33. | Izin Bunda

124 21 7
                                    

"Happy Reading"

***

Clara memasuki rumahnya tanpa mengatakan apa-apa pada kakaknya, ia sudah terlanjur malas dengan sikap kakaknya. Bukan hanya itu, semenjak papa melarangnya untuk dekat dengan Darrel, kakaknya juga sudah mulai berani membentaknya.

Clara membuka pintu kamarnya dengan kasar, ia juga melempar tasnya ke sembarang arah. Rasanya, ia ingin pasrah saja dengan semua ini. Tapi, entah kenapa hatinya selalu berkata kalau Darrel layak mendapatkan balasan perasaan darinya.

Dalam diam, air mata Clara mulai menetes. Apa ini yang harus ia rasakan ketika sudah mulai membalas perasaan Darrel? Kenapa rasanya malah sakit sekali? Tangisan Clara berubah menjadi keras, ia menangis pilu sembari duduk di pojok kamar.

Ia tidak peduli sekalipun tangisannya terdengar sampai luar. Toh, kakaknya juga pasti tidak akan peduli. Dengan mata yang mulai sembab, ia mengambil ponsel di sakunya. Clara mulai mencari nomor Darrel di ponselnya. Setelah beberapa saat mencari, nomor yang tadi dikirimkan Devi akhirnya ketemu. Dengan cepat, ia mengirimkan pesan pada Darrel.

Clara
El! Kenapa Kak Fero begitu, sih?
Apa dia udah nggak sayang sama gue?

Hatinya begitu sakit karena keluarganya tidak menyetujui Darrel untuk dekat dengannya. Tangisan Clara terhenti karena sebuah ketukan dari arah pintu kamarnya. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu. Setelah membuka pintu kamar, Clara dikejutkan dengan bunda yang tersenyum sambil membawa dua cangkir teh di tangannya.

"Udah lama kan, kamu nggak curhat sama bunda?" tanya bunda yang langsung memasuki kamarnya.

"Kenapa bunda nggak bilang kalo mau ke sini? Rara belum beres-beres kamar," ucap Clara sambil mengelap bekas air matanya.

"Bunda tau kok, kalo kamu lagi sedih," ucap bunda dengan senyum khasnya.

Clara menundukkan kepalanya, sepertinya bunda tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya.

Bunda menaruh tehnya di atas nakas, "Bunda cuma mau yang terbaik buat kamu."

Setelah mengatakan itu, bunda menghampiri Clara dan memeluknya. Ia mengusap kepala anak gadisnya tersebut. Dalam pelukan bundanya, Clara kembali menangis. Ingatan saat papa memarahinya kembali melintas di kepalanya, belum lagi dengan ingatan saat Kak Fero membentaknya tadi.

"Kenapa semuanya pada nggak suka sama Darrel, bun?" tanya Clara disela-sela tangisannya.

"Sssttt ... Udah, kamu jangan nangis. Udah besar gini kok nangis. Kamu tenang aja, masih ada bunda di sini," ucap bunda yang mencoba membuat Clara tenang.

Hiks ... Hiks ....

Clara mencoba untuk menahan tangisannya sebisa mungkin, baru kali ini ia terlihat lemah dengan hal yang bernama cinta.

"Tapi, bun-"

"Bunda kasih izin buat kalian. Lagian juga Darrel anaknya baik, kok. Masalah yang dulu biarlah berlalu, jangan dipikirin. Bunda yakin Darrel bisa jaga kamu dengan baik," jelas bunda yang langsung memotong ucapan Clara.

Clara menganggukkan kepalanya, ia tersenyum manis menatap wajah bundanya. Ia sangat bersyukur mempunyai bunda sebaik dirinya. Sambil tersenyum, Clara menghapus bekas air matanya.

"Sekarang, kamu suruh Darrel datang ke sini. Bunda mau ngobrol sama dia," ucap bunda.

Clara menganggukkan kepalanya sekilas, ia mengambil ponselnya dan mulai mengetikkan pesan untuk Darrel. Entah apa yang akan bundanya bicarakan nanti, tapi setidaknya hati Clara lega, karena masih ada keluarganya yang mau menerima Darrel.

DARREL [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang