Alysha 30~[Terperangkap?]

1.2K 62 21
                                    

Markas utama geng Remorga tampak ramai malam ini, karena anak-anak geng Remorga sedang berkumpul sambil bercanda ala lelaki seperti biasa.

"Eh bro, gimana? gue denger-denger lancar ya?" Tanya salah satu anak inti Remorga— Ichal.

Dewa mengentikan tawanya, dia menatap Ichal dan anak-anak inti remorga yang menatapnya penuh tanya. "Sejak kapan gue pernah gagal?" Dewa kembali bertanya.

"Hahahaha, iyalah mana pernah si Dewa kita gagal ye gak" ujar Jojo—inti Remorga juga.

"Jadi rencana lo selanjutnya apa? setelah lo pacarin dia, buat dia nyaman lo mau apaan dah?"

Dewa diam sebentar, ia berpikir lalu tersenyum.
"Mungkin....menghancurkan hurricane perlahan?"

Derap langkah kaki pun masuk setelah ucapan Dewa tadi, semua menoleh kearah pintu masuk mendapatkan wakil ketua Hurricane mereka —Jovian.

"Tapi wa, cara lo salah. Gak harus dengan lo patahi hati tu cewe, kita kan punya tujuan sama hurricane bukan sama perasaan tu cewe, kalo soal perasaan itu masalah lain wa." Ujar Jovian datar, ya Jovian memang orangnya cuek, tetapi jika ada hal yang cukup penting dia akan angkat suara.

Dewa menatapnya tajam, "Tahu apa lo? gue gamungkin salah ambil keputusan, apapun yang gue ambil pasti bener."

Jovian mendelik kesal kearah Dewa, "Lo salah kalo bermain dengan namanya perasaan, ibaratnya tuh lo main api, gak hati-hati lo sendiri yang bakal kebakar, setahu gue karma gak pernah salah alamat."

"ANJAY GURANJAY MARINJAY" pekik Ichal keras, lalu tertawa. "Gila lo Vian, dateng-dateng sekali ngomong bijak banget dah, sebelum kesini lo singgah makan apaan?" tanya Ichal

"Makan hati" jawab Jovian asal.

"Pantesan, lo baru abis di putusin ya?" tanya Rega menatap kearah Jovian.

Jovian menatapnya sengit, "Apaan lo, kepo banget."

"Jajajajajaja, babang Vian sensi amat, lagi mode baperan hahahahahaha" mereka semua tertawa.

Jovian mendekat kearah Dewa kemudian menarik Dewa kesudut ruangan, "Lo tuh gila ya ga ngotak wa?" tanya Jovian tidak abis pikir dengan pemikiran Dewa.

"Lo ga usah bacot, ini urusan gue. Yang penting intinya kita bisa hancurin Hurricane." Kata Dewa penuh penekanan.

Jovian mengusap rambutnya kasar, "Tapi wa, ini bakal mempersulit kita, kalo tiba-tiba lo jatuh hati ke gadis itu, rencana yang lo atur semua ini bakal berantakan, gue sebagai wakil lo tuh berhak memutuskan bukan cuma lo doang!" Jovian memukul dinding di sampingnya, "Intinya kembali ke perjanjian kita awal, gak ada yang namanya bawa perasaan." Kemudian Jovian meninggalkan Dewa sendiri.

***
Hari ini Clara sudah bisa pulang kerumah bersama dengan Baby Atharic yang akan melihat rumah barunya.
"Ka, bantuin papa deh bawain barang-barang mama sama adikmu." ujar Enrico kewalahan membawa barang-barang.

Alysha menatap Enrico dan berdecak kesal, "Apasih pa, kok manggil ka ih, Lysha geli tahu ga!" Celetuk Alysha bergidik ngeri mendengarnya.

Papa menghela nafas pelan, "Sekarang kan kamu udah jadi kakak, karena kamu udah punya adik."

"Tapi pa...auah" kemudian Alysha mengambil barang-barang lalu membawa masuk kedalam rumah tanpa meneruskan ucapannya.

Enrico menggeleng pelan melihat tingkah anaknya itu, lalu terkekeh gemas. "Ada ada aja"

Alysha meletakan barang-barang itu di kamar orang tuanya, setelahnya dia pindah kedalam kamarnya lalu menghempaskan tubuhnya di tempat tidur nya yang paling nyaman.
"Jorok banget sih, masuk-masuk langsung rebahan, bukannya mandi." Cibir seseorang yang tengah duduk disofa.

Alysha melompat dari atas tempat tidurnya karena kaget, menatap sengit lawan bicaranya. "Gak ada akhlak banget sih, masuk kamar orang bukannya ijin dulu ke pemiliknya." balas Alysha melemparkan bantal kearah orang itu.

Takk

"Aw, goblok sakit!" Makinya kelewat kesal karena tertimpuk bantal.

"Siapa suruh lo di kamar gue lik, males tau ga liat wajah lo itu" desis Alysha tak kalah kesal.

"Heh males-males pala lo pea! gue juga males ya liat lo yang wajahnya suka babak belur, cewe jadi-jadian dasar!" Kata Lalikha yang mengata-ngatai Alysha.

Alysha yang tidak terima pun membalas ucapan saudari laknatnya ini, "Heh lo dasar tante girang, sekata-kata lo bilang gue cewek jadi-jadian, biar gini-gini banyak loh yang antri ke gue." Kata Alysha dengan sombongnya.

Lalikha mengepalkan tangannya, "Lo pikir apaan hah? gue juga gini banyak yang antri ya ke gue, walaupun gue ga pernah pacaran, tapi yang ngedektin gue adalah 100" Likha berjalan kearah Alysha sambil membawa ponselnya, "Yang terakhir gue ingat baru nyampe 128 namanya joji."

Alysha menahan tawanya, "Dih alay banget lo gini aja lo tulis di note, baru deket doang bukan mantan kan, gue aja yang punya mantan banyak ga pamer kaya lo."

Dia kembali duduk di sofa, membantingkan bokongnya dengan kuat, "Yakali mantan mau di pamerin, kan barang bekas." Sindir likha membuat Alysha terdiam.

"Kicep kan lo? gabisa jawab,hahahahaha" Likha tertawa penuh kemenangan, oke kali ini Alysha mengaku kalah, tapi dia tidak akan mengatakan kalah secara langsung. Itu bukanlah tipikal dirinya.

"Diem deh, lo ngapain di rumah gue? tepatnya ngapain di kamar gue?" tanya Alysha mengalihkan pembicaraan mereka.

"Gue dikirim lagi bonyok kesini, katanya bantuin mama lo, soalnya mereka tahu lo orangnya suka ngilang-ngilang dari rumah." balas Likha mengedikan bahunya lalu fokus pada ponselnya.
Lalu ia menutup layar ponselnya, "Oi nyet, mau tanya gue. Lo masih pacaran sama Dewa?"

Seketika wajah merona muncul dipipi Alysha, "Masih lah, kenapa emang?"

"lo pacaran sama dia sekarang udah 2 bulan kan ya?" tanya Likha memastikan, Alysha hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Masa pacaran lo sama dia tinggal sebulan lagi dong?" senyuman yang menghiasi wajah Alysha perlahan luntur, dia lupa satu fakta ini bahwa mereka pacaran hanya karena taruhan dan sebentar lagi akan berakhir.

"Menurut lo?" tanya Alysha ketus.

"Lo udah suka sama dia?"

"Gak"  balasnya singkat.

"Gak salah lagi, maksud lo?"

Alysha menghela nafas kasar, "Iya gak salah lagi, gue suka sama dia, gue benci mengakui fakta ini tapi  emang ini faktanya!"

"Lalu Brayen?"

Alysha ingat akan ucapannya pada Brayen, dia menunduk menyesalinya, ternyata dia tidak bisa membuktikan ucapannya waktu itu, memang semua berjalan diluar kendalinya, tidak ada yang bisa dia lakukan. "gue cuma nganggep sahabat." Ucap Alysha yakin dan lugas.

Brayen yang berdiri di depan pintu kamar Alysha yang sedikit terbuka menghentikan niatnya, dia kembali melepas gagang pintu yang sudah di pegangnya, meyakinkan dirinya lalu berjalan keluar. Sudah cukup jelas tadi apa yang dia dengar, Alysha hanya menganggapnya sahabat, tidak lebih.

Jadi untuk apa dia masih berharap dengan ucapan Alysha waktu itu? ternyata hanya ucapan dan janji penenang semata tanpa ada hasil yang nyata kan.

***
tbc, maaf baru update ya♡
jangan lupa vote + komen ya.

1 Kata buat Dewa?

1 Kata buat Alysha?

1 Kata buat Brayen?

Kalian team mana?
Alyshayen atau Dewalysha?

comment jawaban kalian untuk next secepatnya ya!

GIRL BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang