajangan doang ya." Figo berkata seraya memegang piano hitam yang terletak tak jauh dari arah sofa.

KAMU SEDANG MEMBACA
DARREL [ON GOING]
Teen Fiction[Cerita ini akan aku revisi setelah tamat. Jangan lupa follow sebelum membaca.] *** Darrel Arkano Zavenander si manusia tampan dan gamers sejati, tidak luput juga dari sifatnya yang keras kepala. Satu lagi, dia dingin dengan setiap wanita, kecuali i...