26. | Permintaan Maaf Karin

114 38 5
                                    

"Happy Reading"

***

Clara baru saja sampai di depan sekolahnya. Ia melepas seatbelt dan menyalimi tangan papanya. Selepas itu, Clara keluar dari mobil dan melambaikan tangan pada papanya yang akan segera pergi.

Ia melewati koridor dengan senyum yang mengembang di bibirnya. Setiap murid yang mengenalnya, pasti menyapanya dengan ramah. Tapi, sapaan mereka tidak lebih dari rasa keingintahuan akan luka yang ada di pipi Clara, terlebih luka itu masih di perban.

Baru saja ia melewati persimpangan, di depannya kini sudah ada Karin yang berdiri dengan senyum yang mengembang di wajahnya. Kini tampilannya tampak berbeda dari biasanya, yang biasanya memakai seragam yang ketat dan rok yang sedikit minim di atas lutut, sekarang ia memakai seragam dengan ukuran yang biasanya.

"Hai..." sapa Karin.

Clara sedikit bingung dengan sikap Karin yang tidak seperti biasanya. "Emh, iya..."

"Lo udah sembuh?"

"Ya, udah baikan kok."

Karin menganggukkan kepalanya, ia masih tersenyum menatap Clara yang berdiri di depannya. Entah kenapa itu malah membuat Clara bertambah was-was, ia tidak mau tertipu oleh sikap Karin yang hanya manis di awal saja.

"Gue ke kelas ya." ucap Clara yang langsung melangkahkan kakinya pergi.

Karin membalikkan badannya dan berucap pada Clara yang sudah berjalan di depannya, "Nanti lo ke kantin kan? Gue mau ngomong soalnya."

Clara menghentikan langkahnya dan menghadap belakang, ia menatap Karin yang baru saja bertanya padanya, "Iya, nanti gue ke kantin, kok." jawab Clara sambil tersenyum.

"Oke, gue tunggu."

Setelah itu Clara kembali melangkahkan kakinya menuju kelas, saat di belokan ia menengok kembali ke belakang. Karin masih ada di tempatnya, ia terlihat merenung dengan tatapan kosongnya yang mengarah ke lapangan.

Entah apa yang sedang di pikirkan gadis itu, tampilan dan sikapnya sangat berbeda semenjak Luna berada di penjara.

***

Darrel baru saja duduk di kursinya, ia memasang earphone di telinganya dan tatapannya kini sangat dingin dari biasanya. Irfan yang biasanya duduk di sebelahnya, kini cowok itu sudah berpindah tempat ke meja belakang. Darrel tidak terlalu memperdulikan Irfan sekarang, ia hanya ingin fokus pada ponselnya saja.

Gio dan Leon hanya memerhatikan Darrel dari samping, mereka berdua tidak berani bertanya pada Darrel yang sepertinya masih marah pada Irfan.

Steven baru saja datang dengan senyum lebar yang mengembang di bibirnya. Ia tersenyum melihat Darrel yang sudah duduk di kursinya, Darrel hanya membalas Steven dengan senyuman kecil di bibirnya.

Tak lama, guru pun masuk dan pembelajaran akan di mulai sebentar lagi. Darrel melepas earphone-nya dan mengeluarkan buku dari dalam tas. Seperti biasa, Darrel cepat tanggap dalam setiap pembelajarannya, ia sangat fokus dengan materi yang di berikan guru di depan kelas.

Sesekali, ia juga ikut menjawab beberapa pertanyaan yang di lontarkan guru tersebut. Hingga sesuatu membuyarkan konsentrasinya, ponsel yang berada di sakunya kini bergetar karena ada notifikasi. Dengan pelan, ia mengambil ponsel tersebut dan membuka pesan yang masuk.

Mama
Mama baru dari ruang kepala sekolah, sekarang kamu sibuk nggak? Kalau nggak, sekarang mama tunggu kamu di parkiran sekolah.

Darrel membaca pesan tersebut dari balik meja, ia sedikit mengernyit saat membaca pesan yang baru di kirimkan mamanya. Darrel menjawab pesan mamanya dari balik meja dengan sembunyi-sembunyi.

DARREL [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang