"Happy Reading"
***
Baru saja ia di panggil oleh guru BK dan sekarang Pak Kepala Sekolah ikut memanggil dirinya ke ruangannya juga.
Di dalam ruangan yang tidak terlalu luas ini, Darrel bertatap muka dengan Pak Kepala Sekolah. Apapun yang akan menjadi hukumannya sekarang, Darrel siap menerimanya asalkan hukuman itu adil baginya.
"Kenapa tadi kamu buat keributan?"
"Saya nggak akan buat keributan tanpa sebab, Pak. Jelas-jelas tadi Irfan duluan yang pancing emosi saya." jawab Darrel yang membela diri.
"Jangan bohong kamu." ucap Pak Kepala Sekolah yang menatap Darrel kecewa.
"Saya nggak akan marah, kalau Irfan nggak cari masalah, Pak." jelas Darrel dengan tatapan seriusnya.
"Darrel yang dulu nggak pernah bikin onar seperti ini. Kamu tahu kan kalau sekolah ini sangat anti dengan murid yang selalu mencari masalah?" tanya Pak Kepala Sekolah sambil menaruh kaca matanya di atas meja.
Darrel memutar bola matanya malas. "Saya harus jelasin berapa kali sih, Pak."
"Kamu yang sopan ya sama saya, dulu kamu memang anak teladan, tapi sekarang sudah kelas dua belas kamu malah selalu mencari masalah. Memangnya saya tidak tahu, kalau selama ini kamu pernah datang terlambat ke sekolah, bolos di jam pelajaran, memanjat tembok samping sekolah dan sekarang kamu berkelahi di kelas? Mau jadi apa kamu!?"
Darrel masih diam mendengarkan omelan Kepala Sekolah untuknya.
"Saya kecewa sama kamu!" ucap Pak Kepala Sekolah dengan tegasnya.
Darrel menghela nafasnya sejenak, ia tidak menyangka kalau Pak Kepala Sekolah akan semarah ini padanya.
"Besok saya mau ketemu sama orang tua kamu! Saya sudah muak sama sikap kamu yang seperti ini. Sekarang kamu keluar dari ruangan saya!" bentak Pak Kepala Sekolah.
Darrel tidak menyangka kalau Pak Kepala Sekolah akan menyuruhnya keluar dengan cara seperti ini. "Tanpa di bentak pun saya akan keluar, Pak!" ucap Darrel dengan wajah dinginnya.
Kenapa Kepala Sekolah barunya harus yang kayak gini sih, batin Darrel yang masih kesal.
Setelah itu, ia melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Kepala Sekolah. Karena perbuatan Irfan ia harus seperti ini, di koridor sudah sangat sepi sekarang, pasti pembelajaran sudah di mulai kembali. Sudah malas rasanya untuk kembali ke kelas, ia masih tidak mau melihat wajah Irfan.
Pelarian satu-satunya yang pas untuknya saat ini hanyalah rooftop. Darrel melangkahkan kakinya menuju tempat itu, ia ingin sendiri sekarang. Toh, setiap ia sedih pun selalu sendirian.
Saat sampai di sana, Darrel memandang langit di atasnya, panas sangat menyengat wajahnya sekarang. Dulu di saat ia baru di marahi, selalu ada ayahnya yang berada di sampingnya, tapi sekarang, semenjak kepergian ayahnya, mamanya pun sudah jarang menyapanya.
Darrel duduk di salah satu kursi yang sudah sedikit keropos, ia mengeluarkan jam tangan berkarat dari dalam sakunya. Selama beberapa saat ia melihat-lihat jam tersebut.
Entah apa maksudnya, wanita dewasa bernetra biru itu memberikannya jam lawas seperti ini. Tapi Darrel yakin, kalau ini pasti ada artinya.
Ia sudah membaca dokumen yang di berikan oleh Om Taufik semalam, semuanya membuktikan kalau Darrel ada sangkut pautnya dengan wanita itu, bahkan Darrel masih bingung karena ia tidak mempunyai saudara dari Rusia.
Lagi-lagi ia harus menelan semua permasalahan hidupnya sendirian, ia seperti orang yang selalu di penuhi teka-teki kehidupan.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
DARREL [ON GOING]
Teen Fiction[Cerita ini akan aku revisi setelah tamat. Jangan lupa follow sebelum membaca.] *** Darrel Arkano Zavenander si manusia tampan dan gamers sejati, tidak luput juga dari sifatnya yang keras kepala. Satu lagi, dia dingin dengan setiap wanita, kecuali i...