"Happy Reading"
***
Darrel memasuki rumah Clara semakin dalam. Tapi, ia tidak melihat secuil pun batang hidung Kak Fero. Bukan karena ia takut, hanya saja ia malas jika nantinya pria itu akan bertanya-tanya untuk apa dirinya datang kesini.
Langkah kaki Clara membawanya masuk ke ruang keluarga. Sesampainya disana, ia melihat Bunda Clara yang sedang duduk di atas sofa. Wanita yang usianya sudah menginjak empat puluh tahun itu belum menyadari kehadirannya. Tampilannya sedikit berbeda karena memakai kaca mata, ia terlihat begitu fokus membaca buku.
"Bun," panggil Clara yang baru saja menduduki sofa.
Bunda menengok ke arah putrinya yang matanya memberi kode ke arah Darrel. Seketika bunda terkejut, ia langsung melepas kaca matanya dan berdiri dari duduknya. Bunda otomatis langsung menghampiri Darrel yang hanya berdiri dengan tubuh jangkungnya.
Wajah bunda begitu terkejut saat melihat wajah Darrel yang babak belur. Ia meringis melihat luka-luka yang menurutnya itu sangat sakit.
"Muka kamu kok babak belur begini, nak?" tanya bunda yang masih meringis.
"Biasa, bun. Dia kan hobinya berantem," sambar Clara sambil melipat tangannya di dada.
Bunda menengok ke arah Clara, "Kamu nih, bunda lagi ngomong sama Darrel. Kenapa kamu yang jawab?" tanya bunda, "Nggak ingat barusan nangis, sekarang malah udah bisa ngeledek orang," cibir bunda yang matanya kembali fokus meneliti setiap luka di wajah Darrel.
Clara mengembuskan nafasnya pelan, ia menatap malas Darrel. Sepertinya sekarang bunda akan lebih perhatian pada pria itu. Tangannya mulai merogoh saku celananya, ia mengambil ponselnya dan lebih baik bermain game untuk sekarang.
"Bunda obati luka kamu, ya?" ucap bunda yang setelah itu pergi untuk mengambil obat-obatan.
Darrel tidak bisa mengelak ucapan Bunda Clara. Ia jadi merasa tidak enak sekarang. Matanya beralih pada Clara yang yang kini sibuk dengan ponselnya. Ia berjalan menghampiri gadis itu.
"Ra?" panggil Darrel.
"Hmm."
"Cuek banget, sih."
Clara memalingkan wajahnya pada Darrel, ia menatap sinis pria itu, "Biarin aja cuek, lagian kamu berantem terus."
Alis Darel sampai menekuk mendengarnya, " Lah, apa hubungannya?"
"Tuh, kan. Emang cowok tuh nggak pernah ngerti kalo di kasih omongan," jawab Clara yang malah pergi meninggalkan Darrel sendirian di sana.
Tak lama kemudian, bunda datang dengan kotak obat-obatan di tangannya. Wajahnya menekuk heran melihat kelakuan anaknya yang malah pergi meninggalkan Darrel, ia bahkan tidak menyangka kalau anak gadisnya itu sudah bisa ngambek karena laki-laki.
"Clara kenapa?" tanya bunda.
Darrel yang masih bingung pun bertambah bingung karena bunda yang bertanya seperti itu, dengan sebisanya ia menjawab, "Nggak tahu, bun. Mungkin Darrel ada salah," jawabnya yang juga masih bingung.
"Dasar anak muda," bunda tersenyum kecil mendengar penuturan Darrel.
Saat bunda baru saja duduk, tiba-tiba sebuah panggilan masuk ke teleponnya. Alhasil, ia kembali berdiri lagi dan pergi menjauh dari Darrel.
Hingga beberapa menit kemudian, datanglah Clara dengan wajah masamnya. Ia berjalan mendekat ke arah Darrel sambil membawa segelas air dan tisu.
"Kok lo kesini lagi?" ledek Darrel.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARREL [ON GOING]
Teen Fiction[Cerita ini akan aku revisi setelah tamat. Jangan lupa follow sebelum membaca.] *** Darrel Arkano Zavenander si manusia tampan dan gamers sejati, tidak luput juga dari sifatnya yang keras kepala. Satu lagi, dia dingin dengan setiap wanita, kecuali i...