30. | Bertemu Lagi

89 22 2
                                    

"Happy Reading"

***

Seseorang mengintip lewat gorden jendela kamar, ia Clara. Dengan mata sembabnya, ia mengintip Darrel yang baru saja keluar dari halaman rumahnya. Hatinya tidak bisa menahan rasa sakit. Ketika papanya, orang yang paling disayang, kini melarang keras-keras dirinya untuk dekat dengan Darrel.

Apalagi dengan dirinya yang baru diomeli habis-habisan oleh papanya. Ditambah, sekarang kakaknya pun ikut-ikutan melarang dirinya untuk dekat dengan Darrel. Hanya bundanya yang tetap memberikan semangat untuk memperjuangkan perasaannya sekarang.

"Rara! Buka pintunya!" ucap keras papanya dari luar kamar.

Clara menghapus air mata yang baru saja menetes, ia berjalan menuju pintu dan membukanya. Clara tidak berani menatap wajah papanya, ia menundukkan kepalanya ke bawah.

Papa Clara menghela nafasnya pelan, "Sekarang kamu urus semua barang-barang dari anak itu. Semuanya ada di depan pintu." ucap papa pelan, "Kalau dibuang pun lebih baik." tambah papa yang setelah itu pergi.

Clara berusaha untuk tidak menangis lagi, ia berjalan menuju pintu rumah untuk mengambil barang pemberian Darrel. Ketika sampai, ia sedikit tersenyum melihat semua pemberian Darrel yang begitu banyak.

Tangan Clara mulai meraih barang-barang tersebut. Ia sedikit kesusahan ketika mengangkat boneka panda yang begitu besar. Bibirnya tersenyum kecil menatap boneka itu, apalagi dengan sebuket bunga yang terlihat sangat cantik di tangannya. Untuk sekali ini saja, ia merasa bahagia walaupun baru diomeli.

Clara membawa semua barang pemberian Darrel menuju kamarnya. Ia meletakkan boneka panda besar di di pinggir kasurnya. Dilanjutkan dengan membuka sebuah kotak yang di dalamnya terdapat sebuah gelang dengan inisial 'C' dan 'D'. Clara membaca secarik kertas kecil di samping gelang tersebut. Ia membacanya dengan tertawa kecil. Bagaimana tidak, isi surat itu menjelaskan bahwa Clara diwajibkan untuk memakainya, kalau tidak memakai, ia akan lupa dengan namanya sendiri. Isi surat yang menurutnya sangat konyol.

Mata Clara beralih pada sebuket bunga cantik berwarna merah. Ia mencium harum bunga tersebut. Wanginya sangat menenangkan hati, Clara memutuskan untuk memfoto buket cantik itu.

Setelah itu, ia membuka bungkus coklat batangan dan memakannya. Rasanya enak, ditambah dengan kejutan romantis dihadapannya. Hatinya sedikit tenang melihat semua ini, walaupun ia tidak bisa bertemu Darrel tadi. Apalagi sekarang, ia sudah tidak memiliki nomor pria itu. Papanya yang memblokir sekaligus menghapus nomor Darrel dari kontaknya. Menurut Clara, ini adalah perbuatan papanya yang paling keras, tapi ia juga tetap tidak bisa melawan papanya.

Tok tok tok...

Sebuah ketukan terdengar dari pintu kamar Clara. Perlahan, Clara langsung membuka pintunya. Ia tersenyum penuh menatap bundanya dengan pakaian rapih yang dikenakannya.

"Bunda... Rara kangen..." ucap Clara yang langsung memeluk bundanya.

Bunda ikut memeluk Clara dengan kasih sayang, ia mengelus rambut anak gadisnya itu, "Iya, bunda juga kangen sama Rara." sahut bunda sambil tersenyum.

"Kenapa bunda lama banget di Bandungnya?"

"Iya, kemarin sehabis dari rumah Tante Mirna, bunda ikut reunian sama teman SMA dulu." jawab Bunda sambil tersenyum kecil.

"Oh, Rara kira bunda pergi kemana..." jawab Clara dengan bibir yang sedikit tertekuk.

Mata bunda melirik-lirik dalam kamar Clara, ia melihat kamar anaknya yang sedikit berantakan, "Kamu lagi apa sayang? Kok, kamarnya berantakan?"

DARREL [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang